🌠03| Supernova

42 19 0
                                    

Konjungsi dua planet paling terang di tata surya menjadikan kejadian paling menarik di mata Kanaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Konjungsi dua planet paling terang di tata surya menjadikan kejadian paling menarik di mata Kanaya. Tadi sore keduanya terlihat seperti titik cahaya di arah barat daya.

Venus, planet yang dijuluki sebagai bintang kejora itu masih berjaya di langit senja setelah matahari terbenam. Planet kesayangannya, planet kesukaannya, tak pernah terlihat tercela di matanya. Entah apa yang membuatnya bertahan mengamati bintang kejora yang terus menanjak naik dari rasi Pisces ke rasi Aries.

Ngomong-ngomong tentang rasi bintang, Kanaya berada di rasi Pisces, bintang yang paling terang di konstelasi miliknya adalah Eta Piscium. Kanaya mungkin memiliki darah bintang ini. Mengingat kata papi kalau anak-anak yang lahir di Bumi merupakan anak bintang.

Meski tak seterkenal bintang paling terang yang ada di alam semesta, ada satu hal unik yang dimiliki dari nama bintang Eta Piscium. Tulang punggung ikan, dalam bahasa Babilonia. Mungkin inilah yang menjadi makna dari lambang astrologi konstelasi Pisces, dua ikan yang berenang di air. Katanya kedua ikan surgawi tersebut mewakili Venus dan Cupid dalam mitologi Romawi, yang mengubah diri mereka menjadi ikan untuk melarikan diri dari monster Typhon.

Pisces dikenal dengan nama Fishes dalam bahasa Inggris. Bukankah itu masuk akal?

Dalam perjalanan Venus yang berotasi mengelilingi matahari, bintang kejora juga akan berpapasan dekat dengan Jupiter dan Bulan. Inilah yang dari awal sudah diperbincangkan. Konstelasi dua planet yang paling terang di tata surya, Venus dan Jupiter. Bisa dibayangkan betapa indahnya pertemuan keduanya?

Kanaya masih menyaksikan langit malam yang terasa dingin melalui lensa teleskopnya. Hatinya berdebar ingin mengabadikan momen cantik itu dalam kamera kesayangannya.

Cekrek.

Suara cekrekan terdengar lembut bersamaan senyum yang tersungging di hadapan cahaya bulan. Kanaya menerima hasil jepretannya dan sedikit sedih karena polusi cahaya agak mengganggu hasil penelitiannya. Sebaiknya Kanaya mencari cara dan membuat rencana untuk berkemah di atas bukit atau hutan pada bulan selanjutnya. Mengingat ada banyak fenomena menarik yang disuguhkan oleh alam semesta di levelnya 17 tahun ini. Astronomi memang tidak pernah tidak mengagumkan, semuanya terasa menakjubkan.

🌠🌠🌠


"Mama tau kamu bukan anak perempuan, tapi selama ini kamu selalu membutuhkan mama. Kamu belum pernah hidup tanpa mama. Mama takut kamu kesusahan, Nak."

Kata-kata itu terus bergema dalam benaknya seperti sebuah kaset yang diputar secara berulang-ulang. Tebran sekarang mengerti tentang dirinya sendiri yang memang banyak kekurangan sebenarnya. Tebran selalu berusaha untuk sempurna demi tuntutan papahnya. Ternyata ... hidupnya tidaklah sesempurna yang dilihat.

Hidup Tebran tidaklah sempurna.

Tebran merasa gengsi bila mengakuinya. Hidup tampak sempurna memanglah impian sang papa, tapi entah mengapa dia malah terjerat dengan tuntutan itu. Ia merasa terobsesi dengan kesempurnaan yang dikatakan oleh papanya.

Kepalanya terasa berdenyut. Tebran mencoba memijit pangkal hidungnya dan bernapas lebih santai. Ah, tidak bisa santai. Tubuhnya sungguh lemas hari ini. Selama setahun belakangan ini, Tebran mencoba membiayai hidupnya sendiri tanpa bantuan siapapun. Semua makanan dan pengalaman yang dialaminya, tidaklah mulus. Banyak tantangan yang dihadapinya.

Tebran ingin menyerah saja dan kembali melakukan keinginan sang papah. Tidak, ia tidak bisa. Kata-kata Damar di hari dimana Tebran memutuskan untuk putus sekolah, Tebran masih sangat mengingatnya.

Ya ampun, dia harus melakukan apa?

Tebran menengadah ke atas. Berusaha untuk menahan secercah cairan yang akan keluar dari kelenjar lakrimalis nya. Setidaknya masih ada bintang-bintang yang bersinar terang di atas sana. Kehadiran bintang-bintang itu membuatnya tidak merasa sendirian. Entah sudah berapa lama ia menjadi senyaman ini melihat langit malam.

"Bintang di malam hari selalu bersinar terang, sedangkan gue ... nggak pernah bersinar. Hidup gue suram." Tebran bergumam sendiri. Masih dengan sepasang mata yang tertuju kepada lautan bintang di langit malam.

"Lo harus tau, segelap-gelapnya malam, terkadang mampu menghasilkan bintang yang bercahaya."

Tebran beralih menatap ke sumber suara. "Bintang memang bercahaya di gelapnya malam, tapi gue manusia, bukan bintang."

"Lo terlalu banyak berpikir. Kenyataannya kita ini adalah bintang. Alasannya, unsur-unsur bintang ada di tubuh kita."

Kedua alis mata Tebran lebih menurun. Ia menatap tanpa keramahan dan menantang gadis di depannya dengan keangkuhan. Benar, kebiasaan dari kecil memang sulit dihilangkan.  "Manusia ya manusia. Bukan bintang kayak yang Lo bilang."

Perempuan itu bersedekap dada. Tidak ada kemarahan dalam dirinya, hanya kekesalan saja karena tidak bisa menghargai perkataannya barusan.

"Carl Sagan pernah bilang dalam bukunya yang berjudul Cosmos kalau, Nitrogen yang ada dalam DNA kita, kalsium di gigi kita, zat besi dalam darah kita, karbon di dalam biji apel ... semua diciptakan di dalam bintang-bintang yang saling bertabrakan. Kita terbuat dari bahan bintang-bintang,"

"Gue nggak asal bilang kalo kita itu memang bintang yang berwujud manusia. Kita layak bersinar seperti bintang di atas sana," jelas perempuan itu dengan mata yang berbinar saat retinanya bertabrakan dengan pemandangan langit malam.

Tebran sedikit terkesima mendengar penjelasannya. Ia ragu kalau perempuan bertubuh mungil ini hanyalah orang biasa. Buktinya saja ia dapat melawan kata-katanya tadi dengan santai. Itu menunjukkan bahwa ilmu tentang astronominya sangat bagus.

"Bahkan jika gue bintang yang bisa bersinar sekalipun. Cahaya gue nggak akan seterang Lo. Gue cuma bintang mati yang mengalami kehancuran."

"Kalo mau jadi bintang. Nggak boleh pesimis. Nggak semua kehancuran itu akan berakhir tiada. Bisa jadi kehancuran itu awal dari kehidupan baru yang lebih baik lagi," gadis itu tersenyum, "pesan gue, jadilah bintang yang terus bersinar meski akan redup sekalipun. Dengan terus bersinar, tandanya Lo masih bisa bertahan hidup di dunia ini."

Tebran tersentak saat tangannya disentuh. Perempuan itu menjadi lebih bersinar saat tersenyum. Tebran ingin menyakini kalau gadis di depannya ini adalah bintang sesungguhnya.

Benarkah demikian?

"Nama Lo siapa?"

"Kanaya. Bintang yang akan membantu Lo bangkit dari fenomena Supernova yang Lo alami sekarang."

🌠🌠🌠

🌠🌠🌠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai,

Tahun baru di tempatku selalu turun hujan. Meski selalu turun hujan, semoga hari-hari manusia yang teringat masa lalu tetap cerah seperti terangnya bintang ya🤩✨

🌌 Instagram: @rosimabms



Dua Bintang Bersinar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang