Akhir weekend Haruto habiskan dikantor Bang Hiko.
"Haruto makan dulu yuk"
Haruto mengalihkan pandangannya dari laptop kearah seseorang yang baru masuk keruangannya. Kak Hana.
Haruto menggeleng, "Duluan aja, aku ngga laper"
Kak Hana sekarang menggeleng, "Ngga boleh gitu. Ayo makan, nanti perut kamu sakit kalo dibawa begadang" kata Kak Hana. Ngga lupa perempuan itu mendekat ke kursi Haruto. Jemari lentiknya meremat bahu Haruto.
"Haruto kenapa? Lagi ada masalah disekolah?" tanya Kak Hana.
Hubungan gelap ini udah bertahan berapa lama? Mungkin belum genap satu bulan.
Haruto menghela nafas. Ia tengah menekan egonya. Menekan rasa ingin selalu diperhatikan, rasa ingin menjadi tokoh utama disetiap hidup semua orang, rasa ingin selalu memiliki banyak kasih sayang.
Dari dulu Haruto selalu bilang sama Jeongwoo, 'Ngga ada alasan buat jadi anak nakal cuma karena ngga punya orang tua"
Benar. Haruto benar-benar ngga respect sama mereka yang jadi nakal dengan alasan ngga punya orang tua, broken home.
Awalnya gitu. Tapi jika mau menilai secara objektif. Haruto bisa aja bilang kaya gitu, Haruto bisa aja membenci anak-anak nakal, Haruto bisa aja bertingkah mandiri.
Namun di alam bawah sadarnya Haruto itu haus kasih sayang. Ketika Haruto sendiri, Haruto ngga punya ambisi apapun. Haruto ngga berpikir banyak hal selain makan sama tidur. Dia bisa hidup sesuai dengan alur yang Tuhan kasih, yang Bang Hiko atur. Haruto bisa menahan semua rasa sakit dan bisa mengatur perasaannya untuk mati rasa.
Tapi sekarang, saat Junkyu dan Kak Hana ngasih perhatian ke dia, ngasih kasih sayang ke dia, ngebuat Haruto ngerasa bahwa dia pantas dapet semua itu. Dan Haruto tanpa sadar menginginkan lebih dan terus lebih.
Sampai tanpa sadar, keegoisannya nyakitin seseorang.
"Kak, why you like me?" tanya Haruto dengan menatap kosong kearah laptopnya yang sekarang sudah mati.
"Kakak udah pernah bilang, kamu anak baik" kata Kak Hana.
Haruto diam.
"Kamu kenapa sih Haru-"
"And why I have to like you when I already have someone I love?" lirih Haruto. Entah untuk dirinya sendiri atau tertuju buat Kak Hana.
Kak Hana yang emang berdiri disampingnya menoleh kaget, "Ngomong apa? Someone you love?"
"Kamu udah punya pacar?" tanya Kak Hana.
Sekarang Haruto yang berganti menoleh dengan sedikit mendongak. Membalas tatapan Kak Hana.
Haruto menggeleng, "Pacar?"
"Bahkan sebutan pacar masih kurang buat dia"
Haruto kemudian bangkit. Berjalan kearah jendela besarnya yang menampilkan gedung-gedung pencakar langit lainnya beserta langit malam yang membentang dengan ratusan bintang.
"Junkyu, kak"
"He's my everything. And damn it I realized it too late"
"He?" Kak Hana mendekat.
Haruto mengangguk. Bahkan tanpa perlu menoleh sekalipun, Haruto tau kalau Kak Hana itu kaget.
Haruto menoleh, "Junkyu, kak. Dia yang ngasih segalanya buat aku"
"Dia ngasih kehidupan baru buat aku. Dia jadi apapun yang aku butuhin"
"Junkyu. Dia yang rela jungkir balikin dunianya cuma buat aku yang bahkan berani selingkuh di belakang dia"
Tatapan Haruto lurus pada Kak Hana. Memberi tatapan yang mendalam pada Kak Hana.
"Kak. Aku sayang sama Junkyu"
Dan saat itu, meskipun Haruto membelakangi cahaya. Kak Hana untuk pertama kalinya ngeliat air mata yang jatuh perlahan dari mata Haruto.
Kak Hana membeku ditempatnya saat Haruto yang perlahan berjalan mendekat. Di cahaya yang ngga begitu terang di ruang Haruto ini. Cowok dengan tinggi itu berdiri dengan jarak yang cukup dekat. Kemudian berbisik,
"Kita ngga seharusnya bersama"
. . . . .
Haruto mungkin gila. Setelah kejadian dia sama Kak Hana di kantor. Sekarang dia ada didepan rumah Junkyu.
Yang mana ini jam 2 pagi.
Haruto sebelumnya udah nyoba buat nyari pengalihan. Pergi ke ruangan Bang Hiko, ride night sendirian, ke angkringan. Tapi pikirannya malah tambah kacau.
Dia terus-terusan kepikiran Junkyu. Junkyu-nya.
Haruto pengin lari ke Junkyu dan meluk seerat mungkin sampai Junkyu kesal dan mukul kepala belakangnya. Haruto kangen sama rasa hangat dari pelukan Junkyu.
Sampai setelah berpikir ribuan kali. Haruto mencoba nelfon Junkyu.
Yang jelas ngga diangkat sama sekali. Haruto belum pengin pulang, jadilah cowok itu milih duduk di ayunan kayu di halaman dengan rumah Junkyu yang kebetulan dari ayunan itu Haruto masih bisa ngeliat jendela kamar Junkyu yang ada di lantai dua.
Haruto cuma ngeliatin jendela kamar itu yang udah gelap.
Ahh kapan ya terakhir kali Haruto ngerasain perasaan sepi kaya gini?
Kapan ya terakhir kali Haruto ngerasain kangen sama seseorang?
Haruto sendiri udah lupa karena eksistensi Junkyu selama lebih dari 6 bulan ini bersama. Junkyu berhasil mengisi kekosongan yang ada pada Haruto. Yang sebenarnya Haruto sendiri itu ngga tau dimana letak ke kosongannya tapi Junkyu tanpa bertanya bisa melengkapi itu.
Haruto lupa, kapan terakhir kali dia makan ditoserba setelah dipukulin Bang Hiko. Karena Junkyu yang bakal selalu nemenin dia makan di jam selarut apapun.
Haruto lupa, kapan terakhir kali dia milih buat minum pil tidur karena kepalanya yang terlalu berisik setelah ketemu sama keluarganya bokapnya. Karena Junkyu yang bakal nemenin dia ride night sejauh apapun.
Haruto mulai lupa sama semua rasa sakit dan luka yang selama ini terbuka lebar. Karena Junkyu lah yang perlahan menutupnya. Tanpa Haruto tau tanpa Haruto sadar. Junkyu udah berhasil ngerubah semuanya.
Junkyu.
Kim Junkyu.
Dan hanya Junkyu-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetness
Fanfiction"Anything for you, babe" -Haruto "Ngga makasih. Gue udah kaya" -Junkyu