🌠25| Bersinar bersama

32 13 0
                                    

Tebran menyelesaikan rakitan tendanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tebran menyelesaikan rakitan tendanya. Beralih mendekati Kanaya yang kesulitan memasang inner tent. Sebenarnya tidak begitu sulit, ukuran tenda juga tidak begitu besar. Cukup untuk dua orang, tapi mengingat mereka harus menjaga diri. Tebran tak ingin mengganggu kenyamanan gadis bintangnya. Tak berubah, mereka tidur di tenda masing-masing.

Kanaya tak bersuara, hanya melirik kala laki-laki itu menolong tanpa berbasa-basi. Diyakini Tebran memiliki love language acts of service. Tindakan Tebran menjelaskan segalanya.

Selesai memasang outer tent, Tebran mengeratkan tali di penanggal besi yang ditancapkan di bawah tanah. Memukulnya dengan batu, memastikan bahwa tempat perlindungan dan peristirahatan Kanaya tetap aman sampai besok pagi. Kanaya merapihkan tendanya yang dirasa belum semestinya.

Napas lega diiringi ukiran bibir yang melengkung terlihat dari pancaran wajah mereka berdua.

Beres juga tenda dan semua peralatan yang mereka bawa. Tikar dihamparkan, kedua sisi dilengkapi oleh Kanaya dan Tebran. Duduk dengan tenang seraya menikmati pemandangan alam yang menakjubkan.

Danau yang jernih, udara yang sejuk, pohon-pohon yang menghijau, serta suara alam yang bisa menemani kesunyian hati. Menikmati ketenangan ini, kapan bisa terulang kembali? Berkemah jauh dari perkotaan, inilah yang dicari kaum pemburu malam dan kedamaian. Damai dari semua masalah yang terus mengacaukan isi hati dan pikiran manusia.

Jika ingin merasakan ketenangan, kembalilah menyatu pada alam. Bukan melarikan diri demi melampiaskan emosi itu dengan cara yang salah. Rehat sejenak, memaksakan diri hanya membuat harmonisasi tubuh terganggu.

"Jauh dari dunia luar, tempat ini bisa mengembalikan rasa manusiawi gue, Nay. Gue nggak tau kenapa. Gue suka ketenangan ini," ujar Tebran tiba-tiba dengan tekanan suara yang bergetar haru.

"Manusia cuma butuh ketenangan. Bukan emosi yang meledak-ledak. Itulah alasannya, Lo yang selalu menyembunyikan diri dari perasaan negatif. Jadi selega ini ketemu dengan suasana kayak gini. Manusia nggak bisa jauh dari alam."

"Kembali ke asal mula. Seperti masanya," cicit Tebran.

Kanaya tersenyum. Tebran terlihat menyukai kegiatan mendadak ini. Tidak melupakan alasan mengapa dia mau membantu Tebran, sebab Kanaya sangat peduli dengan rasa sakit yang bersarang dalam diri Tebran.

"Lo tau. Gue selalu cinta sama alam. Nggak cuma luar angkasa yang begitu indahnya. Alam manusia masih ada sisi kehidupan yang berarti walau udah ternoda dengan kesalahan manusia."

"Perspektif Lo tentang manusia, terlalu buruk," balasnya, Tebran memasang wajah penuh kemurungan.

"Manusia memang nggak jauh dari kesalahan, 'kan? Manusia itu memang buruk. Lebih buruk dari makhluk apapun."

Kanaya menghela napas kasar. "Tapi, gue nggak pernah menyalahkan manusia. Gue juga manusia. Kalau gue benci manusia. Berarti gue mendeklarasikan kebencian ke diri gue sendiri."

Dua Bintang Bersinar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang