22

930 120 20
                                    

Dan akhirnya seperti ini.

Haruto dan Junkyu duduk berdua diayunan yang ada dihalaman rumah Junkyu.

"Tadi dari mana?" tanya Haruto. Benar, jadi setelah satu jam Haruto duduk sendirian diayunan itu. Junkyu tiba-tiba dateng.

Keliatan abis main. Bajunya cakep.

"Main sama temen" kata Junkyu dengan melorotkan tubuhnya. Ngebuat kepalanya bisa bersandar pada sandaran ayunan. Kaki cowok itu dibawa bersila. Ngebiarin kaki panjang Haruto yang bergerak buat ngayun.

Haruto mengecek ponselnya. 

"Ngga bilang?" tanya Haruto.

Junkyu menoleh terus menggeleng.

Haruto menghela nafas tertahan, "Lain kali ngabarin. Bisa, kak?" tanya Haruto pelan.

Posesif? Haruto emang punya sifat itu. Dulu.

Junkyu mengangguk tanpa ragu, "Ya, kapan-kapan"

Membuat Haruto ikut menoleh. Cowok itu perlahan bergerak lebih dekat.

"Kak, pinjem tangan" kata Haruto yang lagi-lagi langsung diiyain sama Junkyu. Cowok itu naruh tangan kanannya dipaha Haruto.

Haruto menumpukan tangannya diatas punggung tangan Junkyu. Meremat tangan dingin itu.

"Tangannya dingin banget" komentar Haruto. Junkyu mengangguk menyetujui.

Junkyu memejamkan matanya. Menikmati angin dingin yang semakin menusuk kulit. Kenapa ngga masuk? Bentar dulu, ada tamu kan.

Haruto menolehkan secara penuh kepalanya ke Junkyu. Menatap sendu wajah Junkyu yang makin kurus.

Haruto merasakan ketenangan yang berisik dari hembusan nafas teratur milik Junkyu. Junkyu, kenapa cuma marah satu kali?

Kenapa ngga marah lagi? Luapin semua yang ditahan.

"Tadi main kemana, kak?" tanya Haruto. Cowok itu sekarang menyandarkan tubuhnya ke sandaran ayunan dengan posisi duduk menyamping. Ngebiarin ayunan yang mulai melambat pergerakannya.

"Cuma di angkringan sama temen" kata Junkyu sama pelannya.

Haruto kembali diam. 

Haruto melirik genggaman tangan keduanya, atau lebih tepatnya tangannya yang menggenggam tangan Junkyu.

"Kak-"

"Gue bukan kakak lo" potong Junkyu tanpa membuka matanya.

Meskipun dengan cahaya remang-remang. Haruto bisa ngeliat garis rahang Junkyu yang mengeras.

"Apa karena lo nganggap gue kakak makanya berani main dibelakang gue?" tanya Junkyu.

Haruto sontak mengeratkan genggamannya. Seolah takut kalau genggamannya mengendur, Junkyu bakal lari dan menghilang.

"Hambar, Ruto. Hubungan kita hambar" kata Junkyu.

Haruto menggeleng pelan. Ia menunduk. Ngeliat genggaman tangan keduanya.

Haruto takut. Takut kalau harus bayangin dimasa depan dia ngga bisa ngerasain hangatnya genggaman tangan Junkyu.

"Gue ngga tau mau apa. Gue juga ngga tau lo tuh lagi usahain apa di hubungan kita"

Jemari Junkyu melepas genggaman tangannya dan beralih buat mengusap pipi Haruto yang ternyata sangat dingin.

"Apa yang lo harapin dari hubungan kita yang udah ngga sehat ini, Ruto?"

Haruto cuma bisa terdiam dan terus menggeleng. Menolak dengan semua perkataan Junkyu yang sebenarnya adalah fakta.

"Gue ngga capek sama lo. Ngga munafik gue masih suka kangen buat sekedar ngeliat muka lo, ngabisin waktu sama lo sekedar ngobrol ngalor-ngidul. Gue masih sayang sama lo"

"Tapi gue udah mati rasa sama hubungan kita"

Haruto menatap Junkyu, "Tapi lo masih sayang sama gue" lirihnya.

Junkyu mengangguk menyetujui, "Masih. Cuma rasa sayang gue udah ngga difase gue harus selalu sama lo"

"Gue bisa sayang lo lewat kenangan manis kita"

"Gue-"

"Junkyu. Gue harus gimana biar lo balik ke gue?"

"Bilang, biar gue lakuin semuanya buat lo" Haruto ngga menyerah.

Junkyu jujur capek banget. Kek dia sayang sama Haruto tapi buat terus lanjut dia merasa sesak tapi buat ngelepas pun Junkyu masih enggan.

"Junkyu, gue mau lakuin apapun asalkan lo mau balik ke gue" kata Haruto.

Junkyu menatap lurus mata Haruto yang sedikitnya mulai berkaca-kaca. Apa emosi yang sebenarnya Haruto coba sampaikan?

Sedih? Menyesal? Atau apa?

Junkyu ngga tau dan membatasi diri biar ngga mencoba untuk tau. Karena mungkin, Junkyu dari awal emang ngga mengenal Haruto dengan baik.

Mungkin Junkyu sejak awal hanya berfokus gimana caranya milikin Haruto tanpa melihat apakah Haruto bakal ngasih ketulusan sama dia.

Mungkin sejak awal Junkyu ngga mikirin resiko dari semua keberaniannya menawarkan hidupnya buat Haruto.

Junkyu membasahi bibirnya sebelum mengatakan,

"Kalo gitu, biarin gue deket sama cowok lain"

.

.

.

Junkyu rasanya pengin jedotin kepalanya ke dinding. Ngga tau.

NGGA TAU.

Efek dia minum atau efek saking stressnya jadi anak Gen Z ngebuat akal budi luhur Junkyu ilang gitu aja.

"Bego" lirihnya.

Cowok dengan tinggi 179cm itu cuma bisa ngumpatin dirinya sendiri saat mengingat permintaannya ke Haruto satu jam lalu.

Pas kejadian, Junkyu bisa aja keliatan dingin, ngga tersentuh dan keren tingkat dewa 19. Tapi sekarang?

Pulu-pulu pun menang kalau diadu gantengnya sekarang. Jelek banget sekarang Junkyu deh.

Dari siang belum mandi. Bau ketek. Muka merah setengah mabok, pake celana kolor yang pantatnya bolong dikit ketutup hoodienya. Malah sok ngide.

Junkyu ngga tau ide darimana yang tiba-tiba bilang mau deket sama cowok lain.

Apaan-apaan, gila!

Sama cowok satu aja udah bikin mau bundir. 

Engga deng! Bercanda. Sadar diri kok Junkyu kalau dosanya masih kebanyakan.

Masalahnya, SIAPA YANG MAU SAMA JUNKYU?

Cowok mana? Junkyu semenjak sama Haruto bahkan jadi jarang main karena dunianya jadi berpusat ke Haruto. Hari-harinya cuma ada Haruto.

Cewek cantik, bahenol, kaya raya?

Ngga nafsu. Junkyu aja lebih cantik. Ganteng juga.

Cowok ganteng, tinggi, kaya raya?

Junkyu tuh tipe yang setianya sampai mampus. Jadi mau sesempurna apapun cowok diluar sana ya pasti bagi Junkyu, Harutonya yang terbaik.

Harutonya?

Junkyu sekarang ketawa miris.

Ngetawain nasibnya yang gampang banget bolak-balik kaya tangan yang main gaplek uno. 

"Main tinder aja kali ya?"

"Eh tapi kalo dapet om-om pedo gimana?"

"Tapi gimana sih mainnya?"

"Aplikasi pencari jodoh apaan aja deh?"

Junkyu frustasi. Lagipula apa yang Junkyu sebenarnya cari?

Haruto ataupun Junkyu sama-sama ngga punya ketegasan dalam mengambil keputusan buat hubungan mereka.

Semuanya abu-abu tanpa garis warna yang jelas.

Siapa yang bisa disalahin dalam cerita ini?

Haruto si egois dan serakah?

Atau,

Junkyu si gila sejak awal?



SweetnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang