Xander mondar mandir sembari menggendong kucing abu-abu. Entah apa fungsinya dia melakukan itu. Tapi dia tak mau berhenti dan terus berjalan secara random mengelilingi ruangan tempatnya menginap di paviliun tamu akademi J'Hester.
Michelle sedikit tersenyum tabah menyadari kalau Tuan Muda kecil satu itu tengah kebosanan menunggu Sam yang sibuk mengurusi berbagai hal.
"Michelle... kapan ayah kembali?"
"Mungkin sebentar lagi Tuan Muda."
Xander menghela nafas lelah, "Aku bosan. Kenapa ayah tak mengizinkan ku keluar?"
"Itu karena diluar berbahaya bagi anak kecil seperti anda. Ada banyak penjahat yang kejam diluar sana, dan Tuan Duke tidak ingin anda terluka jika pergi tanpa pengawasannya," Michelle berusaha memberikan pengertian.
"Hmm.... Tapikan ada Michelle yang bisa melindungi ku juga...."
Michelle tersenyum gemas bercampur senang. Sementara Deric, si kucing yang sedang sial karena terjebak bersama Xander selama beberapa hari ini mendecih sinis dalam hati. Pandai sekali iblis ini berlagak layaknya anak kecil rapuh yang tak berdaya, pikirnya.
Pintu terbuka, sosok yang ditunggu-tunggu muncul disana. Xander yang semula tertunduk lesu mendongak dengan semangat.
"Ayah!"
Sam tertegun sejenak melihat mata Xander yang menatapnya berbinar seolah anak itu telah menantikan kedatangannya cukup lama. Dia lalu tersenyum dan mengangkat Xander untuk ia gendong.
"Aku menunggu seperti yang ayah bilang dan tak keluar dari sini sedikitpun," Xander melapor.
Sam mengecup keningnya sekilas, "Anak baik."
"Sekarang kita mau kemana?" Tanya Xander begitu Sam mulai berjalan keluar.
"Ke akademi, semifinal akan segera dimulai. Kau suka menontonnya bukan?"
Sebenarnya Xander tak terlalu tertarik. Tapi karena Liam juga bertarung di semifinal hari ini dia sangat ingin melihatnya. Terlebih ada beberapa peserta yang menarik perhatiannya sejak babak penyisihan.
Aegus merupakan salah satu keluarga berpengaruh dan masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga kerajaan Calais. Reputasi itu menempatkan Duke Aegus di jajaran kursi VIP bersama kaisar dan raja-raja lainnya.
"Saya memberi salam kepada cahaya kekaisaran dan juga matahari Calais yang bijaksana."
Sam memberi salam kepada Kaisar Yevgeni dan Raja Astra yang datang bersamaan dengannya. Xander mengikutinya sesuai dengan apa yang telah diajarkan Michelle.
"Duke Aegus, tak usah terlalu formal. Tidak banyak yang melihat disini," sahut Yevgeni.
Sam mengulas senyum, "Kalau begitu anda juga bisa memanggil dengan nama saya seperti biasa yang mulia."
Astra menghela nafas jengah melihat basa-basi mereka. Tersenyum dari luar tapi di dalam penuh permusuhan. Sam itu punya dendam tersendiri pada Yevgeni yang merupakan seniornya di akademi dulu. Dan Yevgeni merupakan senior kurang ajar yang gemar sekali menjahili juniornya.
"Jadi rumor itu benar ya...." Ujar Astra menatap pada anak kecil yang berdiri di dekat kaki Sam. Entah kenapa sekilas anak itu mengingatkannya pada Liam waktu kecil dulu. "Kau mengadopsi seorang anak."
Sam menyentuh lembut punggung Xander mendorongnya pelan agar sedikit maju, "Xander, dia adalah raja Astra dari Calais, kerajaan tempat ayah tinggal. Kami adalah sepupu jadi dia merupakan pamanmu mulai sekarang."
Xander mendongak menatap Astra. Ah... dia memikirkan banyak hal sekarang. Dia bingung. Haruskah dia memanggil ayahnya sendiri dengan panggilan paman? Tapi Astra sepertinya juga tak tau menau perihal Xander jadi tak masalah kan? Lagipula Liam sudah memberikan keluarga yang dia janjikan pada Xander. Dia benar-benar senang Sam menjadi ayahnya. Maka dari itu....
KAMU SEDANG MEMBACA
Be The Devil Prince
FantasyLahir dengan darah ras iblis. Diasingkan dari keluarganya. Dibenci rakyatnya. Lalu menjadi pengkhianat yang akhirnya mati di tangan ayahnya sendiri. Setidaknya itulah yang Alex tau tentang William Alexander yang merupakan antagonis novel The Lord ya...