14

795 106 18
                                    

Junkyu mencoba menghubungi Haruto tapi ngga dapet jawaban sama sekali. Haruto engga ngeblokir Junkyu tapi Haruto beneran ngga merespon panggilan sama chat Junkyu satupun.

Junkyu menggigit bibir bawahnya pelan.

Cowok itu menghela nafas berat. Kepalanya terasa berat. Junkyu ngerebahin dirinya ditempat tidur. Junkyu memejamkan matanya.

Dulu, Haruto suka meluk Junkyu kalau mereka berdua lagi ditempat tidur ini. Dulu Haruto selalu ceritain semua masalahnya ditempat tidur ini sampai lupa tidur.

Dulu tawa keduanya memenuhi kamar Junkyu saat Haruto dan Junkyu saling melempar candaan. Bunda bahkan kadang ngomel karena suara keduanya yang terlalu berisik.

Dulu dan dulu.

Waktu secepat itu berlalu. 

.        .          .          .         .

Esoknya dan dua hari kedepan. Kepala Junkyu serasa mau pecah. Lagi dan lagi, Haruto kembali mengacuhkan Junkyu.

Ini udah hari ketiga mereka saling diam atau lebih tepatnya Haruto yang ngediemin Junkyu. Junkyu ngga tau harus gimana lagi.

Junkyu selalu ke kelas Haruto tapi diacuhin, Junkyu selalu mencoba ngajak ngomong Haruto tapi engga direspon. Sampai Junkyu minta maaf pun Haruto cuma diam.

"Anjing" umpat Junkyu dalam hati saat Haruto melengos aja didepannya. Junkyu yang mau ke kelas Haruto tadinya, sekarang berhenti ditengah koridor kelas gitu aja.

Mau dikejar lagi? Ngga bakal ngaruh apapun.

"Lo berdua lagi berantem?" Jeongwoo yang entah darimana dateng dan sekarang ada disebelah Junkyu.

Junkyu menghela nafas dan mengangguk. Cowok itu memilih mendudukan dirinya di pembatas kelas dengan halaman. Jeongwoo ikutan.

"Gue salah ngomong, Haruto marah karena itu" kata Junkyu tanpa diminta untuk cerita lebih dulu. Jeongwoo ngangguk pelan.

"Kalo boleh tau, lo ngomong apaan?"

Junkyu ngelirik Jeongwoo, menimbang apakah ia boleh cerita atau engga ke Jeongwoo. Secara kan Jeongwoo itu sohibnya Haruto.

Junkyu membasahi bibir bawahnya.

"Gue nyinggung masalah Haruto yang ngga suka sentuhan di depan umum, yang takut ketahuan homo. Gitu-gitu deh" kata Junkyu singkat, pelan dan jelas. Jeongwoo dengan jelas memahami.

Ngebuat cowok dengan tinggi 183cm itu menepuk bahu Junkyu pelan.

"Bukan karena Haruto temen gue jadi gue bela. Tapi lo sendiri tau, lo pacar cowok pertama Haruto. Haruto belok juga karena lo, jadi mungkin wajar kalo sekarang dia marah" kata Jeongwoo. Mencoba berkomentar se-objektif mungkin?

Junkyu membenarkan pendapat Jeongwoo.

Junkyu harusnya lebih berpikir lagi sebelum berkata.

"Lo sendiri, ngerasa gimana?" tanya Jeongwoo.

Junkyu kembali menghela nafas, "Gue ngerasa telalu childish. Bener kata Haruto kalo gue bahkan mempermasalahkan hal kecil. Gue marah cuma karena Haruto ngga punya waktu buat gue padahal dia itu sibuk karena bantuin abangnya. Gue egois, Woo"

"Gue ngga bisa ngertiin Haruto dengan baik"

Jeongwoo terdiam kemudian tersenyum.

"Junkyu sorry. Tapi, Jaehyuk boleh ikut gabung?" kata Jeongwoo menunjukan Jaehyuk yang berdiri dibelakang Junkyu dan tengah bersandar pada tiang pembatas.

Junkyu menoleh. Jaehyuk melambaikan tangannya pelan untuk sekedar menyapa.

"Sini, Jae" panggil Junkyu.

SweetnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang