EPILOG

163 18 6
                                    

"Ndra, kenapa sih cemberut aja? Senyum dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ndra, kenapa sih cemberut aja? Senyum dong." Ujar Kajesha sambil memangku pipinya, terlihat menggemaskan sekali.

"Eh? Sejak kapan kamu di sini?" Tanya Rajendra.

"Tuhkan, ngelamun terus sih. Istrinya datang malah di cuekin." Ketusnya.

"Jangan marah."

"Engga marah, aku cuma penasaran, ada yang kamu pikirkan? Kenapa sedari tadi kulihat kamu cemberut terus." Tuturnya.

"Aku engga kenapa-napa. Ada apa memangnya?"

"Engga apa-apa kok. Coba deh kamu senyum dulu." Ujar Kajesha.

Dia menatapku dengan tatapan menyelidik, terkesan seperti menelisik rasa curiga dalam dirinya.

"Kenapa? Kamu habis bikin salah ya? Kelihatan aneh banget, ada apa?"

"Kok kamu curigaan banget sih jadi orang. Toh aku hanya ingin melihat kamu tersenyum. Apa salahnya?" Jawabku sambil menatap kedua matanya.

Ia sempat terkekeh mendengar ucapanku, namun dengan segera ia melakukan apa yang aku suruh.
Dia tersenyum, namun setelah itu tertawa dengan keras.

"loh, kenapa ketawa?" Tanyaku.

"Ya kamu, kenapa tetiba minta senyum coba? Aku gemes banget sama ekspresi kamu, lucu." Ujarnya sambil menahan tawa nya.

"Ishh kamu nyebelin banget. Aku kan cuma pengen lihat kamu senyum doang, kamu terlihat tampan saat tersenyum." Tutur Kajesha.

Sungguh, aku tak pernah bercanda akan hal ini. Ketampanan suamiku ini memang tiada tandingannya.

Entah mengapa, di saat aku merasakan sangat lelah setelah di sibukkan oleh pekerjaanku yang cukup banyak. Saat melihat senyuman Rajendra, rasa lelahku meluap habis tiada sisa.

"Kamu sangat menggemaskan sekali." Rajendra meraih kedua tanganku, di usapnya pelan pipiku, membuat hatiku menghangat karenanya. Tangannya kemudian berhenti di kedua bahuku, di tatapnya kedua bola mataku dengan manik hitam legam sedalam lautan yang selalu aku rindukan. "Kamu pasti merasa lelah, bukan? Pundak mu ini sudah menaruh beban yang cukup berat selama ini, maafkan aku ya?" Tuturnya dengan rangkaian ucapan lembut yang senantiasa menghangatkan jiwaku.

"Untuk apa kamu meminta maaf? Kau tidak memiliki kesalahan apapun kepadaku." Ujarku.

"Aku hanya merasa bersalah kepadamu, entah berapa banyak kata maaf yang bisa aku ucapkan, tak akan pernah bisa menebus kesalahan yang sudah aku perbuat, saat aku meninggalkanmu dan berjuang sendirian." Tutur Rajendra seraya mengusap pelan surai rambutku.

"Tidak perlu meminta maaf, hanya dengan melihat senyuman mu di setiap harinya sudah membuatku merasa tenang, Ndra."

"Kenapa kau begitu menyukai senyumanku, hm?" Tanya Rajendra dengan tersenyum manis sekali.

"Senyuman mu adalah candu bagiku, aku akan menyukai senyuman mu sampai kapanpun itu, Aku mencintaimu Rajendra." Ujarku dengan mengecup pipi kanannya, dia terlihat tersenyum lebar setelahnya.

"Aku juga mencintaimu, Kajesha." Balas Rajendra, dengan menarik tubuhku kedalam dekapannya.

"Terimakasih karena kamu sudah memberikan aku kesempatan untuk kembali bersama denganmu, memulai semuanya dari awal, serta menebus semua kesalahan yang sudah aku lakukan. Aku sangat bersyukur dapat dipilih oleh tuhan untuk menjagamu, dan menjadi tempatmu pulang walau sejauh mana pun kamu pergi." Tutur Kajesha. Dia semakin menatap lekat wajah suaminya. Berharap cinta nya yang sangat besar itu dapat tersampaikan, meski hanya lewat tatapan mata.

Rajendra mendekatkan wajah nya ke arah istrinya itu, dia mengecup keningnya dengan lembut.

Telah banyak yang sudah kita lewati, rasa sesak yang setiap hari menemani, dengan rasa rindu yang semakin menggebu-gebu namun semua terasa abu-abu, begitupun aku yang terduduk merindu pesona mu.

Kisah kita sudah tertuang sempurna dengan bait aksara rindu yang ada di dalamnya, sudah banyak yang kita lewati dari mulai rasa Sesa karena merindu yang tak kunjung temu. Pertemuan yang kembali hadir sempat aku tepis dengan tabir, sempat pula aku berpaling walau kamu tak menapir. Kisah kita yang sudah lama sekali terjalin mulai menjumpai kebahagiaan yang sekian lama aku harapkan.

Terimakasih karena kamu telah kembali, terimakasih karena kamu selalu mencoba melengkapi walau banyaknya kekurangan yang ada pada diri ini.

—END—

Akhirnya kita sampai di penghujung cerita, kuharap kalian bisa menikmati setiap bait aksara yang sudah aku rangkai dengan sangat hati-hati, mencoba memperjelas makna yang ada pada kisah ini.

Terimakasih untuk kalian yang sudah mengikuti rangkaian cerita yang aku tulis dengan sepenuh hati, sampai jumpa di lain waktu.

Terimakasih untuk kalian yang sudah mengikuti rangkaian cerita yang aku tulis dengan sepenuh hati, sampai jumpa di lain waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JATUKRAMA  |  Park Sunghoon [ SELESAI ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang