dua puluh enam

21.5K 1.5K 70
                                    


°

°

°

°

°

Selamat membaca

°

°

“jadi?” tanya Kai saat pria di sampingnya tak kunjung membuka suara dan malah sibuk dengan ipad nya.

“saya Erland Ajash Azendra, sepupu bunda mu” ucap Erland sembari menyimpan ipad yang di pegangnya.

“ah ternyata masih sodara si Jevan batin Kai.

“Jevan, bundamu menitipkanmu pada saya, maaf saya terlambat menjemputmu” ucap Erland menyandarkan punggungnya ke kursi mobil.

“jangan menyebutku dengan nama itu, nama itu sudah mati” ucap Kai sebal.

“lalu saya harus memanggil mu apa?” tanya Erland menatap Kai.

“Kairo Evander itu namaku sekarang” ucap Kai balas menatap Erland.

“Kairo Evander Azendra itu namamu sekarang” ucap Erland membuat Kai menatapnya tak percaya.

“dan kau menjadi putraku mulai sekarang” ucap Erland lagi dengan nada tak ingin di bantah.

“baiklah, tidak buruk juga” ucap Kai menyandarkan punggungnya ke kursi mobil, Erland tersenyum tipis melihat reaksi Kai yang pasrah dan tidak membantah.

“yah setidaknya gue gak harus nyari duit buat hidup” batin Kai.

Tak terasa mobil yang ditumpangi Kai dan Erland sudah tiba di sebuah mansion megah yang letaknya jauh dari pemukiman warga.

“kayaknya dia bukan orang sembarangan” batin Kai saat melihat mansion megah dan dikelilingi banyak penjaga berjas hitam.

Kai mulai melangkah mengikuti Erland, semua penjaga menunduk hormat saat Erland berjalan melewati mereka,

Erland menyuruh Kai mengikutinya hingga mereka sampai di ruang kerja Erland.

Erland duduk di kursinya, Kai pun ikut duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja Erland, sehingga mereka duduk berhadapan.

“om tau penyebab bunda meninggal?” tanya Kai. 

“panggil saya daddy maka pertanyaan mu akan saya jawab” ucap Erland tersenyum melihat wajah Kai yang terlihat tak terima.

“baik, Dad tau penyebab kematian bunda?” tanya Kai ulang.

“kematian bunda mu memang sudah direncanakan Kai” ucap Erland beranjak dan berdiri memandang keluar jendela yang ada di ruangannya.

“maksudnya?” tanya kai memandang ke arah Erland berdiri.

“mobil itu sudah di sabotase dan kau pasti tahu siapa pelakunya” ucap Erland membalikan badannya dan menatap Kai yang juga tengah menatapnya.

“orang yang sama dengan orang yang sudah menghancurkan hidupmu” ucap Erland lagi, ia senang melihat reaksi Kai yang terlihat emosi.

“dad punya bukti?” tanya Kai.

“dad tidak pernah menuduh tanpa bukti, dan untuk mendapatkan bukti, itu hal yang sangat mudah” ucap Erland berjalan kebelakang Kai.

transmigrasi boy (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang