Beberapa hari lalu tepat sebelum matahari menyentuh gelap, Shani diterima kerja di salah satu toko yang menyediakan alat tulis kantor di dekat area kampus tetangga. Awalnya, pemilik toko tidak ingin menerima penjaga tambahan karena sudah merasa cukup dengan jumlah pekerja yang sekarang. Tapi Shani sedikit memohon supaya bisa menambah satu orang saja, sebab saat ini ia sedang sangat butuh pekerjaan. Melihat wajah sendu Shani, akhirnya pemilik toko tersebut menjadi luluh dan memutuskan untuk menerima Shani.
Terlanjur janji kepada Sisca untuk mengembalikan uangnya secara berangsur setiap minggu, Shani meminta izin kepada pemilik toko untuk memberinya upah mingguan saja. Shani menjelaskan tanpa ada yang ditambah-tambahkan ke pemilik toko. Beruntung, Shani mendapat kemudahan hari itu.
Setelah pertemuan ketiganya dengan Sisca, Shani masih merasa penasaran, sebenarnya Sisca masih kuliah atau tidak. Kenapa Sisca begitu sulit memberi tahu, padahal Shani hanya ingin tahu saja. Meski sadar kalau ia bisa disebut kepo. Bukan hanya itu, Sisca juga sama sekali belum menunjukkan senyumnya pada Shani. Padahal Shani yakin kalau Sisca memiliki senyum yang manis.
Baru dua hari lalu mereka bertemu, Shani merasakan ada sedikit rindu yang menyerang tapi untuk menghubungi Sisca, ia masih merasa takut. Shani takut dirinya dianggap pengganggu. Ia dengan Sisca hanya sebatas penjual dan pembeli, pikir Shani. Terkesan tidak pantas kalau tiba-tiba menelepon dan mengajak ketemu.
Jemarinya masih sibuk mengetik pada keyboard komputer di kamar kostnya. Hari ini, Shani sengaja bangun lebih pagi untuk menyelesaikan tugas kuliahnya. Mulai sejak Shani diterima kerja, ia harus pandai mengatur waktu. Gelar mahasiwa kupu-kupu sudah tidak melekat pada diri Shani. Shani telah memberi tahu pada sang ibu melalui telepon, bahwa ia bekerja. Shani mengucapkan banyak terima kasih, karena kali ini ibunya tidak melarang Shani untuk membantu ibunya meringankan beban.
Lagu-lagu santai mendayu, setidaknya belajar sambil mendengarkan musik bisa sedikit membunuh rasa kantuk Shani. Kopi susu hangat tidak lupa selalu Shani sandingkan di sebelah tumpukan buku di meja. Sebagai pecinta kopi, Shani menganggap kopi sebagian dari semangat hidupnya.
"Stop mikirin Kak Sisca."
Shani memukul pelan kepalanya, menegur supaya kembali hanya fokus pada tugas. Cantiknya Sisca memang berbeda dengan perempuan lain, siapapun pasti tertarik ketika melihatnya. Shani jadi berpikir pesimis.
"Kak Sisca juga kayanya udah punya pacar."
"Huaaaahhhhh."
Shani menjatuhkan diri di kasur kamarnya. Menjadi penjaga toko ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Terasa dua kali lipat lebih capek dari dikejar deadline tugas. Shani berdiri, mengambil handuk dan membersihkan diri di kamar mandi.
Rambutnya yang basah, membuat Shani mengurungkan niat untuk langsung tertidur. Shani mengambil hape yang tadi sempat di charge. Yang Shani lakukan pertama adalah membuka ruang chat bersama ibunya, mengabari kalau dirinya telah pulang.
Ting!
Mbak COD HP
Photo
"Eh, Kak Sisca?" ucapnya bingung, tiba-tiba mendapatkan pemberitahuan pesan dari Sisca. Tanpa salam pembuka.
"Loh, dapet dari mana ini fotonya." Shani semakin bingung, ketika melihat yang ada dalam foto tersebut merupakan foto dirinya saat di pantai beberapa hari lalu.