Silvia memberikan tas kantor hitam kepada Edi. Suaminya menerima dengan wajah dingin. Silvia menjadi gugup menyaksikan Edi memperhatikan sekelilingnya, seperti mencari sesuatu. Silvia menatap ke bawah, mengetahui sang suami mengintimidasinya lewat tatapan mata.
"Dimana Tebran, Silvia?" Edi bertanya penuh penekanan, menahan amarah yang mungkin saja akan meluap kalau Silvia mengabaikannya.
Silvia menatap dengan takut. Mencoba waspada akan setiap kekerasan yang ada. "A-anak kita masih menyiapkan diri untuk mata kuliah selanjutnya, sayang."
"Sekarang dia menjadi kecanduan belajar ya?" Edi tertawa renyah, "baguslah, jangan sampai nilainya menurun seperti dua tahun lalu."
"I-iya, sayang."
Edi membalikkan badannya dan mengatakan, "kau sudah memastikan anak itu kuliah di tempat terbaik, Silvia?"
Silvia yang membisu membuat Edi naik darah dan memutar tubuhnya.
"Jawab, Silvia!" erangnya, menatap marah."S-sayang ..." Silvia menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Edi mendorongnya hingga terjatuh ke bawah.
"Saya bilang jawab!" Edi melotot kesal.
"Iya ... aku memasukkan ke tempat terbaik ..." Dahi Silvia menurun ke bawah. Matanya sudah berkaca-kaca, bukan hanya rasa sakit yang ditahannya, tapi juga rasa takut yang hebat.
Edi mengembuskan napas kasar. "Kau lain kali jangan diam saja. Jawab!"
"Iya."
"Sepulang nanti bawa anak itu ke hadapanku. Aku ingin tahu bagaimana kemajuan akademisnya," ujar Edi lalu meninggalkan Silvia.
Tangis Silvia pecah melihat punggung Edi menjauh dari pandangannya. Hal itu mengingatkannya pada suatu hari dimana Tebran pergi meninggalkan rumah dan dirinya. Silvia bingung harus bagaimana sepulang suaminya nanti? Apakah ini akhir dari segala kebohongannya?
🌠🌠🌠
Verena mampir ke minimarket untuk membeli permen. Tujuannya membeli permen agar tidak mengantuk saat kelas berlangsung nanti. Akan tetapi matanya langsung melebar tatkala melihat seorang cowok yang semalam ditemuinya. Fairel, cowok yang meminjamkan cardigan padanya, serta bertengkar kepada pacarnya.Verena ingin mengabaikan cowok itu saja. Tanpa melihat ke arah Fairel, ia melewatinya dan mencari permen rasa blueberry kesukaannya. Setelah menemukan apa yang dicarinya, Verena berjalan menuju kasir dan membayarnya.
Fairel tiba-tiba mencegat tangan Verena yang mau membayar. Malah Fairel yang memberikan selembar uangnya pada kasir tersebut.
Verena kesal.
Fairel cepat-cepat mengambil kembaliannya dan menyusul gadis itu. Permennya sudah dibawa oleh Verena, bisa dibilang ia kesal, tapi diterima saja karena memang menginginkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bintang Bersinar
Novela JuvenilAda begitu banyak bintang yang bersinar di luar angkasa, tapi hanya Tebran saja yang cahayanya kian meredup. Kala dunianya hancur akibat keterpurukan dan keegoisan. Tebran bertemu dengan gadis bintang bernama Kanaya yang cahayanya berpendar tanpa ba...