sebelas.

30.1K 2.1K 18
                                    

°

°

°

°

°

Selamat membaca

°

°

Jevan bangun dari tidurnya sekitar jam 11 malam, ia berjalan keluar kamar dan terlihatlah markas yang sepi dan tak ada seorangpun anggota disini.

"sepi banget, kayaknya udah pada pergi deh" ucap Jevan.

"bosen gue kalo diem disini, nonton seru kayaknya" gumamnya, Jevan pun masuk kembali ke kamar untuk bersiap siap.

Jevan memakai Hoodie abu, jeans hitam, sepatu sneaker putih dan masker hitam juga tak lupa ia juga membawa topi.

Selesai bersiap siap kini Jevan sedang menunggu ojeg online pesanannya karna tak mungkin jika ia kesana memakai motornya karna penyamarannya akan ketahuan.

"dengan Jevano?" tanya ojek online yang baru saja datang dan tiba di hadapan Jevan.

"ya pak benar" ucap Jevan mengambil helm yang di berikan oleh ojeg tersebut.

butuh waktu 30 menit akhirnya Jevan sampai di daerah arena balap ia turun agak jauh dari arena.

"ini pak, kembaliannya ambil aja" ucap Jevan menyerahkan 3 lembar uang seratus ribu, ia sengaja karna kasihan kepada bapak ojeg online tersebut yang harus menerima orderannya di tengah malam seperti ini.

"makasih mas" ucap ojeg tersebut.

"sama sama" ucap Jevan.

Setelah ojeg tersebut pergi Jevan berjalan ke arena balap, dari jauh saja terlihat disana sangat  ramai karna selain para pesertanya adalah antar ketua balapan ini juga di adakan pada malam minggu jadi pasti banyak pemuda pemudi yang menonton.

Jevan bergabung dengan penonton yang ada di sana ia sudah memakai topi dan masker untuk menyamar karna sesuai perjanjian balapan bisa di wakilkan jika sang ketua tak bisa datang.

Disana Jevan melihat geng Lavegas yang di pimpin oleh Gibran, geng Phoenix yang di pimpin oleh Nathan, geng cobra yang di pimpin oleh Rio, dan satu lagi geng Rajawali yang di pimpin oleh ketuanya bernama Ciko semuanya membawa banyak anggota hingga tempat arena sangat padat dan ramai.

"pengalaman nih gue nonton ginian, ternyata gue kurang liar ya di kehidupan dulu, gue terlalu fokus sama impian gue" batin Jevan. 

Di sisi lain salah satu anggota geng Cobra bernama Biru berteriak pada geng Lavegas membuat suasana menjadi panas.

"woy mana ketua pecundang lo, takut? kok gak dateng" ucap Biru yang di susul gelak tawa dari anggota geng Cobra.

"bacot lo, kenapa lo tanyain ketua gue? kangen?" ucap Leo membalas, sontak ucapannya membuat beberapa orang tertawa.

"idih najis gue kangen ma dia" ucap Biru.

"Si Jevan gak dateng? tumben" ucap Satya yang baru menyadarinya karna mendengar ucapan Biru.

"mungkin karna tadi siang" ucap Satria yang di angguki satya.

"tapi kalo ketua lo dateng juga gak bakal menang sih" teriak Biru lagi memancing kemarahan geng Lavegas yang tak terima ketuanya di ejek.

"bisa diem gak si lo, bacot mulu ke emak emak" ucap Yoga.

"napa lo? gak terima gue ngomong fakta, lagian kan biasanya ketua lo yang selalu bacot gini, mancing emosi orang lain" ucap Biru lagi membuat Rio tersenyum meledek ke arah Gibran.

"yaudah si kan ketua gue gak ada di sini" ucap Leo kesal.

"mengakui lo ketua lo suka bikin ribut" ucap Biru mengejek.

"udah jangan di bales" ucap Gibran saat Leo hendak membalasnya.

Disisi Jevan ia mendengar semua omongan mereka, emosi? tidak karna semua yang Biru ucapkan memang fakta lagian itu perbuatan Jevan bukan Kai mengapa ia harus emosi.

"kepada para peserta silahkan menuju arena balap"

Semua peserta pun mulai menuju arena balap, terlihat 3 orang ketua dan 1 orang anggota di garis start.

"Gibran sorry gue ngorbanin lo, kalo gue bisa juga gue bakal maju" batin Jevan

Balapan pun di mulai terlihat Nathan memimpin, Jevan melihatnya sampai mereka tak terlihat di tikungan pertama dan saat pandangan ia alihkan ke geng Phoenix ia sempat bertatapan dengan mata tajam Felix yang juga tengah menatapnya.

"kok dia natap gue gitu banget, dia tau penyamaran gue kah?" batin Jevan bertanya tanya.

Karna takut ketahuan Jevan pun pergi dari arena, padahal ia penasaran siapa yang akan jadi juara karna Kai belum membaca sampai bab ini dulu.

Jevan berjalan tak tentu arah, kemana saja yang penting menjauh ia juga malas pulang ke rumah, saat melewati sebuah cafe Jevan melihat seseorang yang sangat ia kenali sedang duduk di pangkuan om om dengan pakaian kurang bahan.

"anjir itu beneran si Alisya?" ucap Jevan menyipitkan matanya dan ternyata benar.

"gak nyangka gue, bener ya jangan liat orang dari covernya, mukanya aja polos kelakuan ke jalang" ucap Jevan, ia mengeluarkan ponselnya dan memotret kejadian itu siapa tau berguna di masa depan.

Tak ingin lama lama melihatnya Jevan kembali berjalan setelah memasukkan ponselnya kedalam saku.

Jevan berhenti berjalan saat ia menemukan sebuah sungai, ia berjalan ke pinggir sungai, suasana yang sepi membuat ia teringat dengan kehidupannya dulu.

"mah Kai kangen, kira kira gue bisa kembali gak sih" ucap Jevan.

"Ivan sobat gue lo pasti sedih gak ada gue, gak ada temen adu bacot, gak ada temen baku hantam" ucapnya terkekeh saat mengingat sahabat seperjuangannya itu.

"gue disini sendiri, mah dulu Kai selalu ingin punya ayah sama abang, sekarang Kai punya mah tapi mereka jahat" ucap Kai lagi tak terasa air matanya mulai keluar.

"kok gue nangis sih cengeng banget, kalo si Ivan tau pasti dia ledekin gue abis abisan" ucap Jevan menghapus air matanya.

"ngomong ngomong olimpiade udah mulai belum ya" ucapnya dengan merebahkan dirinya di rerumputan, Jevan memandangi bintang bintang di atas dengan di iringi suara gemercik air sungai membuat pikirannya mulai tenang.

"semoga lo wujudin impian kita Van, dengan meraih juara olimpiade" ucap jiwa Kai mengingat mereka pernah berjanji untuk bersaing sehat meraih juara olimpiade karna hanya kejuaraan itu yang belum mereka raih.

"Jevan sampai saat ini gue belum tahu penyebab lo gak akur sama keluarga lo dan gue heran kenapa lo gak kasih ingatan lo sama gue sampai sekarang"

"Anita, dia pasti punya maksud terselubung menikah sama bokap Lo Jev, anaknya juga gue gak nyangka ternyata dia seorang jalang" ucap Jevan yang masih memandangi bintang bintang di atas.

"gue bakal bantuin lo Jev cari bukti kebusukan mereka berdua mungkin itu cara gue agar bisa kembali" ucap jiwa Kai berharap.

Setelah puas memandangi bintang bintang Jevan pun beranjak dan pergi dari sana tak tahu kemana jika ke markas jaraknya sangat jauh dan tidak ada kendaraan karna sekarang sudah menunjukkan pukul 1 malam, lama berjalan akhirnya Jevan menemukan penginapan, iapun memutuskan untuk beristirahat di sana.

>
>
>
>
>

Publish: 28 September 2023
Revisi: 29 Juli 2024

transmigrasi boy (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang