Kanaya mengambil buku bacaan, binder, dan tak lupa juga kamera kesayangannya untuk dimasukkan ke dalam tas. Kanaya merasa tubuhnya sudah lebih baik dari sebelumnya. Jadi, ia memutuskan untuk pergi ke kampus demi mengejar mata kuliah yang ketinggalan semalam.
"Nay, Lo beneran udah gak demam lagi?" Verena menghampiri Kanaya dan memastikan kalau gadis itu tidak kenapa-kenapa. Ia hanya tidak mau kalau di tengah jalan Kanaya akan pingsan.
"Udah nggak pa-pa kok. Gue udah mendingan."
Verena semakin tidak yakin kalau Kanaya memperlihatkan senyuman seperti itu. Menunjukkan kalau Kanaya sedang memaksakan dirinya sendiri untuk tetap kuat di hadapan orang lain. Namun kali ini Verena harus mempercayai sahabatnya.
"Kalo Lo udah gak kuat. Telepon gue, Nay. Ingat kampus kita gak jauh-jauh banget. Gak bakal ngerepotin."
"Iya. Makasih ya udah cemas sama gue, Ren." Kanaya tiba-tiba memeluk Verena, gadis itu tersentak.
Kesentakannya hanya berlangsung beberapa saat. Verena tersenyum tipis kemudian. "Gak perlu terima kasih sama gue. Lo itu bukan cuma sahabat gue. Lo itu udah gue anggap sebagai keluarga. Santai aja, Nay."
Mereka saling melepaskan pelukan dan saling menatap. "Kalo gitu gue berangkat ya, Ren," pamit Kanaya.
"Jangan maksain diri, Nay. Jangan lupa telepon gue kalo Lo butuh." Verena mengeraskan suaranya saat Kanaya semakin jauh jaraknya. Gadis itu hanya tersenyum sembari melambaikan tangan padanya. Verena terkekeh melihat tingkah laku Kanaya. Padahal baru saja sembuh dari sakit, tapi mengapa bisa gadis itu tersenyum seperti itu?
🌠🌠🌠
"Dalam fisika, kasusnya begini, kalau seandainya matahari tiba-tiba mati atau berhenti bersinar, tidak ada cahaya lagi. Maka cahaya tadi yang terakhir kali dikeluarkan oleh matahari. Kapankah akan sampai ke bumi?" Dosen di depan memberi jeda. Kemungkinan kalau ada yang menjawab tanpa dipinta. Namun, tampaknya, semua hanya menutup mulut dengan harap tidak ditunjuk.
Padahal sang dosen hanya menguji saja."Artinya begini, ketika tadi ... matahari sudah berhenti bersinar. Kapan kita bisa mengetahui cahayanya berhenti? Kapan kita mengetahui matahari itu tidak bersinar lagi? Gitu ya." Pak dosen yang mengajar mata kuliah Fisika Dasar IIA di depan berjalan kesana kemari sambil berpikir.
"Maka perlu kita lihat, disini," tangan dosen menunjuk menggunakan laser pointer presentasi menuju papan berwarna putih yang diproyeksikan oleh proyektor,
"Jarak antara matahari dan bumi adalah 1,5 × 10¹¹ m," lanjutnya membaca soal yang ada di papan putih tersebut. Dosen kembali menghadap ke depan sambil melihat semua mahasiswa yang ada dalam ruangan.
"Dalam pembelajaran gelombang elektromagnetik. Maka yang kita bahas adalah selalu dalam kecepatan cahaya, yaitu ... C= 3×10⁸ m/s. Sehingga disini, kita tidak akan pernah melampaui kecepatan cahaya atau tidak ada materi yang bisa melewati kecepatan cahaya. Ini artinya cahaya selalu bergerak konstan dalam bentuk paket-paket energi. Nanti akan kita bahas di pertemuan selanjutnya, di Wawasan Fisika Modern. Dalam bentuk foton."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bintang Bersinar
Novela JuvenilAda begitu banyak bintang yang bersinar di luar angkasa, tapi hanya Tebran saja yang cahayanya kian meredup. Kala dunianya hancur akibat keterpurukan dan keegoisan. Tebran bertemu dengan gadis bintang bernama Kanaya yang cahayanya berpendar tanpa ba...