09
Langit tampak muram. Pohon-pohon yang tersisa ranting saja mengelilingi makam. Dan disalah satu tugu, ada gambar Dale dengan bunga edelweis yang sudah layu bertumpuk di sampingnya.
Liam tak mampu berkata-kata ketika sampai disana. Ia sudah diam cukup lama. Hanya memandangi siluet Dale dengan zirah ksatria yang tersenyum riang seperti biasanya yang tergambar dalam lukisan itu.
"Itu benar-benar dia?" Liam bertanya dengan tatapan kosong.
Mihail yang berdiri di belakangnya ikut memandang potret Dale. Memang sangat disayangkan orang berbakat dan ramah sepertinya harus pergi secepat ini. Tapi mau bagaimana lagi jika itu lah takdirnya.
"Kalaupun kau menggali kuburannya yang tersisa hanyalah tulang belulang. Aku tak punya cara lain untuk membuktikan bahwa dia telah tiada selain membawamu ke makam ini. Kau harus belajar menerima kenyataan mulai sekarang."
Bruk!
Baik Liam maupun Mihail sama-sama menoleh ke sumber suara. Liam mendadak kaku saat melihat buket edelweis yang jatuh di tanah dan juga sosok yang menatap tak percaya akan kehadirannya disana.
"Li-liam.... Pangeran William!"
Liam tersentak. Ia melangkah mundur ketika wanita itu, Riana, berlari menuju dirinya. Dan tau-tau wanita itu berlutut di kaki Liam dengan mata yang basah.
"Akhirnya anda kembali...." Ujar Riana dengan suara bergetar. Ia menggapai tangan Liam dengan tangan gemetar, "Tolong.... Tolong selamatkan adikku. Selamatkan Dale, Pangeran. Saya mohon...."
Wajah wanita itu yang dulunya berseri kini tampak kurus dan suram. Pipinya tirus, kantung matanya menghitam. Bibirnya kering dan pecah-pecah. Semua itu menyiratkan betapa buruk hari-hari yang ia lalui selama ini.
"Dale adalah satu-satunya keluarga yang saya punya. Hanya dia Pangeran.... Saya tak bisa melakukan apapun dengan benar. Saya ini orang yang ceroboh dan serampangan. Saya tak bisa hidup tanpa dia. Saya membutuhkan dia disini.... Saya mohon. Kembalikan Dale....."
Mau memohon seribu kali pun Liam tak akan pernah bisa mewujudkan keinginan wanita ini. Kalau pun Liam bisa, dia juga ingin Dale kembali. Dia ingin Dale disini dan menyogoknya dengan berbagai makanan seperti biasa.
Namun itu hal yang mustahil. Kalau pun ada keajaiban di dunia, itu tak akan cukup untuk membuat Dale hidup lagi. Nyatanya dia sudah mati. Meski bayang-bayangnya menghantui orang-orang yang dia tinggalkan. Namun dia sepenuhnya telah lenyap dari dunia ini.
"Saya harus memasak.... Tapi tak ada satupun yang berhasil saya lakukan setelah kepergiannya.... Saya sudah meninggalkan istana. Saya sudah berusaha menerima semuanya. Tapi saya selalu kembali kesini mencari-carinya. Saya membutuhkannya. Saya tak bisa hidup tanpa dia Pangeran. Dia satu-satunya harta berharga yang saya punya. Satu-satunya orang yang bisa saya sebut sebagai keluarga. Dia milik saya satu-satunya Pangeran. Jadi tolong.... Tolong kembalikan Dale...."
Liam tak bisa menangis bahkan jika ia ingin menangis sekalipun. Dia hanya terdiam kaku dengan tatapan kosong. Membiarkan Riana meraung memohon-mohon di kakinya. Liam tak bisa melakukan apapun, tak ada yang bisa ia perbuat atas kehilangan yang menyakitkan ini.
Dia tau ini kejam. Tapi Liam tak berkutik sama sekali ketika portal teleportasi terbuka dan Mihail menariknya pergi. Meninggalkan Riana menangis pilu di hadapan makam Dale memanggil-manggil adiknya yang tak mungkin akan kembali.
Lutut Liam menjadi lemas. Ia jatuh terduduk begitu mereka sudah tiba dalam ruang temaram yang mengurungnya selama dua tahun ini.
"Aku akan menggelar rapat. Kau tunggulah disini, bila ada apa-apa kau bisa menarik tali di dekat perapian. Aku akan segera datang setelahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be The Devil Prince
FantasyLahir dengan darah ras iblis. Diasingkan dari keluarganya. Dibenci rakyatnya. Lalu menjadi pengkhianat yang akhirnya mati di tangan ayahnya sendiri. Setidaknya itulah yang Alex tau tentang William Alexander yang merupakan antagonis novel The Lord ya...