N

639 82 5
                                    

"Sis, Siscaaa jadi ke kampus gak?"

Suara Gracia menggema memenuhi ruangan yang cukup luas itu. Gracia memang sering berkunjung dan Sisca sengaja memberikan kebebasan kepada Gracia untuk memasuki apartemen miliknya, sekadar untuk menonton film, mengerjakan skripsi bersama atau curhat tentang masalah hidup.

Suaranya terhenti ketika melihat seseorang yang keluar dari kamar bukanlah Sisca melainkan orang asing yang belum Gracia kenal sebelumnya. Gracia memperhatikan orang yang mendekat ke arahnya dari atas kepala sampai ujung kaki. Wajahnya seperti familiar tapi Gracia lupa pernah lihat dimana.

"Ini apart Sisca kan?" Gracia menatap penuh tanya kepada seseorang yang kini telah berdiri di hadapannya.

Yang ditanya hanya mengangguk, "Kak Siscanya lagi mandi kak."

Tanpa disuruh, Gracia mendekat ke sofa untuk duduk. Masih menatap seseorang yang hanya mengenakan kaos hitam polos dan celana pendek.

"Lo siapa?"

"Shani kak."

"Maksud gue, lo siapanya Sisca, kok bisa di sini?"

Shani hanya tersenyum kikuk sambil mengusap-usap tengkuknya. Ia harus jujur atau bagaimana menjawab pertanyaan teman kekasihnya.

"Mmm anu..."

"Wih ada tamu ya." Keduanya menoleh ke sumber suara. Beruntung Sisca datang di waktu yang sangat tepat. Sisca menghampiri mereka dengan handuk yang masih membalut rambut basahnya.

"Aku ke kamar ya kak" Pamit Shani yang dijawab anggukan oleh Sisca.

"Sebelum lo banyak tanya, gue ambil minum dulu" Ucap Sisca kepada Gracia.

"Lo emang harus cerita banyak ke gue Sis" balas Gracia, menuntut.

Sisca kembali dengan minuman kaleng di kedua tangannya. Ia duduk bersila menghadap Gracia. Dari sorot matanya saat menatap Sisca, kepala Gracia pasti menumpuk banyak pernyataan. Tentang seseorang yang tadi sempat memperkenalkan namanya.

"Dia siapa? Kok gue baru liat" Tanya Gracia.

"Dia yang fotonya pernah lo liat di perpus" Jawab Sisca, santai.

"Lo tinggal berdua sama dia?"

"Maunya sih gitu."

"Wah.. Udah punya niatan yang aneh-aneh ya kalian? Atau emang udah?"

Sisca memukul temannya itu dengan bantal, "Sembarangan lo! Dia anak baik-baik, gak mungkin lah." Jawab Sisca sedikit sewot.

"Masa sih?" Gracia memicingkan matanya.

"Udah deh, nanti dia denger. Lo ngapain ke sini?" Tanya Sisca, mencoba mengalihkan.

"Lah masih nanya, kan lo sendiri yang kemaren ngajak ke kampus hari ini."

"Duh, sorry Gre. Kayanya gue gak bisa, soalnya mau bantu pindahan pacar gue."

"Pindah ke mana?"

"Ke sini"

Mata Gracia melotot mendengar jawaban Sisca. Bisa-bisanya sahabatnya itu akan tinggal berdua bersama sang pacar.

"Kasian dia Gre sendirian di kos. Lagi libur juga, daripada gabut kan." Sisca segera menambahkan, agar Gracia tidak berpikir lebih jauh. Lagian apa yang ditakutkan dari bocah polos yang kalau mau peluk aja harus dipaksa dulu.

"Iya dah, semerdeka lo aja" Ucap Gracia pada Sisca yang sedang melepas lilitan handuk di rambutnya.

"By the way, setelah 2 tahun putus akhirnya lo move on juga ya." Tambah Gracia.

Kadang-kadang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang