"Ini ayah. Ayah kandung gue" kata Junkyu.
Sekarang keduanya duduk dipinggir batu nisan itu. Setelah keduanya saling berdiam selama 15 menit, Junkyu akhirnya kembali membuka mulutnya. Sedari tadi mata Haruto ngga mau lepas dari wajah Junkyu.
Mungkin terlambat tapi Haruto kangen Junkyu. Dia kangen kak Junkyu-nya.
"Ayah yang selama ini lo tau, dia ayah tiri gue. Nikah sama bunda 3 tahun lalu"
Junkyu sedikit mencabuti rumput liar yang membuat batu nisan ayahnya sedikit kotor.
"Dulu, ayah sama bunda cerai karena ayah selingkuh"
Haruto tertampar.
"Gue masih SMP. Gue yang awalnya dari keluarga cemara terus dapet masalah kaya gitu ngebuat gue bener-bener down"
"Gue kehilangan panutan, kehilangan super hero, kehilangan separuh hidup gue"
Junkyu tersenyum tipis saat tangannya mengusap batu nisan ayahnya.
"Gue benci ayah waktu itu. Benci banget, tapi satu tahun setelah ayah meninggal karena kecelakaan. Gue tau beberapa hal"
"Ayah sama bunda adalah hasil perjodohan. Ayah mungkin nemuin cinta sejatinya atau apapun yang bisa gue sebut dengan itu setelah pernikahannya sama bunda"
"Ayah emang cinta sama bunda seiring berjalannya waktu, tapi ternyata Tuhan masih ngasih kesempatan ayah buat nemuin cinta sejatinya"
Kemudian Junkyu menoleh, natap Haruto, "Semakin dewasa gue sadar, perasaan ngga ada yang bisa ngontrol. Kaya ayah yang bisa jatuh cinta lagi, sama kaya gue yang jatuh cinta sama lo"
"Dan gue juga sadar satu hal lagi. Seberusaha apapun, kalo emang bukan cintanya maka ngga bisa dipaksakan"
"Gue cinta sama lo. Tapi kita bukan berada diposisi untuk saling mencintai-"
"Junkyu, gue mohon. Jangan kaya gini. Gue cinta sama lo" potong Haruto dengan meraih tangan Junkyu dan digenggamnya.
"Lo butuh gue, bukan cinta sama gue. Nggapapa, gue masih bisa jadi temen lo" balas Junkyu. Tapi Haruto menggeleng kencang.
"Engga. Engga ada lo jadi temen gue. Lo pacar gue, lo punya gue"
Junkyu memiringkan kepalanya, mau ngebalas tapi,
"Dan gue punya lo. Cuma punya lo" potong Haruto lagi. Menutup celah.
Junkyu terdiam kemudian menghela nafas pelan. Cowok itu melepas genggaman tangannya dari Haruto.
"Lo tau kenapa gula ngga boleh melebihi takaran?" tanya Junkyu secara acak. Ngebuat Haruto cukup bingung.
Haruto menggeleng meskipun Junkyu mungkin ngga liat. Karena sekarang cowok itu lebih tertarik ngeliat langit yang semakin mendung.
"Karena jika kita ambil gula berlebihan, bukan lagi rasa manis"
"But it's the sweetness that makes it unbearable"
Kemudian Junkyu kembali menatap Haruto.
"Setelah itu gue belajar. Apapun harus sesuai dengan batasnya"
"Dan mungkin sekarang gue harus tau batasannya" kata Junkyu.
Haruto menggeleng, dia ngga mau dengar apapun dari Junkyu.
"Ruto, dengerin gue. Hubungan kita emang seharusnya ngga ada. Kita menyakiti satu sama lain"
"Engga Junkyu. Kita ngga menyakiti satu sama lain. Gue, cuma gue yang nyakitin lo" kata Haruto.
Cowok itu udah mulai putus asa. Haruto takut kalau Junkyu benar-benar bakal ninggalin dia. Ngga bisa.
"Tapi, Ru-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetness
Fanfiction"Anything for you, babe" -Haruto "Ngga makasih. Gue udah kaya" -Junkyu