16

6.7K 918 19
                                    


16

Hari ini, Eugene benar-benar menelantarkan kelas Alpha. Tidak ada kegiatan apa pun seperti kelas lainnya. Tapi Liam tak menyangka kalau mereka yang dianggap kelas elite seorang pun tidak ada yang memiliki ciri siswa teladan. Semuanya asik bermain-main.

"Kau tau Liam, karena sistem pemeringkatan, kekuatan tiap kelas jadi tak seimbang. Kelas ini menjadi kelas terkuat di Angkatan satu. Dan itu menjadi masalah sebab guru-guru sulit untuk mengendalikan mereka," Emerald masih pada posisinya dengan kedua tangan disilangkan di belakang kepala dan kaki naik ke atas meja.

Sementara Liam menopang dagu dengan mata yang meliar. Dia memperhatikan setiap sisi, meneliti setiap orang dengan mata elangnya seolah mencoba mencari kebenaran dari kata-kata Emerald.

"Oi adik Emer, tak perlu dilihat segitunya. Bisa-bisa kau melubangi kepala seseorang dengan tatapanmu," ujar Sergio yang membalik posisinya duduk mengarah ke belakang pada Emerald dan Liam. Ia mengulurkan tangan, "Nama ku Sergio, salam kenal."

Liam meliriknya cukup lama, "Aku tak butuh ramah tamah dari orang yang merasa keberatan akan kehadiran ku."

Sergio tersenyum sulit. Ya memang aneh sih, tadi dia mengangkat tangan menentang keputusan Emerald sekarang malah bersikap sebaliknya. Tapi bukankah masalah itu sudah terselesaikan? Kenapa anak ini seperti menaruh dendam?

Emerald terkekeh, "Dia anak yang pendendam sejak dulu, jadi tolong maklumi saja."

Sergio menarik tangannya kembali, "Ngomong-ngomong kalian cukup dekat, ya?"

"Tentu saja, kami kan saudara," kata Emerald yang entah kenapa berwajah sombong.

"Aku pikir akan seperti yang dirumorkan."

"Tidak semua rumor membawa fakta. 99,9% itu diciptakan melalui opini yang dilebih-lebihkan," sahut Liam.

Dalam hati Sergio menyetujui. Dan jawaban Liam sedikit membuatnya tertarik. Sepertinya Liam orang yang cukup menyenangkan untuk dijadikan teman, pikirnya. Karena bayangan teman dalam otak Sergio hanyalah menyangkut hal-hal yang ekstrem.

"Aku sedikit penasaran, apa kau dari keluarga Everhart?"

Sergio tampak kebingungan saat Liam menebak nama keluarganya dengan tepat, "Bagaimana kau bisa tau?"

"Ternyata benar. Darah memang tak bisa berbohong," Liam justru mengatakan hal yang membuat Sergio semakin penasaran.

Emerald melirik Liam dengan ujung matanya, "Apa kau kenal seseorang dari keluarga Everhart, Liam?"

"Hmm...." Liam menatap Sergio yang tampak menanti jawaban. Ia lalu menoleh ke arah pintu, "Kenapa tak ada satu orang pun guru datang setelah Eugene?"

"Itu karena kami meminta hari ini diliburkan dari kegiatan pembelajaran," sahut Alexis berjalan mendekati mereka setelah melerai Allen dan Javier yang perang saraf. Dan seakan tak terpisahkan, Allen membuntuti di belakangnya.

Sena yang melihat mereka berkumpul di deret belakang ikut mendekat. Agaknya dia cukup penasaran dengan anak baru yang merupakan kembaran Emerald ini. Dan anak kelas lain melihat pemuncak kelas mereka mengerubungi tempat Emerald jadi ikut memperhatikan dari jauh.

"Hei Liam, sini berkenalan dulu dengan kakak ipar mu," seru Sergio menarik Sena lebih dekat dengan mereka.

Liam melirik gadis dengan rambut hijau lembut serta netra zamrud itu. Dari telinganya yang runcing, bisa ditebak dia adalah ras Elf.

"Kakak ipar?"

Emerald menurunkan kakinya lalu menggeplak kepala Sergio, "Jangan bicara omong kosong."

Be The Devil PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang