10

914 113 5
                                    

"Gue kangen lo, Haruto"

"I'am always be your side, Junkyu" lirih Haruto dengan suaranya yang teredam pada bahu polos Junkyu.

Junkyu menatap cermin yang ada dilemari bajunya. Memantulkan dirinya dan punggung Haruto. Cermin itu memantulkan tubuh dua anak adam yang saling berpelukan dan menyentuh satu sama lain untuk memuaskan nafsu.

Haruto sedikit memberi jarak saat Junkyu berusaha melepas kaosnya.

"Jangan berisik" kata Junkyu.

Haruto tersenyum tipis, "Lo yang jangan berisik kalo gue masukin"

Junkyu cuma mendecih dan kemudian tergantikan dengan pekikan tertahan.

"Anjing" lirih Junkyu karena Haruto tiba-tiba narik dia ngebuat posisinya sekarang Junkyu ada diatas dia.

"Katanya tadi jangan berisik" ledek Haruto. Sempat-sempatnya.

Junkyu natap Haruto kesal kemudian kembali mendudukan dirinya. Diatas tubuh Haruto. Haruto yang dalam posisi terlentang cuma menaikan kedua alisnya. Seolah menantang Junkyu.

Junkyu sedikit menggesekan pantatnya pada area privasi Haruto.

"Lo kangen gue?" tanya Junkyu. Haruto terkekeh pelan, "Kemaren iya, sekarang engga. Kan lagi ketemu sekarang"

Namun respon Junkyu adalah tersenyum miring, "Sialan" umpatnya lirih. Yang ngebuat Haruto  bingung dengan umpatan Junkyu. Diarahkan untuk apa?

Tapi fokus Haruto langsung berubah saat Junkyu turun dari tempat tidur untuk melepaskan celananya. Ngebuat Junkyu sepenuhnya telanjang.

Haruto ikut mendudukan dirinya dan melepas semua pakaiannya.

Sampai, 

"Beneran mau diatas?" tanya Haruto saat Junkyu kembali mendorong dadanya untuk merebahkan diri dan Junkyu kembali mendudukan dirinya diatas area privasi Haruto.

Junkyu cuma mengendikan bahu acuh.

Junkyu mulai menggesekan tubuhnya atau ah Junkyu berpikir untuk melakukan hal lain. Junkyu bergerak menaiki tubuh Haruto.

"Jun-"

Perkataan Haruto terhenti saat pandangannya langsung tertutupi bagian tubuh belakang Junkyu. Atau bahasa yang mudah dimengerti adalah posisi enam sembilan?

Pertama kali. Untuk pertama kalinya mereka berada diposisi ini, karena biasanya keduanya melakukannya dengan posisi yang biasa.

Junkyu mengacuhkan kebingungan Haruto. Junkyu semakin menunggingkan tubuhnya, untuk mempermudah mulutnya yang akan mencoba pusat tubuh Haruto.

Haruto mendesis tertahan saat mulut hangat Junkyu memenuhi alat vitalnya. Bahkan lidah Junkyu langsung bermain.

Kenapa Junkyu sangat handal? Haruto sama sekali ngga ngerasain gigi Junkyu yang bergesekan di areanya.

"Junk-"

Mulut Haruto terbekap karena Junkyu menurunkan pantatnya.

Tangan Haruto lantas meraih pinggang Junkyu untuk diangkatnya sedikit. Haruto mengikuti yang sekiranya Junkyu minta tanpa terucap.

Haruto perlahan mendekatkan pantat Junkyu ke wajahnya. Haruto menjulurkan lidahnya untuk merasakan lubang Junkyu.

"Eung-" sensasi yang Junkyu rasakan ngga bisa dijelaskan.

Haruto meremat pantat Junkyu yang bergerak gelisah. Lidah Haruto semakin menelusup masuk ke dalam Junkyu. Keduanya terus bermain dengan tubuh satu sama lain sampai Haruto dengan kasar langsung mengangkat tubuh Junkyu dan membantingnya ke samping.

"Gue ngga mau keluar di mulut lo"

Setelah itu Haruto memasuki Junkyu dengan sedikit kasar. Tangan Junkyu ditariknya sampai ngebuat Junkyu kembali duduk diatas pangkuan Haruto.

"Junkyu gerak" perintah Haruto dengan mendongak.

Junkyu perlahan kembali menggerakan tubuhnya keatas dan kebawah. Junkyu menggigit bibir bawahnya saat Haruto masuk ke dalam tubuhnya terlalu dalam.

Haruto kayaknya kurang puas, tangannya ikut ngebantu pergerakan Junkyu agar lebih keras. Keduanya menahan erangan yang terus aja mau keluar dari mulut. 

"Ru, gue-akh!"

Hentakan keras Haruto bersamaan dengan Junkyu yang tumbang dengan memeluk bahu Haruto. Haruto memeluk pinggang Junkyu agar pacarnya itu ngga jatuh.

"Ngga muat" lirih Junkyu.

Karena cairan Haruto yang mengisi tubuh Junkyu sekarang tercecer keluar. Cairannya terlalu banyak.

Haruto mengecupi dada Junkyu yang ada didepannya.

Junkyu sedikit membenarkan posisinya agar Haruto lebih mudah. Tatapan Junkyu turun pada Haruto yang tengah memainkan nipelnya. Jemari Junkyu mengusap rambut hitam Haruto.

"Ruto"

"Mn?"

"Main lagi mau?" tawar Junkyu.

Haruto melepaskan nipel Junkyu dari mulutnya.

"Iya, bolehnya berapa kali?" tanya Haruto.

Junkyu mengusap dahi Haruto yang berkeringat, "Buat malem ini bebas"

Dan saat itulah Haruto langsung mengarahkan jemarinya pada lubang Junkyu yang ternyata masih berkedut. Juga milik Haruto yang masih ada didalamnya.

"Beneran?"

Junkyu mengangguk dan mengecup bibir Haruto yang sedikit membengkak.

"Iya kalo mau"

"Mau dong kak, hehe"

Dan keduanya kembali mengais kenikmatan disunyinya malam hingga menjelang pagi.

.

.

.

Paginya.

Junkyu ngebuka matanya saat dirasa tenggorokannya terlalu haus.

Junkyu pelan-pelan buat mendudukan dirinya. Mengerjapkan matanya.

Sampai,

Pandangan Junkyu mencari keberadaan Haruto yang ngga ada dikamarnya.

Junkyu bangun sendirian. Mungkin Haruto udah lebih dulu bangun. Terus keluar, entah buat gangguin bunda, berantem sama Doyoung atau ngobrol sama ayah.

Junkyu bangkit dan jalan ke kamar mandi. Buat cuci muka.

"Haruto kemana, bun? Lari pagi sama ayah?" tanya Junkyu saat ngga melihat Haruto diruang tengah dan rumah makan. Pintu kamar Doyoung masih tertutup, berarti anaknya jelas belum bangun.

Bunda yang lagi masak sarapan noleh, "Lah udah pulang dari jam 6, kak"

Hah?

Pulang? Jam 6?

"Pulang? Kok pagi banget?" tanya Junkyu. Moodnya langsung turun seketika.

Bunda ngasih potongan buah ke Junkyu, "Katanya ada masalah sama perusahaan jadi abang ijin pulang jam 6"

Junkyu diam. Ia menatap potongan buah dipiring dengan tatapan kosong.

"Bunda kasian sama abang deh kak. Mau libur sehari aja susah banget"

"Mana tadi belum sempet sarapan"

Jemari Junkyu meremat celana tidurnya. Bunda aja kasihan sama Haruto yang keliatan sibuk banget. Kok bisa sampai Junkyu mau egois dengan minta perhatian Haruto padahal cowok itu tengah berjuang buat keluarganya.

Kenapa Junkyu bisa seegois itu?




Note : Aku lagi ngebut, sabar yaa :)

SweetnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang