Menikah di usia muda, dengan segala kecerobohan yang ku punya, tentang hati yang tak memungkinkan dalam menghadapi situasi dan pahitnya kehidupan yang ada.
"Kapan kamu akan membawaku pada keluarga mu?dan mengenalkanku sebagai istri mu?."
"Nanti, tun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
••• Menikmati swastamita, menengadah menatap nabastala yang indah. Menyatukan kedua tangan hangat, dan berbincang tanpa memerdulikan realita yang menyakitkan dan menyesakkan.
Tidak pernah diketahui oleh kedua insan buana tersebut bahwa mereka akan jatuh tenggelam dalam asmaraloka yang perih ini.
Patah, perih, luka yang selalu aku nikmati,walau rasa sakitnya perlahan membuat rongga di hati semakin luas tak terbendung. Aku tak pernah tahu kalau mencintai seseorang akan sesakit ini, aku tak pernah mengerti bagaimana keindahan mencintai seseorang dapat aku rasakan, bahkan saat ini aku masih sangat bingung, bagaimana rasa cinta sempurna seorang insan manusia, bagaimana bisa mereka di cintai sebegitu hebatnya, sedangkan aku hanya tersirat kehancuran yang kian meresap.
Pagi ini terasa begitu hampa, aku merasakan kehadiran cintaku yang telah lama hilang, aku merasakan kehadiran nya secara nyata, namun aku tak pernah bisa menerima kehadiran itu dengan hati yang gembira, aku sakit. Sakit merasakan bahwa ia datang untuk memperbaiki segala ketidakmungkinan itu, aku merasakan sesak yang luar biasa saat menatap wajahnya, aku ingin sekali memeluk pria itu dengan erat, aku tak ingin dia pergi untuk kesekian kalinya. Namun, kalian pun tahu harga diri itu lebih penting dibandingkan apapun bagi wanita, rasa gengsi itu sangatlah penting, karena itu akan meningkatkan harkat dan martabat seorang wanita, kita bisa merasakan bahwa kita itu layak di puja, bukan memuja.
Aku meninggalkan rumah pagi-pagi sekali, karena aku tak sanggup menatap manik mata pria itu, aku tak tahan ingin memeluknya dengan erat saat ku tatap wajahnya yang selalu ku mimpikan.
Rajendra,maafkan aku. Aku terlalu sakit jikalau mengingat kita di masa lalu, aku terlalu lemah dalam merasa, namun akupun harus sadar, aku tak mau mengulang kesalahan yang sama dengan mu.
Aku titipkan sepucuk surat yang terbalut amplop coklat kepada bi Ijah untuk di sampaikan ke Rajendra, aku tidak kuat jikalau harus memberikan padanya sendiri.
Aku bukan egois, aku bukannya tidak menyayangimu lagi, aku bukan tidak memikirkan putraku, Mahesa. Namun ini pun pilihan yang sulit bagiku, ku harap kamu mengerti.
•••
Setelah menempuh kurang lebih satu jam perjalanan, akupun telah sampai di tempat ku bekerja. Banyak sekali orang yang menatapku dengan senyuman di bibirnya, namun aku merasa kelu saat ingin membalas senyumnya,rasa sesak ini terlalu menyiksa diriku.
Aku berjalan ke arah meja kerja ku, terlihat di sana ada Ayunda-Gadis bersurai pirang itu terlihat sedang membereskan berkas-berkas miliknya.
Gadis itu beralih menatapku dengan bingung, seraya berkata,"Ada apa?masih pagi kok wajah nya di tekuk gitu, engga baik."ujar Kahiyang Ayunda Prasasti Triambono- atau yang sering di sapa Ayunda itu.
"Ah ya?tidak ada, aku hanya lelah seharian kemarin." Balas Kajesha dengan membuang nafas berat.