21. Hari pertama

105 27 1
                                    


.
.
.
.
.
Rion menatap Igel yang baru saja keluar dari kamar mandi lekat, lelaki itu selalu berharap jika Igel bisa menemukan putri mereka. Anak pertama yang terkesan di lupakan okeh Rion selama ini, dan Rion merasa bersalah karena hal itu.

"Ada apa Yon?" Rion mengerjap saat wajah Igel tiba-tiba sudah berada tepat di hadapannya.

"Jangan ngagetin! Kita udah tua!" Igel tertawa kecil sebelum mencuri sebuah kecupan dari Rion.

"Ya habis, kamu ngelamun sambil ngeliatin aku, ada apa?" Rion menghela nafas panjang.

"Gak papa, aku cuma lagi males aja hari ini." Igel menggelengkan kepalanya heran.

"Mau libur aja? Biarin yang lain buka cafe, kita stay di rumah." Rion langsung menggeleng.

"Nanti aku gak ketemu Ara, awas ah aku mau mandi dulu." Igel kembali menggeleng saat Rion langsung bangkit dan masuk ke kamar mandi.

"Kenapa kamu selalu merhatiin Ara sih yang? Perlu aku cari tau siapa dia dan keluarga nya?" Igel bergumam pelan, memang tingkah Rion kali ini mengingatkan mereka semua pada saat Rion bertemu Candra dulu, benar-benar sama.

Igel sepertinya memang harus mencaritahu soal Adara, karena Rion itu akan bersikap seperti itu jika di dekat orang yang mempunyai hubungan dekat dengannya, sudah sejak kecil Rion seperti itu.

Igel hanya berharap jika memang feeling Rion benar, maka dia tidak perlu lagi mencari putri mereka, saat feeling Rion terbukti benar maka Adara adalah satu-satunya perempuan di rumah bintang.

"Igel, Rion, ayo sarapan!"
.
.
.
.
.
Adara tiba di cafe pukul sembilan tepat, Alden, Ares dan Alta bahkan terkejut saat Rion mengatakan hal itu tadi, namun semua ucapan Rion terbukti benar, Adara adalah anak yang disiplin.

"Pagi Adara." Adara tersenyum saat Alta, Alden dan Rion menyapanya.

"Pagi om Alta, pagi om Alden, pagi om Rion." Alta melirik ke arah Rion, sejak dua hari lalu Alta selalu berpikir dimana dia pernah melihat senyum yang mirip dengan senyum Adara ya, hati Alta baru sadar jika senyum Adara mirip dengan senyum Rion.

"Adara kamu bisa ke ruang istirahat, disana ada om Igel sama om Ares yang akan menjelaskan cara kerja dan jam operasional galaxy's cafe di pare." Adara mengangguk.

"Iya om, kalau gitu saya ke ruang istirahat dulu." Alta mengangguk saat Adara pamit dengan sopan padanya.

"Kalau aku perhatiin Adara kenapa mirip sama kalian si Yon?" Rion dan Alta menatap Alden terkejut.

"Hah? Maksudnya?" Alden berdecak.

"Memang kalau pertama kali lihat gak akan sadar, tapi kalau di perhatiin nih ya, mata nya Adara mirip mata nya Igel, bentuk mukanya juga, tapi senyum dan kulit nya mirip kamu, apa lagi kalau lagi kayak gitu tadi, mirip banget waktu pertama kali aku ketemu kamu dulu." Rion mengerjap tidak percaya, sedangkan Alta tersenyum tipis.

"Aku kira, cuma aku yang ngerasa Adara mirip sama Rion."

Disisi lain, Adara sudah duduk di hadapan Igel dan Ares yang akan menjelaskan tentang cara kerja galaxy's cafe pusat yang berbeda dengan cafe cabang nya.

"Ara, dulu posisi kamu di surabaya apa?" Ares memutuskan bertanya saat Igel tidak juga membuka suara.

"Saya barista om, tapi kadang kala juga jadi waiters." Ares mengangguk paham.

"Kamu pernah dengar belum kalau cafe pusat mempunyai sistem kerja yang berbeda?" Ara mengangguk, di hari terakhirnya di cafe, Ahmad sudah memberitahu sedikit tentang hal itu padanya.

"Galaxy's cafe pare tidak punya sistem shift, semua pegawai bekerja full. Jam operasional cafe secara tertulis sama seperti cabang yang lain, jam sepuluh pagi hingga jam sepuluh malam." Adara mengernyit saat mendengar ucapan Ares.

"Secara tertulis om? Maksudnya ada yang tidak tertulis?" Igel dan Ares tersenyum.

"Itu lah tang berbeda Ra, kami di cafe ini tutup dan buka semau kami, lebih tepat nya om, om Igel, om Rion dan om Alta yang menentukan hal itu. Jadi jangan kaget kalau nanti kami memberitahu cafe di buka pukul dua belas dan tutup pukul tujuh, semua terserah kami." Adara akhirnya mengangguk paham.

"Oh jadi begitu, baik saya paham om." Ares tersenyum.

"Semua yang disini juga tidak punya tugas tetap, jadi saling bantu saja. Karena kamu bisa masak, nanti kamu bisa bantuin om Alden, om Alta, om Igel sama Candra di dapur kalau mereka butuh bantuan, kalau gak ya santai di luar." Adara mengangguk.

"Adara, mulai hari ini kamu jadi bagian galaxy's cafe pusat, jadi kalau kamu butuh apapun atau ada apa-apa langsung bilang aja, jangan sungkan." Adara mengangguk pelan, bagaimana mungkin dia tidak sungkan jika yang mengatakan itu adalah bos nya.

"Baik om."

Tap

Tap

"Okey, kalau gitu ayo mulai kerja, sekarang hari sabtu, biasanya cafe ramai sama anak kursus."
.
.
.
.
.
Hari pertama Adara di cafe pusat cukup menyenangkan, kerja sama semua pegawainya membuat Adara kagum karena jika ini di cafe lain atau pun di cafe cabang, pasti ada senioritas yang terasa.

Namun di galaxy's cafe pusat suasana yang terasa adalah kekeluargaan, entah karena mereka memang semua keluarga atau karena hal lain, Adara tidak tau. Yang Adara tau adalah dia nyaman berada disana, meskipun sebenarnya dia juga sedikit merasa iri melihat bagaimana anak-anak itu diperhatikan orang tua nya.

"Kamu ngapain ngeliatin gitu?!" Adara tersentak saat Leo tiba-tiba menyentaknya, perempuan itu menggeleng kecil.

"Maaf om, tapi saya–" Leo melambaikan tangannya saat Adara baru akan menjawab.

"Hati-hati kalau kerja disini, gak usah ngelihatin intens kayak gitu! Kamu kayak gak pernah kayak gitu sama orang tua kamu aja, apa kamu gak di ajari sopan sama orang tua kamu?" Adara langsung terdiam saat Leo mengatakan itu, rasanya Adara ingin berteriak di hadapan Leo saat ini jika memang dia tidak pernah seperti itu.

"Kalau gitu saya ke ruang istirahat dulu om, saya mau ambil barang saya."

"Bang Leo!!" Leo merengut saat Rius menatapnya tajam.

"Apa sih sayang?"

"Abang keterlaluan!" Leo jelas kaget saat mendengar ucapan Rius.

"Apa yang keterlaluan yang?" Rius mendengus, jika saya dia tidak sedang hamil, pasti Leo sudah terkena tendangannya.

"Bang Leo ngomong gitu ke Adara itu keterlaluan, kita gak tau gimana kondisi keluarga nya bang, dan omongan abang pasti udah nyinggung Adara!" Leo menghela nafas panjang.

"Ya udah maaf, nanti aku minta maaf juga ke Adara." Rius segera mendorong Leo pergi agar cepat menghampiri Adara.

"Iya iya sayang."

Saat Leo masuk ke ruang istirahat, hanya ada jaket mereka namun Adara tidak ada.

"Nyari sesuatu Le?" Leo mengangguk sambil menoleh.

"Adara mana mas?" Ares mengernyit mengingat tentang Adara.

"Adara udah pulang, aku suruh pulang duluan karena jauh, kalau kamu butuh ngomong sama dia, tungguin besok."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat siang
Beta Orionis menyapa lagi nih
Udah lama gak up ya?
Iya, soalnya aku lagi sibuk dan belum sempet depet ide buat lanjut...

Selamat membaca dan semoga suka

See ya

–Moon–

Beta OrionisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang