🌠32| Penerus sejati

30 8 3
                                    

Silvia terkadang seperti ibu yang suka menekan namun perhatian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Silvia terkadang seperti ibu yang suka menekan namun perhatian. Di luar rumah atau di hadapan orang lain, ia menjadi sosok wanita yang tinggi hati dan suka menebar kekayaan secara elegan. Tapi, bersama suaminya, Silvia tak pernah bisa bersikap sombong—lebih dari Edi. Silvia selalu di bawah Edi yang sering diremehkan dan diperlakukan semena-mena.

Edi dulunya memang baik, tapi dia bukanlah yang terbaik dari penjuru suami yang selalu meratukan istrinya. Edi bukan seperti itu. Edi adalah Edi yang berambisi besar menjadi nomor satu di dunia. Bahkan bila salah satu perusahaan top global menjadi saingannya, Edi tak pernah menyerah.

Tidak menyerah sih tidak masalah, tapi jangan sampai melakukan tindakan di luar norma juga. Edi memang segala bentuk kegelapan yang Silvia rasa tidak bisa mempermasalahkannya.

Kalau tidak ada Edi, sekarang hidupnya tak mungkin berkecukupan. Meski ujung-ujungnya, buah hatinya yang menjadi korban. Silvia hancur, tak tahu harus bagaimana menjalani takdir ini.

Edi terlibat kasus korupsi. Setelah mengurus suaminya secukupnya, seperti memanggil pengacara terbaik yang bisa melindungi sang suami. Silvia malah mendengar kabar duka tentang kematian anak pertamanya. Tellan, anak besar kebanggaan Silvia telah berpulang ke langit tanpa meninggalkan pesan terakhir padanya.

Kenapa?

Kenapa tidak ada yang beres atas takdir yang dijalaninya selama ini?

Karma apa yang sedang menimpanya?

Mengapa anak-anaknya yang selalu menjadi korban?

Silvia tak mengerti. Air mata terus bercucuran dari sudut matanya. Terburu-buru dari kantor polisi menuju tempat peristirahatan terakhir buah hatinya. Hatinya remuk, semua kenangan terakhir bersama Tellan hanya tinggal beberapa. Ingatannya kembali dan itu seakan memudar seiring kepergian Tellan.

Mungkinkah Tuhan ingin mengambil seluruh hak atas anak-anaknya?Sepercik memori pun tak ikut serta dalam kesedihannya. Begitu banyak kata-kata yang ingin ia ungkapkan pada anak tersayangnya. Bukan sesuatu yang menyedihkan sebab ia tak mau anaknya pulang tanpa kelegaan. Tellan perlu tenang tanpa harus cemas akan tangisan orang-orang yang menyayanginya. Meski berat, Silvia akan mengikhlaskan anaknya pulang tanpa dirinya.

"Te-tebran?" desis Silvia, takjub, ralat, kaget melihat anaknya yang selama ini menghilang dan pergi meninggalkan dirinya kini ada di depan matanya. Tebran, entah dengan siapa dia sekarang. Silvia ingin tahu. Dia pun segera menelpon orang yang sempat ia bayar untuk mencari Tebran.

"Kamu belum menemukan anak saya, bukan? Tidak perlu mencari lagi. Saya akan beri tahu kamu titik keberadaannya. Tugas kamu, awasi anak saya baik-baik. Jangan lepas sedetik pun dan beri tahu saya kegiatan yang anak saya lakukan," jelasnya pada seseorang di seberang telepon.

🌠🌠🌠


"Dari penipu ya?"

Kalimat itu terucapkan dari bibir Kanaya dengan polosnya. Bukan tanpa alasan, Kanaya hanya penasaran, kenapa Tebran sebegitu terkejutnya mendapatkan telepon?

Dua Bintang Bersinar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang