29. Tak terbalaskan

49 30 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Jihan, Maura? Saya izin tidak ke posko ya, mau jalan-jalan cari angin sebentar." Izin Kajesha dan kedua temannya itu mengangguk.

"Dokter Kajesha hati-hati ya?jangan terlalu larut pulang nya." Ujar Maura, dengan kini ia menatap ke arah Kajesha seraya berkata, "Atau mau aku temani?" Imbuhnya.

"Tidak usah, kamu Istirahat saja, kamu pun lelah seharian tadi kan?" Tolak Kajesha secara halus, sambil tersenyum setelahnya.

"Iya, sedikit. Kalau gitu kamu jaga dirimu baik-baik ya." Ingat Maura.

Kajesha mengangguk.

Gadis itu pun berjalan menelusuri tenda-tenda yang berisikan korban bencana, banyak sekali Isak tangis dari orang-orang, banyak sekali anak-anak yang masih kecil kehilangan sanak saudaranya, ia merasa kasihan saat melihat bayi yang menangis tidak bisa tidur karena banyak sekali sahutan serta Isak tangis menaungi mereka, wajah sang ibu terlihat letih, bibirnya pucat pasi, menidurkan sang anak dengan matanya yang sesekali terpejam namun terbangun karena anaknya yang kian menjerit-jerit.

Hatinya merasa sesak, ia sangat sedih tatkala mendengar tangisan bayi itu, ia sangat merasakan rasa sesaknya saat gagal menjadi seorang ibu.

Dirinya berinisiatif untuk membantu ibu tersebut namun tiba-tiba seseorang menahan tangannya dari belakang. Kajesha terkejut lalu membalikkan badannya, gerakan kilat itu membuat tubuhnya oleng dan hampir terjatuh. Untungnya Restu dengan sigap menahan tubuh gadis itu agar tak jatuh ke tanah yang basah.

"Dokter Kajesha? Udah malam malah keluyuran gini." Restu membantu menopang tubuh Kajesha tuk berdiri kembali.

"Terimakasih." Ujar gadis itu karena Restu telah menolongnya.

"Aku hanya keluar untuk mencari angin saja, kamu sendiri, kenapa masih di luar?" Kajesha balik bertanya.

"Tadi saya habis dari posko 2 untuk mengantar bahan makanan di suruh bang Patra." Tukas Restu, "terus lihat dari kejauhan kaya kenal, jadi aku ikutin deh. eh ternyata benar dokter Kajesha." Imbuhnya.

"Mau aku temani? Aku khawatir dokter Kajesha tersesat, walau hanya mencari angin, sebagai rekan satu posko, kita pun harus saling menjaga kan?." Sambung Restu.

"Engga bakal tersesat, tenang aja." Kajesha tersenyum tipis.

"Sepertinya anda baru kali ini keluar jauh dari posko, aku akan mengajakmu berkeliling, bagaimana?"

"Ide bagus, sepertinya kamu sudah hafal betul wilayah ini, jikalau kamu tidak keberatan boleh deh."

"Tentu saja, mari."

•••

Pada satu tulisanku, terdapat satu keping jiwaku.

Aku tahu ini ambigu;

rancu;

Bait demi bait aksara yang kian ku tulis dalam analogi rindu yang kian membuat ku sesak, tentang kita yang tak mungkin untuk aku gapai. Tapi aku harap di suatu hari yang tidak aku tahu; pada suatu ketika saat bumi tidak lagi memiliki ku, seseorang akan mengamati setiap satu tulisanku mengumpulkan kepingan jiwaku, menyusunnya dengan sabar hingga terbentuklah seutuhnya kejelasan diriku, lalu tiba-tiba, dunia akan mengerti dan manusia akan berangsur-angsur memahamiku.

JATUKRAMA  |  Park Sunghoon [ SELESAI ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang