Tugasku deadline jam 11 nanti
Jadi sepotong dulu aj deh
Ntr sambung lagi
Btw yg punya otak cerdas inpo dong🥹 gila nih aku lama-lama
...
..."Jadi begini caramu, Gaia." Liam menggeram menatap sepasang netra Luisa yang berubah merah darah. Mata yang Liam kenali siapa pemilik aslinya.
Seringai tipis timbul di bibir mungil gadis kecil itu. Tepatnya luarnya saja dia yang Luisa, dari dalam Gaia telah mengambil alih penuh dirinya. Dia sama sekali tak terusik meski keadaan sekitar amat kacau akibat pertarungan hebat antara Killion dan Myu yang telah bermutasi.
Pertarungan dua makhluk itu sudah ditingkat yang tak bisa diimbangi orang biasa. Membuat siapapun tak bisa mendekat. Kecuali Liam dan Luisa yang berada dalam radius pertempuran tanpa terusik sama sekali.
"Semua yang kau lakukan sia-sia." Ujar Luisa yang suaranya berubah menjadi suara yang amat Liam kenali. Suara Gaia. Dia mengulas senyum begitu melihat Liam mengeluarkan pedang es nya.
"Kau menilai ku terlalu mudah."
Dan senyum di wajah gadis kecil itu menghilang saat melihat shura putih Liam diliputi sesuatu yang hitam pekat. Pada pedang es nya pun terlihat serabut merah kehitaman bak pembuluh yang muncul mulai dari pangkal pedang hingga merambat ke ujungnya.
"Berhenti." Katanya saat Liam melangkah maju.
Tapi pria itu sama sekali tak terusik meski sebuah tanda muncul di keningnya. Dan tanda berbentuk sulur berduri menyebar seolah berusaha mengekang Liam sepenuhnya. Namun hanya sesaat hingga sulur itu menguap begitu saja.. bersamaan mata Liam yang berubah merah.
"Berhubung aku belum pernah menggunakannya, jadi biar ku tunjukkan padamu."
Pembuluh Liam terlihat menonjol seolah tubuhnya tengah diperah habis-habisan. Sementara sklera matanya menghitam. Ini adalah apa yang Liam dapatkan dari Xander sebagai ganti kebebasan anak itu. Kekuatan milik Xander yang sepenuhnya menelannya secara perlahan.
"Omong kosong. Kau tak akan membunuh anak ini, Lex."
"Sebelumnya aku pikir begitu. Tapi dipikir-pikir lagi, baiknya anak ini musnah saja."
Beberapa duri panjang datang menghujam Liam dari samping. Namun hanya dengan sekali tebasan semuanya meleleh, hangus terbakar. Sementara matanya tetap terkunci pada sosok gadis kecil di depannya.
Raungan memekakkan terdengar saat Killion memutus sebelah sayap Myu. Monster itu tampak menjerit kesakitan dan bergerak menggila membuat cairan kental hitam dari tubuhnya terciprat kemana-mana.
Kraakkk
Kaki depan Killion menginjak belakang monster itu yang telah ia rubuhkan tepat di tulang sayapnya yang tersisa. Membuat raungan-raungannya terdengar semakin memekakkan telinga. Dia semakin memberi tekanan pada kakinya membuat monster itu tak berkutik.
Sepertinya Killion berhasil menaklukkan bencana yang satu ini. Namun bukannya merasa lega dia malah dibuat terkejut melihat Liam mengayunkan sebilah pedang tanpa ragu kepada Luisa.
"Bodoh apa yang kau lakukan?!!!"
Tranggg..
Suara pedang saling beradu. Seseorang muncul dan mencegat serangan Liam dengan cepat. Entah darimana datangnya.
"Niels..."
Luisa menyeringai. Tak lama dia terbahak. Melihat kalau yang satu ini benar-benar tak Liam duga sama sekali. Bahwa Niels juga telah berada di bawah pengaruh Gaia dan ia kendalikan bak boneka.
Liam menggertakkan giginya melihat raut kosong di sepasang netra kakaknya. Pasti saat kekacauan di akademi, wanita iblis itu mengambil celah saat itu. Pantas saja Liam merasa ada yang ia lewatkan. Rupanya hal ini. Harusnya dia sedari awal begitu tak ada tanda-tanda kehadiran Niels sepanjang turnamen.
Langit menggelap saat Killion akhirnya mencabik-cabik monster Myu hingga tak bersisa. Dia berlari ke sisi Liam melayangkan cakarnya membuat Niels terhempas jauh dari mereka.
"Dia tak akan bisa diselamatkan." Ujarnya pada Liam mengeratkan genggaman pada pedangnya melihat Niels bangun tanpa rasa sakit. Seolah lelaki itu hanya sebuah alat yang akan terus beroperasi meski ia rusak dan hancur.
Sebait seringai terbit di bibir Liam, "Akan ku selamatkan. Bagaimana pun caranya."
"Pfftt..." Luisa menutup mulut dengan jemari kecilnya. "Inilah yang membuat mu lemah, Lex. Karena membiarkan hatimu tetap hidup. Karena itulah kau lemah."
"Apa bagimu aku hidup?" Lalu seringainya berubah makin menyeramkan. "Aku ini sudah lama mati."
Secepat kilat, Liam bergerak. Menerjang Niels yang masih limbung. Dan membiarkan pedangnya menembus hingga ke punggung pria itu.
Semua keributan seakan terserap hilang entah kemana begitu Liam menarik pedangnya dan darah Niels bercipratan mengotori tangan serta wajahnya. Niels terbatuk mengeluarkan darah hingga pada akhirnya waktu seolah melambat saat ia perlahan tumbang menyentuh tanah.
"Inilah caraku menyelamatkan." Bisiknya lirih. Entah pada siapa di tengah hening yang meliputi area itu untuk sesaat.
Hingga guntur terdengar dari arah langit. Hujan turun bersamaan dengan pusaran aneh yang terbentuk di atas sana. Pusaran yang kemudian menjadi portal yang sama seperti yang terbentuk di atas akademi beberapa waktu lalu. Bedanya kali ini, itu terlihat jauh lebih mengerikan.
"Hah..." Liam setengah tertawa melihat apa yang terjadi di depannya. Dia bahkan seolah tak akan dibiarkan beristirahat begitu saja. Sebab setelahnya tanah yang ia pijaki terasa berguncang saat seekor chimera keluar dari portal. Persis seperti yang ia lihat dalam ingatannya tentang kehidupan lalu. "Sialan!"
Makhluk mengerikan dengan tiga kepala yang terdiri dari kepala singa, elang dan ular itu memiliki tinggi kurang lebih 5 meter. Bahkan melebihi ukuran Killion. Tubuhnya tubuh singa, di punggungnya terdapat sepasang sayap elang serta ekor ular yang memiliki ujung tajam dan berbisa. Gilanya, makhluk itu tak hanya ada satu. Mereka terus keluar dari portal hingga tak tau jumlah pastinya berapa. Yang terlihat sekarang mungkin ada sekitar 7 ekor.
"Sejauh apa para ilmuan gila itu telah bereksperimen?!" Gerutu Liam mendapati berbagai jenis monster cacat yang menggila. Tau sekali kalau itu adalah hasil eksperimen para ilmuwan gila yang ia buru sejak lama. Dan Liam tau otak dari semuanya adalah orang yang sama, Gaia.
"Kau tau, Lex? Butuh waktu saaa~ngat lama untuk mengumpulkan semua mahakarya semacam ini."
Gadis kecil itu membungkuk mengambil potongan duri Myu di dekat kakinya. Dia tersenyum cerah begitu menatap Liam dengan benda itu di tangannya.
"Dan yang terbaik dari semuanya, masih aku simpan untuk nanti. Tertarik bertemu dengannya?"
____
Menurut kalian chapter ini oke apa ndk? Atau unpub aja bikin scene baru?
Jujur lagi-lagi merasa buntu🥲

KAMU SEDANG MEMBACA
Be The Devil Prince
FantasiLahir dengan darah ras iblis. Diasingkan dari keluarganya. Dibenci rakyatnya. Lalu menjadi pengkhianat yang akhirnya mati di tangan ayahnya sendiri. Setidaknya itulah yang Alex tau tentang William Alexander yang merupakan antagonis novel The Lord ya...