22. Tengkar

56 31 2
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

JAJAKA tangguh kelahiran warsa sembilan puluhan. Anak tunggal dari keluarga Januartha Geswara. Mata nya yang gelap bak jelaga, hidung bangir serta garis rahang dengan pahatan yang indah, bisa dikatakan hampir sempurna.

Ia merupakan anak dari keluarga yang berkecukupan, keluarga besarnya di kenal bukan orang sembarangan. Sedangkan Kakak tirinya, yang kini menyampung bisnis yang bergerak dalam industri ritel yang sangat sukses.

Namun sayangnya, hidupnya bak serambit alengka, yang terbelenggu akan silsilah keluarga yang memiliki  standar kesempurnaan yang tinggi, kerap kali ingin merasakan kebebasan bak burung elang yang bisa terbang kesana kemari, namun apa daya dirinya bak patung yang terjerat dalam delusi, yang tak mungkin dapat kesempatan tuk memulai impian nya.

Sang pemilik buana menyematkan Kajesha sebagai asma-nya, tak terkecuali baginya gadis itu merupakan anugerah terindah yang pernah ia dapatkan. Pahatan terindah yang Tuhan pernah ciptakan dan dikarunia lengkungan di kedua netranya tiap kali ia tersenyum.

Pemuda pemilik surai hitam legam itu mendengus frustasi, mempertanyakan eksistensinya mengapur mendalam di pelukan buana. Rasa lelah, letih, penat, perasaan ingin menyerah pun sering kali membelenggu asma-nya, yang saban hari ia rasakan.

Sementara seorang gadis pemilik surai panjang se bahu nampak tersenyum riang, menyembunyikan segala beban yang ia pikul kian merangkuh. Tak apa; hidup memang penuh halang rintang, perasaan menyerah selalu ada, kendati demikian jikalau kita menyerah, sayang sekali karena kita sudah berjalan sejauh ini, tak mungkin jika harus berhenti dalam haluan akhir, mungkin akan berujung bahagia nantinya, siapa tau kan?

Gadis itu berjalan menghampiri sang tuan dengan senyuman terukir di bibir tipisnya, ia terlihat menggenggam sesuatu di tangan nya.

Gadis itu mengulurkan tangan nya, ke arah pemuda yang sedari tadi merancau frustasi.

Ia berkata,"Nih, tadi aku beli permen. Buat kamu satu, buat aku satu." Ujar gadis itu.

Pemuda yang tengah duduk itu mendongak menatap sang gadis, melihat permen lolipop berbentuk hati di tangannya.

"Udah, ini ambil!" Tukas gadis itu dengan menyodorkan paksa ke arah sang pemuda.

Pemuda itu pun meraih permen dari tangan sang gadis.

"Di makan, biar hidupmu ada manis-manis nya! Murung terus dari tadi, kenapa?" Kata gadis itu seraya posisi bersiap duduk di samping pemuda itu.

"Gapapa." Ujar pemuda itu.

"Kalo gapapa, berarti ada apa-apa. Kalau kamu ada masalah, kamu bisa cerita ke aku." Pungkas Kajesha dengan mengusap lembut lengan Rajendra.

"Aku gapapa, sa. Beneran deh."

"Ndra, aku ini istri kamu, kalau kamu ada masalah, kamu jangan sungkan buat berbagi sama aku. Siapa tau aku bisa bantu, oh engga maksud aku, aku bisa usahakan buat bantu kamu." Jelas gadis itu dengan menatap manik mata pemuda di hadapannya.

Iya, mereka sudah menikah sudah lama sekali, mereka memutuskan untuk menikah setelah Rajendra ke rumah Kajesha tuk meminta restu, namun sayangnya keluarga Rajendra tak pernah muncul menemui Kajesha, yang datang untuk melamarnya hanyalah kakak dari Rajendra dan juga kedua paman dan bibi nya, oleh karena itu Kajesha tidak pernah tau bagaimana orang tua Rajendra, alasan nya karena orang tua Rajendra terlalu sibuk dengan bisnis mereka.

Pemuda itu menggeram pelan,"Ayah, sa. Dia minta aku pulang, bunda sakit." Jelasnya.

"Yaudah, besok kita langsung berangkat ke Jakarta temuin mereka. Aku kan belum pernah ketemu mereka, pas kita nikah pun mereka berhalangan hadir."

"Engga bisa, sa."

"Kenapa ndra?"

Dia hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun.

"Kapan kamu akan membawaku pada keluarga mu?dan mengenalkanku sebagai istrimu?."

"Nanti, tunggu waktu yang tepat, ya?."

"Waktu yang tepat? kapan tepatnya?."

"Nanti, Kajesha. Jika sudah waktunya, aku berjanji."

Kajesha menggeram pelan,"sebenarnya kenapa sih ndra? Kamu malu ngenalin aku? Kamu malu punya istri dari keluarga yang engga selevel sama kamu?" Papar Kajesha.

Rajendra menggeleng pelan,"engga, sa. Bukan gitu, bukan gitu maksudnya."

"Aku engga ngerti deh sama pemikiran kamu, sebenarnya kamu bilang sama mereka atau engga sih, kalau kamu sudah nikah?"

Pemuda itu diam.

"Ndra, maaf aku membebani kamu, seharusnya kamu bilang kalau kamu keberatan, aku bisa buat meyakinkan Oma supaya kita engga buru-buru nikah."

"Kajesha, udah deh. Aku lagi pusing banget, kamu jangan memperkeruh suasana."

Gadis itu melenggang pergi dengan amarah yang menggebu, sedangkan pemuda itu menggeram marah.

Goresan pena akan lembaran kisah bersamamu, akan aku mulai.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JATUKRAMA  |  Park Sunghoon [ SELESAI ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang