Beberapa menit ini Tebran termenung memikirkan permintaan mamanya. Semua perubahan ekspresi yang dilakukan laki-laki itu tak luput dari mata Kanaya. Yah, gadis itu sedari tadi hanya sibuk memperhatikan Tebran. Padahal langit malam ini sudah sangat mengesankan, tapi ia lebih memilih menilik kebimbangan Tebran.
Kedua tangannya masih menopang dagu dan sepasang matanya tentu setia ke arah pandang Tebran.
Sebenarnya apa yang dipikirkan Tebran?
Kanaya ingin tahu. Akan tetapi, sekarang ia lebih memilih diam saja dan sedia menemani rasa kesepian Tebran.
Helaan napas terdengar. Seketika gadis itu tertegun saat mata mereka bertemu dan hampir menyentuh wajah keduanya. Spontan Kanaya menjauhi wajah Tebran. Ada ketegangan yang membuat debaran jantung Kanaya membeludak.
"Ma-maaf."
Tebran berdeham. "Ke-kenapa Lo yang minta maaf? Nggak-um."
Kedua alisnya bertaut, kaku dan perasaan kesal menyatu. Ia pun menggeleng. "Nay ... gue kepikiran. Permintaan mama sulit gue terima," ucapnya berubah serius.
Gadis itu menoleh dan mengatur ekspresinya.
"Kalau memang sulit, Lo bisa bilang nggak bisa ke nyokap Lo," ujarnya halus. Tidak ada pemaksaan dari kata-kata Kanaya. Ia hanya ingin yang terbaik untuk seseorang yang dipedulikannya.
"Mama ... salah satu kelemahan gue, Nay. Gue nggak mau mama sedih."
Astaga, lihatlah anak bintang yang satu ini. Betapa baik dan lembut hatinya. Padahal ia tidak menginginkan permintaan sang mama bisa berjalan, tapi ia berpikir dua kali. Mengapa? Yah, Tebran sangat menyayangi mamanya.
"Lo bisa pikirin lagi sampai Lo bisa benar-benar memutuskan."
Tebran menyimak perkataan Kanaya. "Gue boleh kasih Lo sedikit saran?"
Anggukan Tebran membuat bibir gadis itu terulum. "Lo boleh tolak permintaan nyokap Lo. Asalkan alasan Lo nolak, bukan karena Lo benci sama papa Lo."
Tebran menghembus kasar. Ia teringat papanya yang mendekam di penjara, ada kelegaan mendengarkan musibah yang menimpa papanya.
"Dan Lo juga boleh terima. Setelah Lo terima, Lo harus tepatin dan ikhlas jalani permintaan itu. Nggak ada kata paksaan," lanjutnya diakhiri senyuman musim panas nan menghangatkan.
Bibir Tebran sedikit merengut. Kanaya tertawa kecil, gemas melihat kejengkelan laki-laki itu.
"Nggak ada yang mudah pilihannya, tapi gue yakin Lo bisa pikirkan pelan-pelan sesuai hati nurani Lo. Supaya ke depannya, nggak ada penyesalan."
Pipi tembam Kanaya mengalihkan atensi Tebran dan saat itu jari telunjuknya menyentuh ragu-ragu.
Kanaya langsung melebarkan senyumannya. Tak ayal saat itu dua emosi mengaburkan perasaan di hatinya. Ketenangan dan kenyamanan, dua kata yang cocok mendeskripsikan proses meleburnya dua dunia yang berbeda. Agar ruang perasaan bintang-bintang dapat mengudara pelan-pelan. Tebran mungkin akan kalah, kalau taruhan perasaan yang paling mendominasi ... ternyata telah beralih pada bintangnya, yaitu Kanaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bintang Bersinar
Fiksi RemajaAda begitu banyak bintang yang bersinar di luar angkasa, tapi hanya Tebran saja yang cahayanya kian meredup. Kala dunianya hancur akibat keterpurukan dan keegoisan. Tebran bertemu dengan gadis bintang bernama Kanaya yang cahayanya berpendar tanpa ba...