P

645 81 2
                                    

Sisca mendongakkan kepala ketika Shani membanting pelan buku yang dibacanya di atas meja. Bukan hanya tubuhnya, matanya juga lelah membaca buku-buku di hadapannya itu selama hampir dua jam.

"Kenapa?" Tanya Sisca.

"Gak papa kak." Jawab Shani seadanya.

"Ya udah lanjutin belajarnya."

Shani menyandarkan tubuhnya ke badan sofa. Menatap Sisca yang kembali berkutat pada laptop. Menjelang sidang tugas akhir esok hari, membuat Shani sedikit uring-uringan karena Sisca selalu mengabaikannya sedari ia pulang kuliah. Shani bukan tidak mengerti, ia hanya merasa bosan. Ia juga tidak suka harus bergelut dalam waktu lama dengan banyak buku seperti ini, ditambah Sisca tidak mengizinkannya bermain game moba kesukaannya untuk sekadar menetralkan lelah.

Tangannya bergerak meraih handphonenya yang bergetar karena menerima pesan. Batinnya bersorak ketika membaca pesan yang dikirim oleh sahabatnya.

Iya fen bentar, gue izin duluu

Shani menatap takut ke arah Sisca yang duduk di seberang meja. Kepalanya menyusun kata supaya kekasihnya itu tidak marah dan mengizinkannya keluar untuk bertemu Feni.

Idenya menyarankan Shani beranjak menuju dapur, membuatkan minuman kesukaan Sisca. Dengan langkah pelan ia mendekat, mengusap lembut rambut Sisca yang sedang fokus membaca materi di layar laptopnya.

"Minum dulu Bub, jangan capek-capek."

"Makasih ya, belajarnya udah?"

"Udah sih kak."

"Ya udah kalo mau tidur duluan aja."

"Emm aku mau keluar sebentar boleh kak?"

"Ngapain?"

"Mau ketemu Feni, kebetulan dia lagi di deket sini."

Sisca mengubah posisinya, menghadap Shani yang menatapnya memohon. Ia menyelisik netra bocahnya itu, mencari kebenaran dari yang diucapkan.

Shani mengangkat kedua alis matanya, menunggu jawaban Sisca.

"Suruh ke sini aja."

"Dia gak sendiri kak, masa ramean di sini, nanti ganggu kak Sisca"

"Sekarang udah malem Shan, besok juga masih ada ujian. Ngapain sih malem malem gini"

"Nemuin sebentar aja kak, gak enak sama Feni udah nungguin dari tadi."

"Ya udah temuin aja, terserah kamu"

"Kak Sisca marah ya?"

"Gak, sanaa kalo mau keluar. Jangan lewat dari jam 10 pulangnya."

Shani segera bersiap setelah mendapatkan izin dari peri besarnya, kemudian mencuri ciuman singkat di pipi kiri Sisca sebelum melangkahkan kakinya keluar.



Napasnya tersengal karena berjalan cepat menuju tempat Feni dan teman-temannya menunggu.

"Fen"

Feni yang tengah menikmati makanannya sontak menoleh, menyadari Shani yang baru saja datang langsung duduk di sebelahnya.

"Lama bener hampir aja gue tinggal balik." Ucap Feni dengan mulut yang masih sibuk mengunyah.

"Iye sorry banget Fen"

"Lo dari kapan dah pindah gak ada ngabarin gue?" Tanya Feni yang memang sebelumnya tidak dikabari oleh Shani kalau dirinya pindah ke apartemen Sisca. Shani baru memberi tahu Feni pagi tadi saat temannya itu mengatakan akan mampir ke kosannya.

"Dari kapan ya... dua mingguan kali lupa gue." Jawab Shani, ikut melahap nasi goreng milik Feni.

"Enak dong sekarang ada yang ngurusin." Balasnya menyenggol lengan Shani.

Kadang-kadang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang