J

651 87 8
                                    

"Hahaha..."

Suara gelak tawa terdengar dari bangku belakang kantin. Suara yang berasal dari seseorang yang selalu direpotkan untuk menyelesaikan tugas.

"Lo nembak dia di pasar malam?" Feni masih saja meledek Shani yang dianggapnya kurang persiapan saat menyatakan sebuah perasaan.

Memang, Shani sudah menceritakan semua tentang Sisca kepada sahabatnya itu. Chat yang biasanya berisi meminta bantuan untuk tugas, kini berubah menjadi seperti ruang konsultasi online terkait percintaan.

"Gue juga gak ada niatan nembak dia waktu itu. Cuma karena momennya pas aja."

"Terus sampe sekarang belum dikasih jawaban?"

"Dia gak ada chat gue sama sekali sejak gue anter dia pulang dari pasar malam itu."

"Yaudah, itu berarti lo ditolak."

"Jangan bikin gue pesimis dong" Shani memukul tangan Feni dengan pensil yang dipegangnya.

"Emang berharap apalagi?" Feni menatap Shani yang semakin terlihat lesu.

"Minimal kasih gue saran harus ngapain" Jawab Shani.

"Datengin aja ke rumahnya."

"Gue gak tau rumahnya." Tubuh Shani meluruh hingga jika dilihat dari jauh, seperti hanya kepala yang sedang duduk.

"Daripada lo galau gini, gak fokus sama tugas, mending lo langsung telepon aja ajak ketemu." Feni berusaha memberi saran terbaik untuk sahabatnya yang kini menempelkan kepalanya di meja. Baru kali ini, Feni melihat Shani galau melebihi galau saat kesulitan mengerjakan kuis.

Salam penutup dari dosen menjadi pertanda selesainya mata kuliah. Shani melangkah tergesa meninggalkan kelas, beberapa kali ia menekan tombol panggil di handphonenya. Shani menghembuskan napas lelah karena seseorang yang dihubungi belum juga mengangkat panggilan darinya.

Ucapan Feni di kantin membuat Shani mau tidak mau harus bertindak supaya ada kepastian dari perasaan yang telah dia ungkap.

Demi menghilangkan rasa kesal, Shani mengarahkan langkah kakinya menuju kedai kopi di seberang kampus. Shani memesan satu gelas kopi susu hangat. Sambil menunggu, jemarinya masih terus mengetikkan pesan untuk ia kirim ke seseorang tersebut.

Di panggilan ke sembilan, seseorang yang saat ini ditunggu akhirnya menjawab panggilan Shani.

"Halo kak, lagi dimana?" Shani memulai percakapan.

"Halo, iya Shan, kenapa? Gak jelas suaranya."

Pendengaran Shani memang menangkap kebisingan di seberang sana, sepertinya seseorang yang sering panggil Kak Sisca itu sedang berada di perjalanan.

"Kak Sisca lagi dimana?" Shani mengulang pertanyaan dengan suara yang sedikit ditingkatkan.

"Lagi di jalan. Baru pulang bimbingan." Jawab Sisca tak kalah keras.

"Aku boleh nyusulin kak Sisca?"

"Ngapain? Udah mau malem" Tanya Sisca merasa heran.

"Gak papa kak, aku lagi gak ada tugas. Gabut aja di kos."

"Gue gak keberatan sih kalo lo mau kesini tapi beneran gak papa? Jauh juga kan dari kosan lo?"

"Gak papa kak, kirim lokasi di chat ya kak. Thankyou kak Sisca." Shani memutuskan panggilan dan bangkit dari duduknya, segera memesan mobil online untuk mengantarkannya ke tempat Sisca.

Shani memeriksa kembali pesan di handphonenya, memastikan alamat yang Sisca kirim tidak salah dengan lokasi Shani berdiri saat ini. Sepertinya memang tidak salah.

Kadang-kadang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang