O

667 80 6
                                    

Bagi sepasang manusia yang sedang jatuh cinta, waktu seakan berjalan lebih cepat dari biasanya. Baik Shani maupun Sisca tidak ada yang menyangka pertemuan mereka beberapa bulan lalu saat melalukan transaksi jual beli hape, telah mengantarkan mereka sampai di titik ini. Melalui hari-hari yang berlalu dengan bahagia yang mereka berdua ciptakan.

Seminggu tinggal di apartemen Sisca, Shani mulai menikmati kebersamaan mereka tanpa orang lain yang mengganggu, dan menghabiskan malam bersama Sisca merupakan hal yang teramat membahagiakan. Tidak ada yang mereka perbuat, selain saling mendengarkan cerita, harapan, dan banyak hal yang ingin dicapai keduanya di masa depan.

Sinar bulan kembali menyapa bersama kerlap-kerlip bintang yang menemani, membuat sang malam tidak merasa kesepian.

Sudah dua jam lebih, Shani duduk di kursi balkon memandang langit malam yang keindahannya tidak pernah berubah. Merasakan angin malam menyapu tubuhnya yang hanya dilapisi kaos oversize dan celana yang tidak lebih panjang dari lututnya. Rambutnya yang terkadang menutupi wajahnya seolah ikut menari bersama gerakan arah angin.

Shani menoleh ketika menyadari kekasihnya yang baru selesai membersihkan diri ikut duduk bersamanya, memandang langit yang sama. Tangannya terulur mengelus rambut halus Sisca yang tidak terikat.

"Cantik banget bub"

"Kamu gak bosen apa selalu muji aku cantik, cari kata pujian lain kek."

"Mana ada aku bosen, kak Sisca emang selalu cantik. Lebih lebih cantik dari siapapun."

"Gombal banget. Malam ini mau makan apa?"

"Kamu" Jawab Shani yang tersenyum jahil menatap Sisca.

Sisca mendelikkan matanya, mencubit keras lengan Shani yang belum sempat menghindar.

"Apaan sih jelek. Yang bener mau makan apa?"

"Apa aja kak. Oh iya malam ini aku yang masak ya, kan kak Sisca baru pulang pasti capek kalo harus masak." Bukan tanpa alasan Shani mengajukan diri untuk masak, selain ingin membiarkan Sisca beristirahat, ia tidak ingin perutnya kembali protes karena menerima banyak garam dari masakan Sisca.

"Ya udah deh aku mau nonton Netflix aja" Sisca bangkit dari duduknya.

Shani menyusul Sisca yang sudah merebahkan tubuhnya. Shani berdiri di sebelah ranjang dan menunduk untuk mencium puncak kepala Sisca yang sudah bersiap menonton film favoritnya.

"Ih udah berani ya sekarang, SHANIIII..."

Sisca berteriak keras ketika Shani langsung berlari ke arah dapur. Tiga detik kemudian Sisca tertawa karena bocah kesayangannya itu sudah tidak takut-takut lagi seperti sebelumnya.

Sisca merentangkan tangannya saat melihat Shani yang kembali dengan membawa dua porsi nasi goreng. Nasi goreng mulu Shan?? Shani memang tidak jago-jago banget memasak, tapi setidaknya masakan Shani lebih baik dari segi rasa dibandingkan Sisca. Bisa aja sih Shani membuatkan puding bawang, tapi khawatir Sisca akan sering meminta Shani bikin puding itu karena enaknya nagih!

"Kangeennn"

"Apa sih kak, aku cuma ke dapur bahkan gak nyampe setengah jam."

"Ish dikangenin pacar kok gitu"

"Iya iya aku juga kangen banget nget ngettt"

"Terpaksa ya?"

"Gak terpaksa, sayangg" Shani berusaha tersenyum semanis mungkin agar Sisca tidak rungkad.

"Peluknya mana?" Sisca sedikit merengek, merentangkan kembali tangannya.

"Aku peluknya gimana... Lagi megang piring gini"

Kadang-kadang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang