28

4K 510 17
                                    

Secepat kilat dalam satu hari saya ngejar jumlah chap yang diunpub....

Haha my brain ini halunya kalau lancar ya lancar kali, kalau mampet ya mampet banget
.
.
.
.
.

Hari pertama berjalan dengan lancar. Liam juga tertidur dengan tenang sehari penuh. Dia terbangun saat waktu makan malam tiba. Perutnya bergemuruh karena terlalu lama tertidur.

Tapi sepertinya Liam melupakan sesuatu. Dia terduduk memikirkan itu dengan wajah mengantuk.

"Akhirnya kau bangun. Ku kira akan tidur sampai besok."

Liam menyipitkan matanya dan menatap siapa yang berdiri di depannya saat ini, "Emer? Kenapa kau disini?"

"Menjemputmu tentu saja. Apa kau melupakan perjamuannya?"

Liam berkedip beberapa kali. Kemudian dia mengusak rambutnya dengan perasaan dongkol, "Ah, sial. Ku harap aku tertidur sampai besok saja."

"Tapi bukannya perjamuan hanya untuk orang-orang tertentu saja?" Tanya Javier dari kasur tingkatnya.

Xavier membuka jendela seperti sedang mencari sesuatu, "Dan mereka termasuk orang-orang tertentu itu. Kau lupa mereka adalah pangeran dari kerajaan Calais." Sahutnya sambil lalu.

"Benar juga.... Tapi ngomong-ngomong apa yang kau cari?"

"Ric, kucing itu tak ada dimana-mana."

Liam menguap, "Biarkan saja. Nanti juga dia akan kembali."

Emerald menatap Liam yang akan tidur lagi, "Kau cepatlah bersiap. Setelanmu sudah disiapkan, Nico akan membantumu berpakaian."

"Nico?"

Pintu diketuk dan Nico muncul bersama beberapa pelayan. Dengan segala upaya dia akhirnya bisa membuat Liam beranjak dari kasurnya.

Sementara itu Javier mendekat pada Xavier yang terdiam di dekat jendela, "Wah, dia benar-benar seorang pangeran rupanya." Bisiknya.

Xavier memutar matanya malas, "Memangnya selama ini kau kira dia apa?"

|||||||||

Malam ini tampilan Liam sangat rapi dan formal tak seperti biasanya yang awut-awutan dan ala kadarnya saja. Tidak seperti Emerald yang memakai setelan putih dengan aksen keemasan, Liam justru mengenakan setelan dari menara dengan dominasi warna hitam dan aksen biru serta perak yang selaras dengan Mihail.

Hal itu menegaskan status Liam, sebagai siapa dia datang malam ini.

Tujuan perjamuan ini diadakan untuk menyambut tamu-tamu penting yang datang seperti petinggi-petinggi pemerintahan dan para bangsawan kelas atas dari seluruh kekaisaran yang telah hadir. Dibalik itu semua, disinilah tempat paling tepat untuk membangun relasi dan mencari nama dalam kelompok sosial.

"Tentang kau yang akan mewarisi posisi kepala menara nantinya memang hanya diketahu oleh kaisar dan segelintir orang saja. Namun, dengan kehadiranmu malam ini bisa memunculkan opini terkait hal itu ke publik. Rumor akan menyebar. Banyak orang akan berusaha mengorek informasi atau pun mencoba menjilat padamu dari sekarang. Kau mungkin akan menjadi target dari kelompok yang tak senang. Atau pun bisa saja diperalat oleh orang-orang berotak dangkal penggila kekuasaan. Banyak hal akan terjadi setelah ini, Liam. Pastikan dirimu siap dengan baik."

Liam mendengar dengan baik semua yang Mihail ucapkan meski matanya menatap lurus ke depan pada Kaisar yang tengah memberi sambutan. Dari sudut matanya, dia tau beberapa orang telah mencuri-curi pandang mempertanyakan keberadaannya di samping Mihail.

Ini adalah debut pertama Liam di kalangan sosial. Pertama kali dia menampakkan dirinya secara resmi. Tentu banyak yang mempertanyakan tentang siapa dirinya. Meski begitu Liam yakin mereka sudah bisa menebak dengan sendirinya.

Kaisar mengangkat gelas, perjamuan dimulai. Semua orang mulai memisah dan membentuk kelompok-kelompok tersendiri. Beberapa diantaranya mendekat ke arah Liam dan Mihail.

Mereka memberi salam dan berbasa-basi. Namun salah seorang tampak tidak sabaran. Jadi dia mulai bertanya secara langsung.

"Maaf bila saya lancang. Siapa yang bersama anda tuan kepala menara? Baru pertama kali saya melihatnya."

Liam memasang senyum formal, "Maaf saya tidak segera memperkenalkan diri. Saya William Alexander De Calais. Senang berkenalan dengan anda semua."

"Ah, pangeran maafkan saya yang tak bisa mengenali anda...."

Mereka satu persatu memperkenalkan diri. Hal itu menaril beberapa orang lainnya untuk mendekat dan bergabung ke dalam kelompok mereka.

"Saya tadi sempat menebak-nebak karena anda terlihat begitu mirip dengan pangeran Emerald."

Liam membalas dengan senyum singkat. Mihail menyentuh pundak Liam, "Ini adalah pertama kalinya pangeran William menghadiri acara resmi. Berbeda dengan pangeran Emerald, sedari kecil pangeran William tumbuh di dalam menara. Beliau adalah murid kebanggaan saya."

Benih sudah ditebar. Beritanya akan segera menyebar. Dari sini Liam akan mengamati, siapa saja yang akan datang kepadanya. Siapapun itu, dia akan menguak kedok mereka habis-habisan.

Karena kemungkinannya, salah seorang di ruang perjamuan ini merupakan dalang dari terbentuknya faksi antikaisar belakangan ini. Jika mereka berniat menggulingkan kaisar maka mereka akan membutuhkan Liam untuk mendapatkan dukungan menara.

'Nah, mendekatlah. Akan kucabik-cabik kalian hingga tak bersisa.'

||||||||

"Haahh...." Liam melepas lapisan luar setelannya dan menghempaskan dirinya ke sofa. "Lelahnyaa....."

Dia tengah berada di ruang istirahat bersama dengan Lionel, Alice serta Niels.

"Kedepannya kau akan lebih banyak menghadiri acara seperti ini," tutur Alice sembari menyesap tehnya dengan anggun.

"Mereka tak henti-hentinya berdatangan dan bicara padaku. Itu benar-benar menyebalkan," keluh Liam lagi. Kepalanya pening sekali setelah menghadapi para bangsawan menyebalkan itu selama beberapa jam.

"Kau harus lebih terbiasa," ujar Niels.

"Kalian santai sekali ya...." Gerutu Liam melihat ketiga saudaranya minum teh dengan santainya. "Omong-omong dimana Emer?"

"Mungkin sedang mengajak Luisa bermain, anak itu tak mau lepas dari Emer barang sebentar saja," sahut Alice.

Liam jadi kepikiran sesuatu, "Apa sesuatu terjadi di istana belakangan ini? Aku rasa ada yang aneh dengan Luisa."

Niels mengiyakan. Dia ikut merasakan perubahan pada adik bungsunya itu.

Lionel menghela nafas. Dia melirik Alice untuk menjelaskan.

"Entahlah. Belakangan dia sering bermimpi buruk. Setelah itu dia jadi sering sakit dan lebih pendiam."

Liam menatap langit-langit cukup lama, 'Semoga bukan hal yang merepotkan.'

"Mimpi buruk seperti apa?" Tanya Niels.

"Dia selalu lupa tentang mimpinya setelah terbangun."

"Semoga saja ini hanya karena dia kelelahan saja, bukan merupakan hal yang buruk," ujar Alice lagi.

Lalu hening diantara mereka. Sampai kemudian Lionel meletakkan cangkir tehnya dan menatap Liam.

"Kau benar-benar ikut serta dalam turnamen?"

Liam mengerang, "Ah menyebalkan. Jangan dibahas lagi, perutku mulas."

||||||||

Be The Devil PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang