11. Kisah tertuai dan diary usang

74 56 11
                                    

|•|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|•|

SETIAP manusia selalu di uji dengan segala masalah yang menerpa, manusia tak bisa memilih apa yang akan terjadi dan apa yang akan mereka hadapi. Jatuh bangun dalam kehidupan tak terhingga, dengan segala penyesalan dan rasa ingin menyerah seolah menyelimuti kehidupannya, akankah semesta memberikan kebahagiaan dan menoleh ke arahnya?

Hanya sebatas rindu yang membelenggu, mengingat diri ini dalam lembayung sendu. Hanya sepucuk surat yang mampu mengisi hati yang kian teriris. Berada di perahu terlampau jauh mengambang menjauhkan diri dari nestapa yang terjadi.

Kini lembar perlembar akan di ceritakan kembali, tentang pilunya sang gadis yang berjuang sendiri melawan rasa sakit yang membelenggu sanubari.

Nataya Haluna Tamrin, sang yuswa yang mencintai semesta namun tak pernah terbalaskan harsa. Ia bercerita, tentang indahnya semesta dan pahit kisah hidupnya, kisah yang tertuai dalam diary usang yang diberikan oleh cinta pertamanya-Damar Nurwalangga Tamrin-sang ayah tercinta.

"Aluna..." Panggil seorang wanita setengah baya yang terlihat memelas.

"Saya bukan Aluna!" Gertak gadis muda itu dengan amarahnya yang tak bisa terbendung.

Aluna adalah panggilan sayang dari sang ibunda tuk anaknya tersayang, Nataya Haluna Tamrin. Nama Aluna di ambil dari Haluna, nama tengah sang gadis cantik yang kini tengah tenggelam dalam sesak yang kian meretak.

"Iya, Nataya...pulanglah nak..." Bujuk wanita itu dengan harap.

"Ck. Pulang?" Ia berdecak sebal.

"Pulang kemana?sejak kapan rumah itu terlihat sebagai tempat yang aman dan nyaman?. Bukankah katamu, rumah adalah tempat yang paling nyaman, tempat untuk beristirahat sejenak melepas penat. Saya malah merasa lelah dan muak, membuat hatiku kian teriris karena nya." Cecarnya.

"Maaf..." Rintihnya.

Kalimat itu lagi, lagi, dan lagi.

Sudah muak, sudah sesak, sudah banyak relung sendu yang terbelenggu,sudah banyak kekecewaan yang mengiris hati sang gadis yang sudah hilang harapan. Merasa hancur di keluarga sendiri, merasa tak pernah ada rumah ternyaman untuk pulang.

Kebahagiaan Nataya sudah hilang, sudah lenyap.

Setelah beberapa tahun lamanya, ia pindah ke bandung tuk melepas penat, sesak dan hati yang rusak. Akan tetapi semesta mengirim rasa sesak itu lagi, mengapa selalu seperti ini?

Akankah bandung memberikan kebahagiaan untuknya?

Ataukah akan tetap sama?setelah pertemuan kali ini, dengan sang pemberi luka?

"Maaf...maaf...aku telah gagal menjadi seorang ibu."

"Tak ada yang mengatakan begitu...Anda yang mencetuskan nya sendiri."

JATUKRAMA  |  Park Sunghoon [ SELESAI ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang