sepuluh.

31.5K 2.2K 17
                                    

°

°

°

°

°

Selamat membaca

°

°

Nathan, felix, Satya dan Satria terkejut saat mereka melihat preman yang berbadan paling besar itu mengeluarkan sebuah pisau tajam dari dalam jaketnya.

"buset bawa pisau tu preman" ucap Satria kaget.

"curang tu preman udah keroyokan bawa pisau lagi, eh tapi kalau di pikir pikir mungkin itu karma si Jevan kali ya, kan dia juga sering ngeroyok orang dulu" ucap satya.

"bener rasain tuh karma nya" ucap satya.

Nathan dan felix tak banyak bicara mereka dari tadi hanya menonton pertarungan Jevan saja, tidak seperti Satya dan satria yang dari tadi tak berhenti bicara.

"eh eh dia ngeliat ke arah kita tuh" ucap Satria saat melihat Jevan melihat ke arahnya.

"berharap kita tolong kali ya" ucap Satya mengejek.

"ogah gue nolong inget kelakuan dia dulu, gue aja pernah di keroyok dia sama anggotanya ampe masuk rumah sakit" ucap Satria mengingat kejadian yang tak lama saat ia di keroyok, saat pulang sendiri dan kejadian itu yang menyebabkan Nathan balas dendam dan mengakibatkan Jevan pingsan di pinggir jalan.

Di sisi Jevan ia heran dengan keberadaan Nathan dkk apalagi mereka seperti menonton adegan perkelahiannya.

"sejak kapan mereka disana, pake nonton lagi bantuin kek" batin Jevan.

"banyak bacot lo bocah, rasain nih" ucap Preman tadi hendak menusuk Jevan dengan reflek Jevan menghindar.

"santai om belum siap nih" ucap Jevan.

preman itu terus menyerang Jevan dengan pisau yang ia bawa dan Jevan pun dengan lihai menghindar namun saat ponsel Jevan berdering membuat fokusnya teralihkan, preman itu memanfaatkan momen itu dengan mengarahkan pisaunya ke dada Jevan.

Jevan yang melihatnya dengan reflek menghindar dan tusukan preman itu meleset dan mengenai lengan kiri Jevan bagian atas membuat Jaket yang ia pakai robek dan terlihat darah mengalir dari sana. 

"siapa sih yang nelpon ganggu aja" gerutu Jevan kesal. 

Jevan segera menyelesaikan pertarungan agar luka di lengannya cepat di atasi karna darah tak kunjung berhenti mungkin lukanya cukup dalam.

Tak butuh waktu lama preman itupun tumbang oleh Jevan setelah itu Jevan memakai helm nya kembali dan pergi dengan motornya meninggalkan para preman yang telah tumbang itu, Jevan melanjutkan perjalannya menuju markas mungkin di sana saja ia mengobati lukanya.

"gila bener bener gila, si Jevan kenapa bisa jadi jago" ucap Satria masih tak percaya dengan kejadian yang barusan ia lihat.

"ngeri gue liat tangannya berdarah tapi tetep lanjut gelut" ucap satya.

"cabut" ucap Nathan setelah melihat Jevan sudah pergi, mereka pun pergi meninggalkan tempat itu dengan pikiran yang bertanya tanya dari mana Jevan belajar bela diri secepat itu.

Jevan kini sudah tiba di markas dan lukanya pun sudah di obati dengan bantuan Gibran.

"kok bisa lo di cegat preman" ucap Leo setelah mendengar cerita Jevan.

Mereka terkejut tadi saat Jevan datang datang dengan luka yang masih mengalir darah untung Jevan memakai kaos hitam dan jaket hitam jika saja ia memakai kaos putih mungkin setengah bajunya akan terkena darah.

"gue juga gak tau" ucap Jevan menjawab pertanyaan Leo.

"lain kali jangan lewat jalan itu" ucap Yoga.

"males jalan muter gue" ucap Jevan menyandarkan punggungnya di sofa.

"mending jalan muter dari pada nanti lo di cegat lagi, masih untung cuma tangan yang luka gimana kalo sampai mereka bunuh lo, disana sepi gak akan ada yang bantuin lo" ucap Leo menceramahi Jevan.

"udah diem pusing gue denger lo ngomel mulu kaya ibu ibu" ucap Jevan memejamkan matanya.

"gue ngasih tau bukan ngomel" ucap Leo tak terima.

"udah suuut" ucap Jevan menempelkan jari telunjuknya ke bibir sebagai isyarat untuk diam.

Leo tak berbicara lagi saat melihat Jevan terlihat lelah ia juga kasihan melihatnya, tapi ia teringat sesuatu dan Leo harus menyampaikannya sekarang.

"eh Jev lo gak inget nanti malam" ucap Leo tiba tiba membuat Jevan membuka kembali matanya.

"nanti malam ada apa?" tanya Jevan.

"gak inget lo Jev?" tanya Yoga tiba tiba.

"emang ada apaan?" tanya Jevan penasaran.

"nanti malam kan ada balapan antar ketua geng dan acara ini selalu di adakan tiap bulan bisa bisanya lo lupa" ucap Yoga menjelaskan.

"balapan? ketua? gue balapan? anjir mana bisa gue balapan" batin Jevan mulai panik namun sebisa mungkin ia mengontrol ekspresi wajahnya.

"gue ikut?" tanya Jevan.

"kan tiap bulan juga lo ikut Jev" jawab Leo.

"mampus gue, kenapa gue bisa lupa kan emang tiap bulan selalu ada acara balapan antar ketua geng" batin Jevan. 

"gue gabisa ikut"

"kan tangan gue lagi cedera jadi gue gabisa ikut" ucap Jevan lagi sebelum mereka memotong omongannya.

"tapikan..."

"wakilin aja diantara kalian bertiga siapa yang mau wakilin gue" ucap Jevan memotong omongan Leo.

"bisa aja sih tapi nanti lo jangan datang kalo gitu" ucap Yoga.

"oke gampang itumah, jadi siapa yang wakilin?" tanya Jevan semangat.

"asik gak sia sia tu preman nusuk gue, jadi gue punya alesan" ucap Jevan dalam hati.

"Gibran aja deh yang wakilin" ucap Yoga yang di angguki Leo.

"gimana Gib?" tanya Jevan pada Gibran.

"oke" ucap Gibran tak menolak.

"oke thanks ya" ucap Jevan, iapun beranjak dari duduknya hendak pergi ke kamarnya di markas.

"mau kemana lo?" tanya Leo.

"kamar, mau tidur gue" ucap Jevan, Setelah Jevan pergi kini tersisa mereka bertiga.

"si Jevan kek menghindar gitu dari balapan, biasanya dia paling semangat" ucap Yoga yang heran dengan sikap Jevan barusan, padahal biasanya mau terluka atau tidak Jevan pasti ikut dalam balapan itu.

"iya gue aneh sama sikapnya akhir akhir ini, dia jadi  gak pernah ngajak geng Lavegas ngeroyok orang lagi, jarang ke arena balap dan yang lebih gue heran dia selalu nolak saat gue kasih rokok" ucap Leo.

"bener, dulu bahkan ia nge rokok gak kenal tempat, balik ke markas lanjut mabok, sekarang boro boro mabok ke markas aja jarang" ucap Yoga yang iku heran.

"mungkin dia mulai sadar perbuatannya salah" ucap Gibran ikut nimbrung.

"iya sih gue seneng liat dia berubah, tapi ya aneh aja gitu berubahnya drastis banget" ucap Leo.

"udah nanti dia denger" ucap Gibran.

Di sisi Jevan ia mendengar semua omongan ketiganya tadi, tadi Jevan berniat mengambil minum namun langkahnya terhenti saat mendengar mereka membicarakannya.

"se drastis itukah perubahan gue" ucap Jevan bertanya pada dirinya sendiri.

"gaboleh ini gabisa si biarin, mereka jangan sampai curiga kalo gue bukan Jevan ori" batin Jevan.

"gue harus jadi bandel kah? oke nanti gue coba supaya mereka gak curiga" batinnya lagi sebelum  kembali melangkah ke kamar, ia tak jadi mengambil minum.

>
>
>
>
>

Publish: 27 September 2023
Revisi: 29 Juli 2024

transmigrasi boy (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang