19. Siapa dia?

117 30 1
                                    


.
.
.
.
.
Ara menghembuskan nafas panjang saat selesai mengemas barang-barang yang akan dia bawa ke pare, tidak banyak hanya pakaian, dan beberapa barang pribadi nya saja.

Ara tidak perlu bingung dengan barang-barang yang lain karena mungkin dia bisa membeli itu di pare, lagi pula barang-barang itu milik tempat kost nya saat ini.

Ara sedikit tidak rela jika harus meninggalkan tempat kost nya yang sekarang, karena bisa di bilang dia sudah lebih dari lima tahun kost disana, namun kali ini dia harus pindah.

Gadis itu mungkin merasa jika ini adalah saat dimana dia akhirnya bisa pergi jauh dari surabaya, menjauh dari keluarga ibu nya yang sangat tidak menyukai nya.

"Rara, beneran mau pindah nduk?" Ara tersenyum mendengar pertanyaan ibu kost nya.

"Iya buk, Rara harus pindah ke pare, soalnya Rara di pindah ke cafe yang disana." Ara selalu suka saat ibu kost nya memanggil Rara, rasa nya sangat hangat.

"Tapi nanti ada kemungkinan balik ke sini lagi ndak nduk?" Ara tersenyum.

"Rara gak tau pasti buk, tapi nanti Rara usahain mampir main ke surabaya kalau libur." Sang ibu kost mengangguk dan memeluk Rara, gadis yang paling lama tinggal di tempat kost nya.

"Kalau gak kerasan disana, balik aja ke sini yo nduk, rumah ibuk selalu terbuka buat kamu." Ara tersenyum manis.

"Iya buk, makasih. Selama ini ibuk selalu baik sama Rara, anggep Rara anak ibuk, Rara bersyukur buk. Makasih udah jadi ibuk nya Rara." Sang ibu kost kembali tersenyum.

"Naik taxi kan nduk?" Ara mengangguk.

"Iyo buk, Rara udah panggil taxi, udah nunggu di depan juga." Sang ibu kost mengantar Rara untuk ke depan kostan dan memasukan tas nya ke dalam taxi.

"Ini buat kamu nduk, kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi ibuk sama bapak yo. Awas kalau sampai gak." Ara sebenarnya ingin menolak bekal dan uang pemberian ibu kost nya, namun Ara tau jika ibu kost nya akan marah jika pemberiannya di tolak.

"Iya ibuk, makasih, ini Rara terima ya." Sang ibu kost mengangguk.

"Nanti kalau ada waktu pas bapak libur, ibuk sama bapak main ke pare ya nduk, ngelihat kamu kerja." Ara hanya mengangguk.

"Iya buk, kalau gitu Rara pamit ya, ibuk jaga diri disini, kalau kangen Rara telfon aja buk." Sang ibu kost tertawa mendengar gurauan Ara yang sudah sangat dia hafal.

"Iya sana, itu kasian supir taxi nya nungguin." Ara akhirnya masuk ke dalam taxi dan melambai pada ibu kost nya saat taxi itu berjalan menjauh.

"Semoga disana kamu ketemu orang-orang baik yo nduk, kamu anak baik soal nya. Ibuk sama bapak akan tetep anggap kamu anak kami, meskipun kamu pindah."
.
.
.
.
.
"Hari ini anak itu kesini kan bang?" Ares mengangguk saat Hadar bertanya.

"Rion kayak nya bahagia banget waktu nyeritain anak itu, anak nya kayak apa sih mas?" Ares mengedikan bahunya saat mendengar pertanyaan Leo.

"Ya mana aku tau, aku gak pernah ketemu dia." Alis Leo dan Hadar mengernyit.

"Terus kenapa mas iyain permintaan Rion?"

"Loh emang gak boleh? Kan rencananya dari awal emang kita ambil satu pegawai cabang surabaya buat kerja sama anak-anak disini, sedangkan kita bagian ngawasin aja." Ares menatap lekat pada Hadar dan Leo.

"Yanda, katanya ibun mau ada anak baru, bener?" Ketiga orang dewasa itu menoleh dan menemukan Candra berjalan menghampiri mereka.

"Iya, nanti jangan galak-galak sama dia ya mas." Candra merengut mendengar jawaban Ares.

Beta OrionisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang