5

1.1K 142 5
                                    

"Pulangnya bareng" kata Haruto didepan kelasnya.

Kelas Junkyu masih lurus lagi.

"Engga bisa. Gue ada latihan basket" kata Junkyu sambil masukin tangannya di saku celana.

Haruto cemberut dan ngeraih tali tas Junkyu. Digoyang kesana-kemari.

"Ah kak~. Seminggu ini lo full basketan terus. Masa pacarnya dianggurin"

"Daripada dijual? Milih mana lo?" balas Junkyu.

"Junkyu mah gituu" rengek Haruto.

Sampai,

Plak!

"Sakit ya anjing!" keluh Haruto sambil noleh ke belakang. Tiba-tiba ada yang mukul.

Jeongwoo pelakunya.

"Minimal minggir. Jangan berdiri depan pintu" kata Jeongwoo.

Haruto mendecih dan narik Junkyu, biar Jeongwoo bisa lewat, "Buta mata lo, orang space masih lebar aja lebay"

Haruto sama Jeongwoo mau berniat lanjutin adu mulut tapi,

"Ruto, sarapan kantin" ajak Junkyu tiba-tiba.

Haruto noleh, "Lo laper lagi?"

Junkyu ngangguk.

Berakhirlah Haruto dan Junkyu ke kantin. Yang sebelumnya Haruto udah noyor kepala Jeongwoo.

. . . . .

Dikantin.

"Enak" kata Junkyu pas dibeliin bubur ayam. Di kantin pojok. Langganan Haruto dan kawan-kawannya.

Haruto senyum tipis dan ikut makan buburnya. Dih makan juga, padahal tadi ngatain Junkyu kaya gorila gara-gara makannya banyak.

"Ru, masih kabur-kaburan?"

Stop! Pergerakan tangan Haruto terhenti.

Benar. Haruto punya kebiasaan baru sejak 3 bulan belakangan ini. Yaitu suka ngilang, kabur, bersembunyi entah kemana tanpa kabar kalau abangnya pulang kerumah. Atau kalau Haruto lagi badmood sama keluarga ayahnya.

Haruto menggeleng, "Engga"

Junkyu mencibir, "Minggu kemaren kemana? Nomer gue aja lo blok" kata Junkyu.

Asli deh, kadang Junkyu bingung. Yang pihak atas tuh Haruto tapi dia juga yang suka ngga jelas.

Jadi pihak bawah aja deh.

Haruto cemberut dan pindah tempat duduk jadi sebelah Junkyu. Ngga lupa, cowok dengan tinggi 185cm itu nyandarin kepalanya dibahu Junkyu dan menggenggam tangan pacar kecilnya.

"Iyadeh maaf. Lagian abang pulang tapi mabuk. Gue kan males kalo muka babak belur" keluh Haruto.

Plak!

"Sakitt" protes Haruto yang mulutnya dipukul pelan sama Junkyu.

"Manyun terus itu mulutnya. Mau jadi bebek?"

Haruto makin kesal tapi ya malah makin nempel ke Junkyu.

"Daripada lo ngilang ngga jelas, ngeblock nomor gue. Kenapa ngga kerumah gue?" tanya Junkyu.

Haruto ngeliatin jemari mereka yang saling bertaut, "Takut ngerepotin"

"Mana ada. Lo juga udah biasa kerumah gue cuma buat numpang makan sama mandi. Sejak kapan lo mikir ngerepotin?"

Kali ini Haruto diam.

Junkyu gerakin bahunya. Isyarat buat Haruto duduk tegak dan natap dia.

"Jujur sama gue. Kenapa lo milih ngilang daripada kerumah gue?" tanya Junkyu dengan intonasinya yang lebih ditekan.

Haruto menghela nafas. Kalau Junkyu udah serius gini, mau kemana lagi Haruto ngalihin topik? Yang ada ntar kepalanya dislepet sama Junkyu.

Emang ya, anak pertama itu ngeri-ngeri sedap. Kaya kak Junkyu ini.

Haruto nyandarin punggungnya ke sandaran kursi. Junkyu miringin duduknya buat ngasih atensinya secara penuh ke Haruto.

"Gue suka lepas kendali gitu. Kalo sendirian setidaknya gue ngga bisa ngapa-ngapain, ngga ada yang bisa gue ajak bacot sama adu otot" kata Haruto.

"Lo bisa lepas kendali?"

Junkyu agak kaget sih. Pasalnya Haruto tuh kalau lagi sama dia anaknya manja juga clingy. Bahkan pas awal Junkyu deketin Haruto juga anaknya lebih ke petakilan dan otak geser.

Haruto ketawa pelan, "Astaga yang, lo kira gue anaknya ngga bisa marah? Kaya kucing rumahan gitu? Yang isinya cuma meow-meow?" canda Haruto.

Tapi,

"Hah? Serius lo mikir gue gitu? Kucing meow-meow?" sekarang berganti Haruto yang kaget karena tadi Junkyu dengan polosnya mengangguk.

Junkyu ngendedikin bahunya acuh, "Ya gue ngga pernah liat lo marah. Terus lo juga ngga pernah marahin gue"

Haruto senyum dan mencubit pipi Junkyu sekilas, "Masa sama bocil kesayangan marah. Mana bisa gue" kata Haruto.

Junkyu mendecih dengan gombalan murahan milik Haruto.

"Tapi Ruto. Kalo gue minta, boleh ngga lo ajak gue ngilang ke dunia lo?"

"Karna lo ngga mau kerumah gue. Jadi biar gue yang ke lo aja" kata Junkyu tapi mendapat gelengan tegas dari Haruto.

Dia ngga setuju. Sangat ngga setuju.

"Ngga perlu lo sampai kaya gitu, Junkyu"

"Gue cuma ngga mau lo sendirian, Haruto. Lo sendiri yang mau pacaran sama gue karna gue nawarin diri buat ngobatin sakit hati lo" kata Junkyu.

"Iya sayang, iya. Awalnya gitu, lo jadi penyembuh sakit gue, temen dikala gue sendirian. Tapi sekarang udah ngga gitu lagi"

"Gue bener-bener sayang sama lo, Junkyu. Bukan karena lo sebagai penyembuh sakit hati gue, tapi karena lo Kim Junkyu. Kesayangan gue" kata Haruto meyakinkan.

Junkyu diam. Dia menunduk, "Gue cuma ngga mau lo berlarut dimasalah lo sendirian, Ru. Gue sayang sama lo" lirihnya.

Haruto ngegigit bibir bawahnya pelan.

Ngga kuat!

Dia ngga kuat!

"Ahh kenapa lo imut banget sih? Nih hati mau mencair. Ngga kuat gue" kata Haruto sambil narik Junkyu ke pelukannya.

Kalau biasanya Junkyu bakal nolak atau mukul Haruto karena meluk dia diluar kaya ini apalagi lingkungan sekolah, tapi untuk kali ini Junkyu cuma diam.

Junkyu numpuin pipinya dibahu Haruto yang posisinya mukanya sekarang ada didekat pipi Haruto. Monyong dikit kena dah tuh pipi si manusia ganteng paripurna.

"Yang, cium pipi boleh?" lirih Junkyu.

Stop!

Haruto ngefreeze.

Dia ngga salah dengar kan?

"Boleh ngga?" lirih Junkyu yang sebenarnya dia udah deketin mukanya. Bahkan pas Junkyu ngomong, bibirnya udah nempel sekilas di pipi Haruto.

Haruto mau meledak rasanya.

Ngga kuat!

Junkyu kalau lagi manja gini damagenya ngga ngotak, brey!

Cup! Cup! Cup!

Junkyu ngecup pipi Haruto 3 kali tanpa ijin dan langsung berdiri gitu aja.

"Jangan lupa buburnya dibayar. Gue ke kelas dulu, Ru" 

Haruto?

Masih ngefreeze.

Mukanya mulai merah banget.

1 menit, 5 menit, 10 menit.

"Heh, mas kenapa mas? Nafas woy!" 

Penjual buburnya panik karena muka Haruto yang udah kaya kepiting rebus dan anaknya anteng selama bermenit-menit.

"Mas, kenapa? Kesambet-"

"WAHH KIM JUNKYU! KAWIN LARI YUK!"

SweetnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang