enam belas

27.8K 2K 20
                                    

°

°

°

°

°

Selamat membaca

°

°

Malam hari Jevan terbangun dari tidurnya ia merasa sangat haus, dengan malas Jevan pun pergi ke dapur, saat membuka pintu kamar terlihat rumah sangat sepi dan lampu pun sudah mati hanya ada beberapa lampu yang menyala

Jevan terus melangkah ke arah dapur namun, saat melewati kamar Alisya ia mengercitkan alisnya saat melihat lampu kamar itu masih terang terlihat dari pintunya yang terbuka sedikit, Jevan pun melangkah mendekat dan sedikit mengintip ternyata disana juga ia melihat keberadaan Anita

"papih tenang aja aku aman disini, mereka gak curiga mereka manjain aku kok" ucap Alisya dengan nada bicara tak seperti biasanya

Jevan pun segera menyalakan handphone nya dan merekamnya untung ia tadi membawanya

"papih jangan khawatir meskipun mereka memperlakukan aku sebagai seorang princess aku gak bakal lupain papih, lagian kan niat awal kita cuman kuasai hartanya" ucap Alisya membuat Jevan terkejut

"gue gak salah denger kan" ucap Jevan dalam hati

Terlihat Anita mengambil alih handphone dari tangan Alisya

"kamu tenang saja mas kita aman disini, rencana kita berjalan pancar" ucap Anita dengan tawa jahatnya

"bener bener gak bener mereka" ucap Jevan dalam hati

Saat ingin melangkah lebih dekat tangan Jevan malah tak sengaja menyenggol guci yang ada disana hingga jatuh

Prang!!

Melihat itu Jevan cepat cepat bersembunyi namun sayang sebelum berhasil bersembunyi aksinya keburu ketahuan oleh Anita

"Jevan" ucap Anita dengan wajah terkejut

"yah ketahuan" ucap Jevan dengan wajah seolah olah sedih

"apa yang kamu lakukan" ucap Anita melihat Jevan tak sengaja ia juga melihat Jevan membawa ponselnya membuatnya sedikit was was

"ada apa mah" ucap Alisya mendengar Anita yang berbicara dengan seseorang

"oh ternyata sifat polos nya hanya topeng" ucap Jevan tersenyum miring ke arah Alisya, Alisya seketika mematung mendengar ucapan Jevan

"jangan macam macam kamu" ucap Anita dengan suara tertahan takut akan ada yang mendengarnya

"macam macam apa? oh maksud tante omongan kalian tadi?" tanya Jevan dengan wajah menyebalkan nya

"kamu merekamnya?" tanya Anita dan Alisya dengan wajah cemas, dan itu membuat Jevan senang

"tentu saja" ucap Jevan tersenyum manis bukannya terlihat manis malah terlihat menyebalkan di mata Anita dan Alisya

"serahkan" ucap Anita hendak mengambil ponsel Jevan, dengan reflek Jevan menghindar

"gimana ya reaksinya kalo bapak William yang terhormat tahu soal ini" ucap Jevan mengetuk ngetuk dagunya dengan jari

"jangan macam macam kamu" ucap Anita menunjuk wajah Jevan

"santai dong" ucap Jevan menjauhkan telunjuk Anita dari wajahnya

Setelah puas melihat wajah cemas mereka, Jevan kembali melangkah langkahnya menuju dapur tak lupa sebelum pergi ia memberikan senyum manisnya pada mereka berdua.

~~~~~~~~~~

Pagi harinya suasana di meja makan sangat hening tak ada celotehan dari Alisya seperti biasanya juga Anita yang mencuri curi pandang pada Jevan yang sedang makan dengan tenang

"dek kamu sakit?" tanya Jazziel saat melihat Alisya yang hanya diam tak seperti biasanya

"engga ko bang Lisya cuma lagi gak mood aja" ucap Alisya dengan senyum manisnya

"putri papah kalo sakit bilang ya" ucap William mengusap kepala Alisya yang di angguki oleh Alisya membuat William tersebut

"kenapa hati gue sakit ya liatnya" ucap Jevan dalam hati melihat interaksi William dan Alisya

"Jevan kemarin dari mana saja kamu sampai 3 hari tidak pulang" ucap William setelah mereka selesai sarapan

"nginep di rumah temen pah" ucap Jevan

"mamah mu dan adikmu mengkhawatirkan mu lain kali jangan seperti itu" ucap William

"yaelah gue kira dia khawatir sama gue"ucap Jevan dalam hati padahal ia sudah pd awalnya

"lagian gue juga sih mengharapkan yang tidak mungkin" ucapnya lagi dalam hati

di meja makan kini tersisa Jevan dan Vano karna yang lainnya sudah pergi, William yang pergi ke kantor, Jazziel dan Alisya yang sudah berangkat menggunakan mobil dan Anita yang sepertu menghindari Jevan

"bang lo berangkat pake motor?" tanya Jevan, membuat Vano yang hendak berdiri duduk kembali

"iya, kenapa?" tanya Vano tak biasanya Jevan bertanya seperti ini

"gue nebeng ya, motor gue lupa belum isi bensin" ucap Jevan dengan tersenyum menampilkan gigi nya yang rapih dan putih bersih, Vano menganggukkan kepalanya sebagai balasan

~~~~~~~~~~

Tiba di sekolah Javan dan Vano menjadi pusat perhatian karna meskipun mereka saudara tak sekalipun mereka pernah berangkat bersama, mungkin jika dengan Jazziel mereka tak mempermasalahkannya

"Serius itu bang Vano sama si Jevan?" ucap Satya mengusap usap matanya siapa tahu penglihatannya salah

"kejadian yang sangat langka" ucap Satria

"bagus dong abang Lisya akur" ucap Alisya lain di mulut lain di hati, dalam hatinya ia kesal, mengapa bisa Jevan dekat dengan Vano ia saja sangat susah mendekatinya

Sementara Jazziel ia seperti tak suka melihat kejadian itu, ia langsung pergi dari sana dengan menggandeng tangan Alisya agar ikut pergi bersamanya,

Jevan turun dari motor dan melepas helm nya setelah mereka tiba di parkiran motor

"thanks bang" ucap Jevan di balas anggukan kepala oleh Vano sebagai jawaban

Jevan pun pergi menghampiri teman temannya yang tak jauh dari mereka

"motor lo lama Jev?" tanya Leo

"abis bensin makannya gue nebeng" ucap Jevan

"oh pantesan" ucap Yoga

"yaudah yok masuk" ucap Jevan

Mereka pun masuk ke dalam gedung sekolah, Jevan tahu ia menjadi pusat perhatian tapi ia mencoba tak memperdulikannya.

>
>
>
>
>

Jangan lupa vote

transmigrasi boy (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang