tak tau~~ aku tak tau~~ harus lanjut gimana lagi~~
bingong bingong!!!
mari kita evaluasi semuanya sejauh ini
silahkan sampaikan pendapat kalian disini ya geesss >>>
:)
Emerald mendapat mimpi yang mengerikan. Mimpi dimana rasa sakit menguasai tubuhnya hingga akhirnya dia sempurna mati rasa. Mimpi itu membuat Emerald jelas merasakan bagaimana rasanya ketika hidupnya mendekati jurang kematian.
Namun taukah kalian yang lebih menyeramkan dari semua itu?
Yakni ialah mata merah menyala yang menghujam lurus dengan bengis dan dingin padanya di hari itu.
Dan ketika terbangun dan mimpi itu usai, Emerald menyadari satu hal. Bahwa itu adalah sekeping potongan tentang kejadian di masa silam yang akhirnya melengkapi puzzle yang berusaha ia susun.
Emerald selalu penasaran. Sebab orang-orang bilang tak akan ada api kalau tak ada asap. Sesuatu tak mungkin terjadi bila tak ada yang menjadi pemicunya. Dan yang ia pikirkan, bagaimana rumos keji tentang Liam bisa tersebar tanpa adanya sesuatu yang melandasi?
Dengan kembalinya ingatan Emerald, dia akhirnya mengetahui asap yang mengobarkan gelora api itu. Emerald sekarang tau apa awal mulanya.
Apa dia marah? Jawabannya sama sekali tidak. Seandainya dia mati dan menjadi arwah gentanyangan sekali pun, Emerald tak akan pernah menaruh dendam pada Liam. Sebab sedari awal Emerald sudah menerima semua yang ada dalam diri adiknya. Dan itu menjadi resikonya sendiri karena memilih berada di sekitar Liam meski sudah tau seberbahaya apa sesutatu yang ada dalam diri anak itu.
"Karena itu Liam.." Emer menelan ludah susah payah melihat tubuh Liam yang terluka dimana-mana. "..ayo kita pulang."
"Kau habis dari akademi kan?" Liam malah mengajukan pertanyaan. "Sudah dengar aku menjadi buronan?"
Emerald menggeleng ribut, "Biarkan saja mereka. Ayo pulanglah denganku."
Liam membuang nafas dengan kasar, "Kabar seperti apa yang kau dengar sampai masih bersikukuh mengejar ku kesini?"
"Orang-orang gila itu menyebutmu bersekongkol dengan ras iblis. Aku tak mungkin mempercayai omong kosong semacam itu."
Sebenarnya Liam kesulitan mengambil nafas. Dia tak yakin bisa berdiri tegak untuk waktu lebih lama akibat luka-luka yang ia terima dari pertarungan sebelumnya. Karena itu..
"Kau lupa Emer?" ujarnya membuat sebuah es runcing di tangan kiri. "Aku ini memanglah iblis!"
Jlebb
"Akh!"
Es itu menancap di pundak Emerald dengan cukup dalam. Membuat darah merembes keluar terlebih saat Liam mencabutnya dengan kasar. Darahnya mengalir lebih banyak.
"Dan juga.."
Bayangan hitam tiba-tiba menyelimuti tubuh Liam secara perlahan.
"Sudahkah kau melihat mayat Niels yang aku tinggalkan?"
Deg.
Niels? Dan.. mayat katanya? Sebenarnya apa yang Emerald lewatkan dalam rentang waktu sesingkat ini?
"Aku menghancurkan jantungnya sebagaimana yang kulakukan pada mu dulu."
Dan hal terakhir yang Emerald lihat sebelum Liam menghilang ditelan bayangan hitam hari itu adalah sepasang netranya yang merah menyala serta seringai halus yang entah bagaimana membangkitkan amarah yang meluap-luap dalam diri Emerald.
Sejak saat itu Emerald seolah diburu waktu. Dunia menjadi kacau dalam waktu singkat. Dia bahkan tak sempat berduka sedikit pun atas kematian kakaknya. Yang dia ingat hanya tangis keluarganya yang memilukan di hari itu. Tak cukup disana, Luisa juga sampai harus terbaring sakit. Berada diantara kondisi hidup dan mati.
Semuanya benar-benar menjadi kacau. Dan yang dapat terus dia lakukan di tengah kekacauan itu hanyalah menyayunkan pedangnya menebas setiap monster yang datang. Sembari terus bertanya-tanya, apa yang sebenarnya para pembuat onar itu kejar sampai harus membuat korban sebegini banyaknya?
Apakah hidup di atas dunia yang aman dan damai saja tidak cukup?
Apalagi yang orang-orang harapkan selain hidup dengan nyaman?
Kenapa mereka selalu terobsesi dengan kekuasaan?
Kenapa semuanya terus hidup dengan mengonsumsi keserakahan?
Sebenarnya apa yang mereka cari?
||||||||||||||
"Kau tak berada di posisi dimana kau bisa menolak, anak manusia."
Lionel memijit pelipisnya. Dia sudah cukup dibuat repot dengan mengerahkan pasukan untuk menjaga perbatasan wilayahnya sekaligus mengorganisir para transmigran yang datang dari daerah lain karena kehilangan tempat tinggal akibat serangan monster.
Lalu sekarang dengan santainya seorang Jendral iblis muncul di hadapannya dan berkata akan membuat portal baru di wilayahnya.
"Sebenarnya apa yang ingin kalian lakukan?"
Nico menjentikkan jarinya, "Nah, selain tak bisa menolak kau juga tak berhak untuk mempertanyakan hal itu. Patuh saja oke?"
Tatapan Lionel menajam, "Atas dasar apa kau kira aku akan patuh?"
Senyum miring tersungging di wajah Nico, "Kau lemah. Itu saja seharusnya sudah cukup untuk membuat mu menyadari posisi mu disini."
"Ku akui, kau memang kuat. Sangat kuat sampai membuat ku berpikir akan kalah tanpa bertarung sedikitpun."
Lionel melepaskan shura merah dari tubuhnya mebuat shura yang terasa mendominasi itu menyelimuti dirinya perlahan-lahan.
"Lalu, memangnya kenapa?" lanjutnya dengan tatapan dingin tertuju lurus pada Nico. "Yang lemah biasanya takut pada yang kuat karena mereka takut mati..."
"..tapi apa kau pikir hal semacam itu bisa membuat aku menundukkan kepala pada bajingan seperti mu?"
||||||||||||||||||||
Nico mbatin: gimana adeknya gitu pula abangnya. gak heran sih, si lionel kan abangnya liam yang bahkan lebih gila lagi kelakuannya:)
yang sabar ya pak jendral
![](https://img.wattpad.com/cover/351586651-288-k822038.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Be The Devil Prince
FantasyLahir dengan darah ras iblis. Diasingkan dari keluarganya. Dibenci rakyatnya. Lalu menjadi pengkhianat yang akhirnya mati di tangan ayahnya sendiri. Setidaknya itulah yang Alex tau tentang William Alexander yang merupakan antagonis novel The Lord ya...