14. Leo

114 19 0
                                    


.
.
.
.
.
Galaxy cafe sangat ramai hari ini, cafe di sewa untuk acara ulang tahun dari siang hingga sore hari. Ares sudah berencana untuk menutup cafe itu setelah acara selesai, namun anak-anak yang lain menolak dengan alasan terlalu malas jika tutup pukul tiga sore, jadilah cafe di biarkan buka hingga pukul tujuh nanti.

"Bang, ngelamunin apa?" Ares yang tengah duduk di belakang kasir langsung menoleh pada Hadar.

"Bukan apa-apa, kapan nenek mau kesini?" Hadar menghembuskan nafas berat.

"Lusa, sama keluarga Alden." Ares mengernyit melihat ekspresi sedih di wajah Hadar.

"Harusnya kamu bahagia Dar, bukannya sedih gitu." Hadar mendengus kesal saat Ares menggodanya.

"Hadar itu bahagia bli, tapi dia gak rela kalau adik nya di nikahin sama Leo." Hadar semakin kesal saat Igel ikut menggodanya.

"Leo anak baik Dar, buktinya dia gak pernah nyakitin Rius selama ini. Apa yang kamu khawatirin?" Hadar berbalik dan menatap Ares.

"Gue gak pernah hidup terpisah dari Rius sejak orang tua kami meninggal bang, rasanya gue gak rela kalau adik gue jadi punya orang, meskipun gue tau Leo orang yang baik." Ares tersenyum tipis.

"Rius nerima lamaran Leo atas rasa sayang dan kesadaran dirinya sendiri Dar, tanpa ada paksaan dari siapa pun. Kalau pun udah nikah nanti, Rius akan tetap jadi adik mu, itu gak akan pernah bisa berubah, kamu gak kehilangan dia dan Rius juga gak kehilangan kamu."

"Tau nih, padahal loh kalian juga bakal tetap tinggal di rumah bintang, masih ketemu setiap hari, dua puluh empat jam!" Ares menjentikkan jarinya mendengar ucapan Igel.

"Lagi pula kamu telat kalau mau ngelarang mereka nikah, tiga hari lagi mereka udah nikah dan kamu gak mungkin batalin semuanya gitu aja kan?" Hadar mendesah lirih.

" Terus kamu kapan Gel?" Igel langsung menatap ke arah Ares saat kakak kesayangannya itu bertanya.

"Minggu depan." Jawaban singkat Ares jelas membuat Hadar dan Ares terkejut.

"Hah?"

"Apa nya yang minggu depan?" Igel menatap lekat kedua orang dengan tinggi berbeda itu.

"Nikah nya." Mata Ares dan Hadar tidak bisa tidak melotot, kenapa Igel sesantai itu mengatakan rencana pernikahannya.

"Jangan bercanda Gel!" Igel hanya tertawa mendengar seruan Hadar.

"Ck, lagi serius juga." Igel menghentikan tawanya dan menatap ke arah Ares.

"Bli Ares mau di seriusin? Nanti aku ijin mas Alta dulu." Ares ingin sekali memukul kepala Igel saat ini.

"Udah sana balik kerja!"
.
.
.
.
.
"BIARIN AKU KETEMU MAS LEO!!"

"AKU MAU KETEMU MAS LEO, MINGGIR!!"

"HEH PELAKOR AKU MAU KETEMU SUAMI KU!!"

Rion dan Rius menatap tajam pada Vina yang terus saja berteriak di teras rumah bintang, hal itu membuat banyak tetangga yang melihat ke arah nya.

"Kamu ngapain ke sini sih? Kehabisan uang? Atau di suruh mama mu buat ngehancurin hubungan ku sama bang Leo?" Rius berucap terlampau tenang pada Vina, meskipun aslinya dia ingin sekali menjambak dan membelah kepala perempuan itu.

"Apa-apaan ini?" Leo yang baru saja datang bersama Ares dan Hadar langsung bertanya, namun sepertinya lelaki itu menyesali pertanyaan nya saat melihat siapa pembuat onar di rumah bintang.

"Mas Leo." Leo langsung menghindar saat Vian akan memeluknya.

"Ngapain kamu datang kesini?" Suara dingin Leo membuat Rius tersenyum menang.

Beta OrionisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang