dunia ni lawak bener, sat set sat set dah senin lagi aja
aku belom sempat ngerasain libur lhooo ToT kok cepat kali ganti hari ToT
_______|||||||||||__________
13
"Aku sungguh tidak ingin pergi kesana."
Lionel menyesap tehnya lalu meletakkan cangkirnya lagi, "Kenapa? Akademi itu sarana paling bagus untuk mengembangkan potensi. Sumber daya mereka luar biasa."
Liam bersandar dengan lesu di kursi kali ini, "Aku tak terlalu tertarik dengan apa yang mereka miliki. Lagipula kalau bicara soal sumber daya, tentu di menara tempat yang paling luar biasa."
"Benar juga," Alice menyahut. "Menara memang tempat paling bagus untuk berkembang. Tapi akademi punya lebih banyak hal dari itu. Disana adalah awal mula bagi para generasi muda membentuk relasi mereka sendiri. Lingkup sosial di akademi itu tidak akan bisa kamu temukan di menara."
"Hmm.... Kalau itu, untuk ku yang bercita-cita hidup sendirian di pulau terpencil dan bergelimang kemewahan, relasi tak dibutuhkan."
"Dengan statusmu sebagai Pangeran kerajaan ini, sudah dipastikan cita-cita itu tak akan pernah terwujud," kata Lionel lalu menepuk-nepuk pundak Liam yang menjadi murung dalam sepersekian detik.
"Ya kan?" Liam menopang dagunya, "Hanya gara-gara kebetulan status sosial ku tinggi dari lahir, aku dibuat kerepotan karena harus terlibat dengan banyak orang."
"Kenapa kau mengeluh begitu?" Alice berdiri dari duduknya mendekati pembatas balkon. "Kau masih belum menjalankan tugas sebagai Pangeran secara resmi. Jadi itu belum seberapa. Lebih baik persiapkan diri mu mulai sekarang."
Liam melirik Lionel, "Aku mau bergabung dengan pasukan Ksatria Lionel saja kalau begitu."
Ctak.
Lionel menjitak kepala adiknya itu, "Panggil aku Kakak baru ku pertimbangkan hal itu."Alice berbalik menatap kedua saudaranya itu, "Mustahil. Bukannya Kaisar sudah menetapkan mu untuk memimpin pasukan aliansi setelah lulus dari akademi? Jelas saja kau tidak akan bisa bergabung dengan pasukan Ksatria Lionel."
"Benar juga," Lionel juga baru teringat akan hal itu. "Masa kerja divisi nol sudah diakhiri, kau juga harus bergabung dengan pasukan aliansi di menara. Kemungkinan nanti kau juga akan ditunjuk menjadi pengganti Mihail. Kesibukan melekat erat dengan takdir mu lho...."
Liam ingin mengubur dirinya di suatu tempat yang tak akan diketahui siapa pun rasanya. Kalau tau akan begini, lebih baik ia mendekam saja di puncak menara seumur hidupnya. Kontrak sialan itu benar-benar membuatnya repot bukan main.
"Yevgeni..." Aura Liam pekat sekali saat mulai bicara. "... kaisar sialan itu belum puas membuat ku mengelilingi Kekaisaran dalam dua belas tahun untuk menumpas wabah. Sekarang dia mengirim ku ke akademi. Katanya aku harus memperbaiki citra atau sebagainya. Dia seenaknya menyuruhku belajar baik-baik di akademi sementara dia tau aku benci belajar setengah mati. Bahkan masih menyuruhku untuk mendapatkan rekomendasi entah apalah itu. Si bajingan tak berakhlak itu seenaknya menyuruh-nyuruh ku. Kalau bukan karena kontraknya, sudah lama aku habisi dia. Sebelum membunuhnya, akan kucabut kuku-kukunya, menguliti nya hidup-hidup lalu dimandikan dengan air asam, lalu—"
"Tu-tunggu, stop, cukup!" Lionel menyela dengan buru-buru. "Apa kau sadar ucapan mu itu sangat mengerikan? Gila, aku dibuat merinding."
Dalam sekejap wajah Liam berubah tenang tanpa riak bersalah sedikitpun. Seolah ucapannya yang seperti iblis barusan hanyalah ilusi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be The Devil Prince
FantasyLahir dengan darah ras iblis. Diasingkan dari keluarganya. Dibenci rakyatnya. Lalu menjadi pengkhianat yang akhirnya mati di tangan ayahnya sendiri. Setidaknya itulah yang Alex tau tentang William Alexander yang merupakan antagonis novel The Lord ya...