•••
Langit terlihat begitu cerah, tak ada tanda ia ingin mengeluarkan tangisannya, sudah cukup baginya menangis saban hari namun tak jua ada manusia menghargai perasaan sang buana, masih banyak manusia yang terang-terangan menunjukkan kesedihan nya, membuat buana lelah serta muak melihat kelakuan sang manungsa.Kini Rajendra tengah berjalan melihat-lihat suasana sekitar, kota ini sudah banyak berubah, ia sampai kelimpungan mencari rumah sahabatnya itu, tak ada nomor telepon yang bisa di hubungi, saat ini dia tengah berharap semoga saja teman nya tidak pindah rumah.
Setelah menanyakan pada warga setempat akhirnya ia menemukan rumah teman lama nya itu, ia pun langsung menghampiri warung kecil tepat di depan rumah seseorang, kata orang tadi, itu merupakan rumah dari teman nya.
"Saya mah engga tahu atuh, gimana nanti Weh, kalau udah rezeki mah engga akan kemana atuh, bener teu?"ujar seseorang yang sedang duduk sembari angkat kaki di kursi depan warung tersebut.
"Punten...," Kata Rajendra.
Sontak semua orang yang ada di sana menoleh ke arah nya,"Mangga...," jawab mereka semua.
"Eh! Ya ampun!" Teriak seseorang yang bernama Cecep Supriatna segera bangkit dari duduknya dan memeluk Rajendra.
Seseorang yang satunya pun ikut berdiri menyambut kedatangan Rajendra.
"Jendra?!sok atuh silahkan, duduk dulu duduk." Sapa Cecep, lalu mempersilahkannya untuk duduk.
"Iya cep, makasih."
"Jendra, ai kamu kemana aja? Kenapa menghilang?" Tanya Dirga Mahatma.
"Saya pergi mengunjungi kedua orang tua saya di Amsterdam, karena ada urusan penting, maaf sebelumnya tidak mengabari kalian lebih dulu." Tutur Rajendra.
"Tidak apa-apa, yang penting mah kamu sehat." Timpal Dirga.
"Saya pikir teh kamu marah sama kita, gara-gara kita tidak menemani kamu buat ngurus band kita dulu. Saya minta maaf atuh nya, Jendra." Tutur Cecep.
"Engga cep, santai. Saya yang harusnya minta maaf sama kalian, saya sudah membuat kalian kehilangan harapan. Saya yang sudah menghambat rezeki kalian, coba saja kita dulu tidak membuang waktu demi gairah saya ke musik." Jelas Rajendra.
"Tidak apa-apa, kamu pun punya niat yang baik, kita juga dulunya kan memang ambisius ingin maju, namun usaha kita kurang optimal." Kata Dirga.
"Eh ada siapa itu teh?" Tanya seorang wanita yang baru saja tiba, rambut wanita itu di Cepol asal.
Rajendra tersenyum,"Ningrum...," sapa Rajendra.
"Jendra?kamu apa kabar?" Tanya Dwita Ningrum-istri dari Cecep.
"Kabar baik, saya kesini cuma mau minta maaf sama kalian semua, karena sudah seringkali merepotkan." Jawab Rajendra.
Mereka memang dulunya memiliki band, anggota band tersebut di antaranya Rajendra, Cecep, Dirga dan Arjuna. Mereka selalu bersama-sama, memikul tanggung jawab beriringan, mereka memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kualitas musik, membuat musik yang mereka ciptakan mendunia, namun rencana nya pupus karena satu dan lain hal.
"Tak apa, yang lalu biarlah berlalu." Kata Ningrum.
"Omong-omong,bagaimana kabar istrimu?" Tanya Ningrum.
"Dia baik, sayangnya dia memilih untuk berpisah." Jawab Rajendra.
"Apa?!" Teriak Cecep.
"Kenapa bisa begitu?" Sanggah Dirga.
"Entahlah, aku rasa dia memiliki pria lain dalam hidupnya." Keluh Rajendra.
"Kau salah besar, Rajendra. Dia tak pernah melupakan mu, dia selalu mencarimu. Bahkan pada saat kamu pergi meninggalkan nya, dia mencarimu menghalau hujan badai kala itu, dia datang ke rumah saya untuk mencari keberadaan mu." Tutur Dirga, memang Kajesha pada saat itu datang tuk mencari keberadaan Rajendra, dia menangis tiada henti, tak kenal lelah mencari keberadaan suaminya itu.
"Benarkah begitu?" Tanya Rajendra.
"Iya, kamu seharusnya bersyukur bisa memiliki istri yang begitu menyayangi mu, dia sempat pulang ke rumah ibu nya di Surabaya, keadaan nya sangat kacau pada masa itu, kami yang mengantarnya ke bandara. Namun aku tak mendengar kabarnya lagi setelahnya." Tutur Ningrum.
"Maneh harus mempertahankan dia, Rajendra. Dia sangat layak tuk di perjuangkan." Pungkas Cecep.
"Apa kalian tahu siapa ayah dari anak Kajesha?" Tanya Rajendra.
"Hah? Anak?!" Teriak Dirga kaget bukan main.
"NU bener maneh teh?" Tanya Cecep yang tak kalah kaget.
"Saya mah engga tau da kalau dia punya anak, karena semenjak dia pulang ke Surabaya, saya tidak mendengar kabar nya lagi." Tutur Ningrum.
"Ai kamu ngerasa nge hamilin dia atau engga?wah teu bener ieumah." Tanya Cecep.
"Saya mah teu apal, nya apal nage maneh suaminya, berarti mereun maneh bapak nya budak eta." Sambungnya.
•••
Kisah ini terpatri sesuai dengan kacamata sang penulis, kisah ini di tulis murni karangan penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kisah dari lakon, dan dunia nyata penulis.
Tolong cermat saat membaca, saya mohon dengan sangat jangan membawa lapak lain kesini, demi menghargai karya resmi seseorang.
Jika ada kesamaan alur, nama serta tempat mohon di maklumi karena atas dasar ketidaksengajaan, karena setiap inci perbuatan manusia selalu saja ada kesalahan, karena kita bukan insan yang sempurna, matursuwun.
KAMU SEDANG MEMBACA
JATUKRAMA | Park Sunghoon [ SELESAI ]✓
RomantikMenikah di usia muda, dengan segala kecerobohan yang ku punya, tentang hati yang tak memungkinkan dalam menghadapi situasi dan pahitnya kehidupan yang ada. "Kapan kamu akan membawaku pada keluarga mu?dan mengenalkanku sebagai istri mu?." "Nanti, tun...