F

760 81 1
                                    

Sisca sibuk dengan buku-buku yang ada di perpustakaan daerah yang terletak tidak begitu jauh dari tempat ia menempuh pendidikan. Daripada lulus terlambat, Sisca lebih memilih keluar meninggalkan apartemennya karena hari itu ia harus menyelesaikan bagian menuju akhir skripsinya. Meski cuaca lagi panas-panasnya sebulanan ini.

Sudah hampir sejam ia berkutat dengan laptop dan beberapa buku. Ia memilih ruangan di lantai dua yang jarang dikunjungi pengunjung perpus. Hanya ada dia di ruangan itu. Sisca tak lagi punya waktu bersantai-santai sebab teman-teman yang lain sudah menyerahkan tugas akhir yang mereka kerjakan dan ada juga beberapa temannya yang jadwal sidangnya telah ditentukan. Permasalahan mahasiswa akhir selalu tidak jauh-jauh dari rasa insecure melihat teman seperjuangan satu persatu telah melangkah lebih maju menyelesaikan skripsi.

Sesekali Sisca memeriksa hape yang sedari tadi menerima banyak pemberitahuan. Sisca menghembuskan napas dan meletakkannya kembali di atas meja.

"Skripsi gue kapan kelar, astaga. Stres gue lama-lama."

Ia berusaha melawan hal-hal yang membuatnya terdistraksi, terutama hape yang seperti meminta untuk disentuh. Sisca harus tetap berkonsentrasi pada skripsi. Skripsi dulu, skripsi ter-

Ting!!

Sisca ingin berteriak, mengapa saat ia ingin fokus selalu saja ada gangguan. Melihat nama yang tertera di notif, membuat Sisca tergoda membukanya. "Buka aja dulu, balesnya nanti." berkata Sisca dalam hati. Seulas senyum tak mampu ia sembunyikan ketika membaca isi pesannya.

Kak Sisca, sibuk gak?

Aku bukan maksa sih, tapi di dekat kampusku ada bazar buku. Kalau Kak Sisca mau liat-liat, nanti selesai kelas aku jemput hehe

Sejak mereka melihat senja bersama beberapa hari lalu, obrolan mereka semakin intens walau hanya melalui chat. Meski Sisca tetaplah Sisca, orang yang memiliki gengsi sebesar gunung Merbabu. Kadang masih jual mahal, supaya Sisca tidak terlihat seperti perempuan yang mudah digapai. Gilss

Saat ini pun Sisca masih menimbang antara mau menerima ajakan Shani atau tidak. Sisca berpikir kalau ia menerima ajakan Shani berarti skripsinya akan tertunda lagi tapi kalau menolak, ini kan sebuah kesempatan bagi dirinya untuk lebih mengenal Shani. 

Mari ingatkan Sisca, jangan berpikir terlalu lama karena Shani pasti sedang menunggu balasan.

Setelah beberapa menit berpikir, akhirnya Sisca memutuskan...

Jemput gue di terminal.

"Skripsi bisa gue kerjain nanti, bazar date sama Shani kapan lagi." 

Sisca terkekeh ketika mendengar apa yang baru saja ia ucapkan. Ngapain juga ia menyebutnya date. Dasar Sisca.




Angkutan umum berlalu lalang, silih berganti mengangkut penumpang. Bus-bus terparkir rapi, termenung menanti kedatangan orang-orang yang merindukan kampung halaman. Suara klakson saling bersahutan menambah riuh pendengaran. Sisca kembali menyemprotkan parfum ke pakaiannya, entah sudah berapa banyak, setidaknya ia ingin memastikan kalau dirinya tidak bau matahari saat bertemu Shani.

Dengan motor mber, Shani datang menjemput Sisca. 

"Kak Sisca, ayo naik. Ini helm nya dipake." Shani mengulurkan helm berwarna ping dengan gambar hello kitty di bagian belakangnya. 

Kadang-kadang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang