delapan.

32.6K 2.3K 6
                                    

°

°

°

°

°

Selamat membaca

°

°

Bell istirahat berbunyi menandakan pembelajaran terhenti, guru pun mengakhiri pembelajaran di kelas Jevan dan beranjak pergi.

Setelah kepergian guru tersebut semua murid berhamburan keluar dan kini hanya tersisa Jevan di kelas.

"males benget ke kantin tapi laper" ucap Jevan lesu.

Lama berdiam diri di kelas Jevan memutuskan pergi ke kantin karna perutnya yang lapar, tiba di kantin ia melihat sekeliling mencari keberadaan teman temannya dan ketemu.

"eh Jev baru dateng" ucap Yoga yang pertama menyadari keberadaan Jevan.

"pesenin apa aja" ucap Jevan menyerahkan uang merah dua lembar ke atas meja.

"sama gue" ucap Leo cepat sembari mengambil uang di meja lumayan kembaliannya bisa ia simpan.

"lesu amat tu muka" ucap Gibran pada Jevan.

"lo pada tau tempat latihan silat gak?" tanya Jevan tiba tiba.

"lo mau belajar silat?" ucap Yoga terkejut.

"jawab aja tau gak?" tanya Jevan lagi.

"kalo gue kurang tahu sih lo Gib gimana?" tanya Yoga pada Gibran yang di balas gelengan kepala oleh Gibran.

"ck! padahal gue kangen latihan" batin Jevan.

"makanan datang silahkan bos Jevan" teriak Leo yang baru dan menyimpan makanannya di depan Jevan.

"gak usah teriak" ucap Gibran.

"hehe sorry" ucap Leo nyengir.

Jevan mulai memakan makanannya namun baru beberapa suap tiba tiba ada seseorang yang dengan lancang memeluknya dari belakang.

"bang Jev" ucap Alisya orang yang memeluk Jevan. 

jiwa Kai yang tak suka seseorang menyentuh dirinya sembarangan pun langsung melepaskan tangan Alisya dan mendorongnya sampai Alisya terjatuh dan terpentok meja di belakang.

"aw sakit" ucap Alisya dengan suara keras sehingga menarik atensi para murid yang sedang makan di kantin termasuk anggota inti geng Phoenix yang baru memasuki kantin.

"Jangan sentuh gue sembarangan" ucap Jevan menatap tajam Alisya ia tak peduli dengan keadaan Alisya yang tangannya sedikit memar akibat terpentok meja.

"lo bisa gak sih gausah kasar sama cewek" ucap Nathan tiba tiba mendorong bahu Jevan.

"kak Nathan gak papa kok" ucap Alisya dengan suara bergetar menahan tangis.

"lo liat tangannya memar gara gara lo" ucap Nathan membentak Jevan tak menghiraukan ucapan Alisya.

"dia duluan main peluk peluk gue sembarangan" ucap Jevan tak terima di salahkan.

"tapi lo bisa lepasin baik baik kan" ucap Satya berbicara dari arah belakang.

Sementara Alisya ia sudah berdiri di bantu oleh Satria.

"gue gak suka ada orang sembarangan nyentuh gue" ucap Jevan marah.

"tapi dia adek lo bangsat" ucap Nathan terbawa emosi.

"dia bukan adik gue dan sampai kapanpun gak akan pernah jadi adik gue" ucap Jevan berteriak marah.

transmigrasi boy (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang