🌠PROLOG🌠

80 21 1
                                    


WARNING❗

Korban Series:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Korban Series:

1. Korban Ambisi (Terbit)
2. Maaf, Aku Telat (End)
3. Dua Bintang Bersinar

🌠🌠🌠


Hidup Tebran tidaklah sempurna.

Tebran merasa gengsi bila mengakuinya. Hidup tampak sempurna memanglah impian sang papa, tapi entah mengapa dia malah terjerat dengan tuntutan itu. Ia merasa terobsesi dengan kesempurnaan yang dikatakan oleh papanya.

Kepalanya terasa berdenyut. Tebran mencoba memijit pangkal hidungnya dan bernapas lebih santai. Ah, tidak bisa santai. Tubuhnya sungguh lemas hari ini. Selama setahun belakangan ini, Tebran mencoba membiayai hidupnya sendiri tanpa bantuan siapapun. Semua makanan dan pengalaman yang dialaminya, tidaklah mulus. Banyak tantangan yang dihadapinya.

Tebran ingin menyerah saja dan kembali melakukan keinginan sang papah. Tidak, ia tidak bisa. Kata-kata Damar di hari dimana Tebran memutuskan untuk putus sekolah, Tebran masih sangat mengingatnya.

Ya ampun, dia harus melakukan apa?

Tebran menengadah ke atas. Berusaha untuk menahan secercah cairan yang akan keluar dari kelenjar lakrimalis nya. Setidaknya masih ada bintang-bintang yang bersinar terang di atas sana. Kehadiran bintang-bintang itu membuatnya tidak merasa sendirian. Entah sudah berapa lama ia menjadi senyaman ini melihat langit malam.

"Bintang di malam hari selalu bersinar terang, sedangkan gue ... nggak pernah bersinar. Hidup gue suram." Tebran bergumam sendiri. Masih dengan sepasang mata yang tertuju kepada lautan bintang di langit malam.

"Lo harus tau, segelap-gelapnya malam, terkadang mampu menghasilkan bintang yang bercahaya."

Tebran beralih menatap ke sumber suara. "Bintang memang bercahaya di gelapnya malam, tapi gue manusia, bukan bintang."

"Lo terlalu banyak berpikir. Kenyataannya kita ini adalah bintang. Alasannya, unsur-unsur bintang ada di tubuh kita."

Kedua alis mata Tebran lebih menurun. Ia menatap tanpa keramahan dan menantang gadis di depannya dengan keangkuhan. Benar, kebiasaan dari kecil memang sulit dihilangkan.  "Manusia ya manusia. Bukan bintang kayak yang Lo bilang."

Perempuan itu bersedekap dada. Tidak ada kemarahan dalam dirinya, hanya kekesalan saja karena tidak bisa menghargai perkataannya barusan.

"Carl Sagan pernah bilang dalam bukunya yang berjudul Cosmos kalau, Nitrogen yang ada dalam DNA kita, kalsium di gigi kita, zat besi dalam darah kita, karbon di dalam biji apel ... semua diciptakan di dalam bintang-bintang yang saling bertabrakan. Kita terbuat dari bahan bintang-bintang,"

"Gue nggak asal bilang kalo kita itu memang bintang yang berwujud manusia. Kita layak bersinar seperti bintang di atas sana," jelas perempuan itu dengan mata yang berbinar saat retinanya bertabrakan dengan pemandangan langit malam.

Tebran sedikit terkesima mendengar penjelasannya. Ia ragu kalau perempuan bertubuh mungil ini hanyalah orang biasa. Buktinya saja ia dapat melawan kata-katanya tadi dengan santai. Itu menunjukkan bahwa ilmu tentang astronominya sangat bagus.

"Bahkan jika gue bintang yang bisa bersinar sekalipun. Cahaya gue nggak akan seterang Lo. Gue cuma bintang mati yang mengalami kehancuran."

🌠🌠🌠

Hai, hai, semuanya✨Apa kabar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, hai, semuanya✨
Apa kabar?

Seneng banget bisa publish cerita ini. Jujur aja aku pecinta astronomi. Jadi, buat kalian yang suka tentang perbintangan atau astronomi, semoga suka ya.

Bagaimana PROLOG nya?

Sampai jumpa
di chapter selanjutnya ya✨❤️

🌌 Instagram: @rosimabms

Dua Bintang Bersinar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang