10. Tante Amel

120 30 0
                                    


.
.
.
.
.
Pertemuan pertama mereka secara tidak sengaja, begitu juga yang kedua. Namun pertemuan ketiga mereka membuat Rion dan Igel memiliki pekerjaan.

Wanita yang mereka kenal bernama Amel itu sangat baik terhadap mereka, bahkan tidak jarang Amel memanggil mereka kerumah dan memberikan mereka uang hanya untuk pertolongan kecil, seperti mengganti lampu atau membenarkan kran air.

"Melihat kalian, rasanya tante melihat anak tante."

Igel dan Rion saling tatap, keduanya sedang menemani tante Amel untuk membeli sate kambing.

"Anak tante dimana? Kami gak pernah lihat." Amel tersenyum tipis.

"Anak tante namanya Ares, usianya satu tahun di atas kalian. Dia ada di surabaya sama papa nya sekarang." Mendengar itu Igel dan Rion terdiam, karena mereka tau jika Amel bercerai dengan suaminya sejak bertahun-tahun lalu.

"Dia gak pernah kesini? Ke tempat tante?" Amel kembali tersenyum.

"Dia bahkan baru menghabiskan waktu liburannya disini waktu itu." Igel dan Rion tau tatapan Amel adalah tatapan sendu yang sarat akan kerinduan.

"Tante kangen sama anak tante ya?" Amel memberi anggukan kecil.

"Gak ada seorang ibu yang gak kangen sama anak nya, begitu juga tante. Apa lagi dia tinggal terpisah dari tante, kalau kalian ketemu dia, kalian pasti cocok." Igel dan Rion hanya bisa tertawa, tanpa tau jika ucapan itu akan menjadi nyata untuk mereka.

"Kalau nanti kalian ketemu sama dia, tolong bilangin kalau tante sayang banget sama dia ya." Igel dan Rion mengernyit bingung.

"Tapi kalau kuta ketemu kan tante bisa sampaikan sendiri, pasti anak tante juga nemuin tante." Amel kembali tersenyum.

"Iya semoga sempat ya."
.
.
.
.
.
Rion beberapa kali menghela nafas panjang, saat ini mereka sedang libur karena Amel sedang sakit. Seharusnya mereka berdua bisa santai, tapi sejak tadi mereka berdua justru sangat gelisah.

"Gel, aku khawatir sama tante Amel, perasaan ku gak enak." Igel segera menoleh pada Rion saat mendengar suara lirih sahabatnya itu.

"Aku juga khawatir, apa kita kesana aja ya?" Rion mengangguk.

"Iya ayo kesana, tante Amel sakit dan tinggal sendirian Gel, ayo!" Igel mengangguk dan segera mengambil kunci motor nya.

Bukan tanpa alasan Igel dan Rion merasa khawatir, selama enam tahun mengenal Amel, wanita yang sudah seperti ibu bagi keduanya itu kerap kali sakit.

Beruntung tempat mereka dan rumah Amel tidak terlalu jauh, hingga memudahkan mereka untuk sering-sering mengecek keadaan bos baik mereka.

Tok

Tok

Tok

"Tante Amel."

"Tante."

Tok

Tok

Tok

Rion segera melirik kearah Igel yang masih mencoba menghubungi ponsel Amel, terhubung hanya saja tidak di angkat.

Cklek

"Tante maaf ya kita lancang, kita masuk." Igel cukup terkejut melihat apa yang Rion lakukan.

"Yon." Rion menggeleng.

"Kita harus ngecek Gel, kita harus mastiin tante Amel baik-baik aja." Igel terdiam, Rion benar, tujuan mereka adalah memastikan Amel baik-baik saja.

Rion melangkah ke lantai dua, diikuti Igel dibelakang nya. Mereka sudah sering datang ke sana sebelum ini, jadi tidak sulit menemukan letak kamar Amel.

Tok

Tok

Tok

"Tante Amel, tante di dalem?"

"Tante, ini Rion sama Igel." Igel yang melihat tidak ada respon menghela nafas panjang.

"Buka aja Yon, takut ada apa-apa." Rion terlihat ragu saat Igel mengatakan hal itu.

"Gak papa nih di buka?" Igel mengangguk, dia sudah kepalang khawatir, karena panggilannya ke nomor Amel tidak di jawab.

Cklek

"TANTE AMEL!"

Keputusan yang tepat mereka ambil dengan membuka pintu kamar, karena mereka menemukan wanita itu tengah terbaring di lantai dengan wajah pucat, jangan lupakan darah yang keluar dari hidung nya.

"Rion siapin mobil, kita bawa tante Amel ke rumah sakit!" Rion mengangguk, bergerak cepat melalukan apa yang Igel katakan.

Mereka membawa Amel kerumah sakit dalam keadaan panik, bagaimana tidak, jika mereka menemukan bos yaang menjadi pengganti ibu mereka itu dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Tante Amel pasti baik-baik saja kan Gel?" Igel tidak menjawab, karena dia tau tidak ada yang bisa menjamin itu.

"Semoga aja."
.
.
.
.
.
Igel dan Rion tidak menyangka jika mereka akan mendapatkan kabar yang sangat buruk, bos mereka meninggal. Wanita baik hati yang selama ini sangat baik pada mereka dinyatakan meninggal setelah mendapat perawatan.

Igel tau dia tidak akan bisa mengatasi semua ini sendiri, itulah kenapa dia langsung menghubungi semua pegawai cafe milik Amel, paling tidak mereka bisa membantu sedikit.

Rion bertugas menghubungi putra tunggal Amel, yang selama ini hanya mereka dengar nama dan ceritanya dari bibir Amel.

"Jenazah di bawah pulang terlebih dahulu, karena anak nya juga sedang dalam perjalanan kesini." Rion dan Igel mengangguk saat salah satu pegawai cafe mengatakan itu.

"Makasih udah bantuin mas Sami." Lelaki bernama Sami itu menggeleng.

"Selama hidup bu Amel udah baik banget dan banyak bantu kita, sudah kewajiban kita buat balas itu semua sekarang kan Gel?" Igel mengangguk, Amel memang sangat baik pada semua pegawainya, bukan hanya pegawainya, tapi pada semua orang juga.

"Ares pasti sedih banget waktu denger kabar ini." Igel hanya mengangguk, karena jujur saja selama enam tahun bekerja dengan Amel, dia dan Rion belum pernah sekalipun bertemu dengan Ares.

"Ayo Gel, masih banyak yang harus dilakuin di rumah." Igel kembali mengangguk dan segera mengajak Rion beranjak mengikuti Sami.

"Sakit ya Gel?" Igel menatap Rion lekat.

"Rasanya persis waktu kehilangan mama." Igel merangkul pundak Rion, dia tau hal itu, terutama hal ini sedikit mengingatkan Rion pada traumanya.

"Iya rasanya sama, tapi sekarang tante Amel udah gak sakit, beliau udah sehat, mungkin udah ketemu mama disana." Rion mengangguk.

"Tante Amel pasti ketemu sama adek juga kan Gel?" Igel sempat terdiam, tapi kemudian mengangguk. Sudah sangat lama sejak terakhir kali Rion membahas soal adek dengan nya, Igel pikir Rion sudah melupakan semua itu.

"Iya, tante Amel pasti ketemu adek juga."
.
.
.
.
.
Igel dan Rion menatap pemuda yang duduk diam dia ruang keluarga, setelah pemakaman selesai dan para tamu sudah pulang pemuda itu hanya diam disana.

"Bli Ares, makan dulu bli." Ares mengerjap saat melihat seorang pemuda tengah menyodorkan sepiring makanan padanya.

"Saya Igel bli, salah satu pegawainya tante Amel." Ares tersenyum dan mengangguk.

"Kalian yang selama ini bantu mama saya kan?" Igel mengangguk.

"Kami cuma bantu sedikit bli, tante Amel jauh lebih sering bantu kami." Ares kembali tersenyum sendu.

"Makasih." Igel terdiam, dia tau Ares pasti sangat kehilangan. Dia juga pernah merasakan berada di posisi Ares, kehilangan sosok mama yang selama ini selalu dia sayangi dan prioritaskan.

"Kami mau pulang dulu bli, besok kami kesini lagi buat bantu-bantu." Ares hanya mengangguk.

"Iya, hati-hati dan makasih banyak ya."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Beta OrionisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang