🌠40| Ayo, senyum lagi

20 2 0
                                    

"Dia nggak ada di album perpisahan SMA Lo, Kak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia nggak ada di album perpisahan SMA Lo, Kak. Siapa laki-laki ini?" Kanaya bertanya demi memastikan firasat hatinya, tanpa mengalihkan pandangannya dari album tersebut.

"Dia Tebran. Ketua kelas MIPA satu. Kelas gue dulu."

Tebran?

Apakah ini Tebran yang Kanaya kenal?

Kalau begitu, jarak usia Kanaya dan Tebran terpaut cukup jauh. Mengingat Jeo adalah teman sekelasnya Tebran. Mereka berdua pasti seumuran, bukan?

"Kenapa Tebran nggak ada di album perpisahan Lo?"

Jeo tak curiga sedikit pun padanya. Apapun yang menganggu pikiran Kanaya pasti menjadi rasa penasaran baru baginya. Gagasan itu yang mungkin tertanam dalam pikiran Jeo sampai sekarang.

"Tebran nggak lanjut. Dia berakhir dengan putus sekolah."

"Kenapa putus sekolah? Dia seorang ketua kelas, 'kan? Apa dia nggak tanggung jawab?"

Jeo menggeleng pelan. "Tebran terlibat kasus kecurangan saat ujian. Kenapa bertanya, Nay?"

Usai mendengar penjelasan Jeo. Kanaya menjadi lebih terkejut lagi mengetahui faktanya. "Nggak, gue cuma kaget. Di album perpisahan Lo nggak ada laki-laki ini. Jadi gue pengen tau."

Jeo terkekeh melihat ekspresi wajah Kanaya. "Gue baru ingat. Lo kan anaknya kepoan ya. Masalah semesta aja udah Lo pertanyakan dari kecil."

Sekarang Kanaya baru mengetahui, ternyata Tebran mempunyai masa lalu yang seperti itu. Kerumitan hubungan antara mereka berdua terlihat semakin jelas. Jauh dari segi masa lalu dan juga ... usia.

"Btw, Lo tahun ini umur berapa, Kak?"

"Kenapa tiba-tiba? Lo mau ngejek gue udah tua?"

"Nggak kok. Gue penasaran, Lo bakalan nikah di usia berapa dari sekarang." Kanaya menyulihkan alasan.

"Jangan sembarangan kasih pertanyaan, Nay. Gue kaget ntar."

Kanaya menunggu jawaban Jeo. Terkait umur.

Jeo menghela napas. Mimik wajah Kanaya tak bisa ia hiraukan. "Tahun ini gue dua satu."

🌠🌠🌠

Tebran tertarik dengan saran yang diberikan teman dekatnya. Melepaskan tanggung jawab dan membiarkan beban ketakutan serta rasa bersalah itu perlahan menghilang. Dengan cara yang salah, terpikirkan oleh Tebran. Membereskan semua masalah yang terjadi menggunakan alat yang bernama uang.

Tangannya tergerak menelepon seseorang. Sebelum suara terdengar dari seberang, ia memastikan bahwa dirinya benar-benar sendirian di belakang sekolah.

"Lo orang yang satu sekolah sama Fidai, 'kan?"

Ada sedikit perubahan nada dari sana. Tidak suka, mungkin. Atau bahkan, perasaan takut yang menghantui. Sebab merekalah penyebab kematian laki-laki bernama Fidai.

Dua Bintang Bersinar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang