🌠38| Janji dan Harapan

27 6 5
                                    

Tebran perlahan berubah menjadi sosoknya yang dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tebran perlahan berubah menjadi sosoknya yang dulu. Tebran yang disiplin dan tak kenal ampun dibalik wajahnya yang tampan rupawan. Meski kadang-kadang tersenyum, senyuman itu bukan pertanda baik. Bukan hanya itu, kebiasaan buruk di masa sekolahnya pun kembali. Yah, setiap ia merasa kesal, Tebran akan menggaruk lengan kirinya.

Ada sebab mengapa itu bisa terjadi. Dulu, setiap kali melihat abangnya dimarahi oleh papa, Tebran ingin membela. Namun, Edi menatap dingin dan menampar pipi Tebran hingga memerah. Tentu Tebran ingin membalas. Tidak bisa membalas, ia pun hanya menggaruk lengan sebagai pelampiasan kesal dan amarahnya.

Kenapa Tebran tidak langsung membalas? Ia tahu kalau ia bertindak gegabah, papa akan membalas dua kali lipat dari sebelumnya.

Kalau perasaan negatif muncul dipacu oleh rasa sakit, maka luka barulah yang menjadi penyebabnya. Luka lama saja belum sembuh. Sekarang ditambah dengan yang baru. Bagaimana Tebran akan menjalani kehidupan yang penuh luka ini dengan benar?

Lama sekali ia memikirkan luka yang mengujur pada tubuh dan hatinya. Ada keinginan lain yang Tebran sendiri tidak tahu, apakah ini berarti atau tidak sama sekali.

Mengunjungi sekolah lama. Mendatangi tempat favoritnya-di bawah pepohonan yang selalu ia kunjungi bersama sahabatnya, Reku. Tebran merindukan momen hangat itu, semua kenangan terakhir dengan teman-temannya mulai bermunculan kala ia mendekati ruangan kelas yang pernah ditempatinya. Perasaan bangga menjabat pertama kali sebagai ketua kelas di sekolah ini. Tebran sungguh ingat, itu karena pengaruh keluarganya, tapi yang menyakinkan orang di sekelilingnya memilih Tebran, yaitu nilai yang selalu stabil dan sikap kepemimpinan yang menjadi alasan terkuat Tebran menduduki posisi itu.

Tebran sangat ingat bagaimana perasaannya terguncang, mengetahui Tisha semakin dekat dengan anak baru di kelasnya, Damar. Perasaan itu juga yang membuat Tebran membuat keputusan egois. Menjatuhkan takdirnya pada perasaan, dimana ia ingin seorang Damar merasakan sakit seperti yang dialaminya. Kehilangan orang terdekat dan tersayang.

Ujung-ujungnya yang ia suruh adalah Reku. Reku melakukan perintahnya untuk membayar teman-teman sekolah lama Damar untuk mengerjai, akan lebih bagus membunuhnya. Membunuh Fidai-sahabat Damar, sebelum pergi memasuki busnya.

Tebran mengakui betapa perasaan puas menggerogoti jiwanya. Memuaskan kesakitan di hati dan membuatnya semakin buta akan hal di sekitarnya. Hal-hal berharga yang mungkin takkan kembali lagi.

Sedari tadi membahas Reku. Tebran teringat laki-laki itu, orang yang selalu mau menjadi suruhanmya. Dengan embel-embel menjadi sahabat dan menjanjikan bantuan-agar bisa memasuki universitas impiannya.

Tebran menyesali perbuatannya. Yang terlalu mengambil untung dari keegoisannya. Janji itu tak ada gunanya sekarang.

Benar, Tebran ingin tahu. Reku dimana sekarang?

🌠🌠🌠

Keluar dari perkarangan sekolah, ia lanjut ke tempat lain. Ingin membeli sesuatu di supermarket. Tak sengaja mata Tebran menangkap sosok seseorang yang ia kenal. Agar tidak salah sangka, ia pun berjalan mendekat.

Dua Bintang Bersinar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang