Sisca meraih handphonenya yang berbunyi tiga kali, pertanda ada notifikasi pesan beruntun. Sisca mengernyitkan dahi saat melihat nama si pengirim. "Tumben nih bocah." Sisca baru saja akan tersenyum karena ia mengira seseorang yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya itu sengaja bangun pagi untuk mengucapkan Selamat pagi atau ingin mengajaknya jalan-jalan.
Namun isi pesan yang baru saja dibaca membuat Sisca mengurungkan senyumnya. Bukan sebuah ucapan selamat pagi yang ia terima. Sisca yang semula berbaring, kemudian mendudukkan dirinya di kasur.
Kak Sisca
Maaf ya, hari ini aku lagi gak enak badan, jadi gak bisa nemuin Kak Sisca :(
Uangnya aku transfer aja ya kak
"Shani sakit?" pikir Sisca bertanya-tanya. Kemarin Shani memang sempat mengabari Sisca kalau ada kegiatan di kampus sampai malam. Mungkin angin malam saat itu yang menjadi penyebab Shani merasa tidak enak body.
Tiba-tiba handphone Sisca berdering. Dengan gerakan cepat, Sisca menjawab panggilan itu.
"Hal-"
"Lo sakit?" tanya Sisca yang tanpa sadar memotong sapaan Shani.
"Sakit biasa aja kak." Jawab Shani, suaranya terdengar lemah, tidak ceria seperti biasanya.
"Lo sih ngeyel, ngapain coba ikutan kegiatan kampus sampe malam. Gila kali tuh kampus ngebiarin mahasiswanya gak punya waktu istirahat." Sisca seperti tidak mengizinkan Shani berbicara. Omelannya harus tersampaikan dengan lugas dan jelas ke telinga Shani.
"Kak Sisca khawatir ya?"
"Eh." Mendengar pertanyaan Shani, Sisca langsung tersadar kalau dirinya seperti orang yang terlampau posesif. Mana sikap jual mahaall Sisca????
"Aku gak papa kak, besok juga udah sembuh."
"..."
"Halo kak." Panggil Shani karena suara Sisca tiba-tiba menjadi senyap.
"Kosan lo dimana?"
"Kenapa kak?"
"Kasih tau aja kosan lo dimana."
"Di belakang kampus kak, depan depot air, catnya warna kuning."
"Kalau Kak Sisca mau kesini hati-hati ya, hehe." ucap Shani, lagi.
"Berisik."
Sepertinya Shani harus bisa terbiasa dengan Sisca yang selalu memutuskan panggilan mereka secara sepihak.
Shani ingin sekali merapikan kamar kosnya, karena takut Sisca benar-benar datang untuk menjenguk. Tapi badannya yang lemas membuatnya kembali menjatuhkan diri ke kasur.
Belum lama Shani merebahkan badannya, terdengar dering handphone yang ia letakkan di sebelah bantal.
"Iya kak?" suara Shani semakin melemah memasuki pendengaran Sisca.
"Gue udah di depan gerbang. Kamar lo yang nomor berapa?"
"Hah? Beneran kesini kak? Bentar aku susulin ya." Shani buru-buru bangkit dan berjalan tergesa ke arah gerbang kosannya. Meski sedang tidak memakai kacamata, Shani meyakini yang dia lihat dibalik gerbang adalah Sisca.
Sambil mengucek mata, dan dengan jaket yang membalut tubuhnya, Shani menyambut kedatangan Sisca.
"Ayo kak, kamar aku yang di ujung." Shani masih terheran dengan Sisca yang cepat sekali sampai di sini. Perasaan baru beberapa menit lalu dirinya menelepon Sisca. Apakah Sisca memiliki pintu Doraemon? Atau teleport? Entahlah.