Menikah di usia muda, dengan segala kecerobohan yang ku punya, tentang hati yang tak memungkinkan dalam menghadapi situasi dan pahitnya kehidupan yang ada.
"Kapan kamu akan membawaku pada keluarga mu?dan mengenalkanku sebagai istri mu?."
"Nanti, tun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
Seorang wanita tua tengah terbaring di ranjang rumah sakit, wanita itu terlihat lemah lunglai berbaring tak berdaya. Disana,ia di temani oleh cucu kesayangan nya, dan seorang pemuda.
"Rajendra, berjanjilah kepadaku, kau harus menjaga cucu ku."
Pria itu mengangguk,"Iya,Oma. Oma tenang aja ya, aku pasti akan selalu jagain Oma, dan juga, Kajesha."
Wanita tua itu tersenyum,"Kalian harus berjanji padaku, kalian harus menjaga rumahku dengan baik." Nasihat Oma.
"Kami akan menjaga rumah mu oma, selama kamu dirawat, kami pun selalu mengunjungi rumah untuk sekedar beres-beres." Jawab Kajesha.
"Oma cepat sembuh ya,biar kita bisa masak-masak lagi." Tukas Kajesha.
Saat ini Kajesha tengah berada di rumah sakit menemani sang Oma yang tengah terbaring lemah di ranjang, Oma terlihat kurang baik, kondisinya semakin drop, entah apalagi yang harus di usahakan, segala cara telah di kerahkan namun dokter mengatakan bahwa mungkin hidup Oma tak lama lagi, aku belum sempat membahagiakan Oma, aku mohon jangan pergi dulu.
Namun, takdir berkata lain, seminggu setelahnya Oma meninggal dunia, rasa sesak menjalar dalam dadaku, aku belum sempat membahagiakan Oma, aku belum bisa memberikan apa yang sangat ia inginkan, yaitu pergi ke Belanda untuk.melihat hamparan tulip yang ada disana.
•••
Tak banyak yang aku harapkan, tak banyak yang aku keluhkan, semoga kamu aman damai disana, semoga kau ingat jalan pulang, walau harap ku sudah perlahan pupus. Aku dengan segala keyakinan diriku, mengingatmu akan pulang suatu hari nanti, membawa kabar bahagia datang menyapa. Aku harap kau tenang, aman sentosa disana, Rajendra.
Setelah sekian purnama, aku bisa mendengar deru nafasmu, mendengar celotehan kosong mu yang selalu ku rindu, Rajendra. Percayalah, kamu hanya satu-satu nya, tak ada yang bisa menggantikan dirimu walau semesta selalu menerjang ku dengan badai yang tak kunjung usai.
•••
Tak perlu banyak tanya kapan tahun lahirnya, apalagi umurnya. Sudah masuk fase dewasa, "harus lebih mengerti, dan bisa memilah mana yang perlu, dan mana yang tak perlu kamu tau. Terkadang, manusia jika banyak tau itu berbahaya, seperti tokoh aktivis penting di negeri Konoha ini yang menghilang karena terlalu banyak tau."Jelas saya sembari melirik depan rumah, takut ada tukang bakso lewat, heheh.
Kalau cerita ini tak kunjung selesai, do'akan saya tidak menghilang ya?
Lahir di belahan bumi Pasundan, Kata Pepatah; Bumi Pasundan Lahir Saat Tuhan Tersenyum.
Lahir di tanah Sunda, tepat di tengah padatnya kota Bandung. Anak penengah dari 3 bersaudara, dua laki-laki, satu perempuan.
Perempuan yang tak banyak bicara, karena tak pernah minta apa-apa, ia berusaha sendiri tuk menghidupi diri. Usia dewasa, namun belum siap dengan kerasnya hukum hidup di dunia, tentang keras nya perjuangan, tentang apa yang harus dan perlu di korbankan saat ingin mencapai suatu hal yang lebih.
Oma bilang; "Nak, berusahalah semampu kamu, sing penting ikhlas, laon-laon asal kalakon."
Oma juga berkata begini; "Nak, terkadang dalam hidup itu musti merasakan sesak walau terisak, kau hanya perlu kehilangan agar belajar cara menghargai. Agar kau paham tidak semua keinginan mu harus diikuti. Agar mengerti ada hal-hal yang tak bisa semau kamu saja." Ujarnya.
"Tetaplah berjalan seperti yang seharusnya, semoga kamu bisa mengajari dirimu untuk lebih dewasa lagi. Ada yang lelah memahami, ada yang tidak bisa lagi membuka hati. Sebab, terlalu sering diperlakukan tanpa hati. " kata Oma.
"Nak, jika dia memang bukan untukmu, jika dia memang bukan takdirmu. Maka, kepergian itu bukan lah hal yang paling berat, ikhlaskan, jika dia milikmu, pasti kembali kepadamu. Tiap bertemu orang yang menurut ku tepat tuk ku jadikan rumah, malah hilang arah." Kata Oma.
Kalau bapak bilang gini sama aku; "Nak, Rumah itu sifatnya statis, sedangkan manusia itu dinamis. Jadi jangan kaget, kalau sewaktu-waktu mau istirahat melepas penat, eh rumahnya hilang. Intinya, jangan gantungkan asa pada sesama insan bernyawa, karena jika mereka hilang, kamu sendiri yang akan merasa hancur, merasa tak ada tempat ternyaman untuk pulang, padahal tubuhmu benar-benar akan tumbang."
Aku pernah baca sebuah buku menarik, ada beberapa yang tertinggal dalam pikiran, dialog-dialog yang ditulis oleh penulis, beberapa paragraf yang menarik dan layak disimpan untuk dijadikan pedoman: "Dunia orang dewasa tidak selurus dunia anak-anak yang lima menit bertengkar, lima menit kemudian sudah kembali bermain bersama. Kau tahu, dunia orang dewasa bagai bulir bawang merah, berlapis-lapis oleh ego, keras kepala oleh argumen, bertumpuk pembenaran dan hal-hal yang tidak akan kau pahami sekarang."
Suatu kali pernah terbaca olehku tulisan yang kira-kira begini katanya: "Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam mata elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia tak akan pernah bisa berakhir."