tiga puluh

20.5K 1.6K 108
                                    

°

°

°

°

°

Selamat membaca

°

°
Malam harinya di rumah sakit setelah kepergian Nathan dkk, juga Vano dan Ziel yang pamit pulang kini Anita sedang marah marah karna tak terima putrinya dilukai, tadi saat sedang mengantar makan siang untuk William tiba tiba ia mendengar kabar dari suaminya bahwa Alisya di bawa ke rumah sakit.

“mas pokoknya aku gak terima, kamu harus datangi Erland, berani sekali anaknya melukai putriku bahkan hampir membunuhnya” ucap Anita emosi.

“sabar Anita aku tak bisa mendatangi Erland begitu saja” ucap William.

“kamu harus tegas mas jika dibiarkan dia akan terus melukai Alisya” ucap Anita tak terima karna William tak bertindak.

“tapi anita..”

“tapi apalagi mas kamu tega Alisya nanti dilukai lebih parah dari ini” ucap Anita memotong ucapan William.

“mamah sakiit” ucap Alisya membuat Anita menghampirinya lalu memeluknya, "tenang sayang ada mamah disini".

“lihat mas Alisya kesakitan gara gara anak itu, kamu tega mas” ucap Anita membuat William terdiam, melihat itu Anita tersenyum miring tanpa dilihat oleh William.

“baiklah aku akan mendatangi Erland, kau diam disini jaga putri kita” ucap William akhirnya karna tak tega melihat Alisya menangis kesakitan, William pun berlalu pergi dari ruang rawat Alisya untuk menemui Erland.

***


Sementara itu Erland yang sedang berada di ruang kerjanya tiba tiba di beri kabar oleh Bima bahwa ia kedatangan sosok tamu tak diundang di rumahnya, sebelum menghampirinya Erland menyuruh Bima untuk mempersilakan tamunya masuk.

“wah rumahku kedatangan tamu rupanya” ucap Erland yang melihat keberadaan William yang sedang duduk di ruang tamunya.

“ada apa?” tanya Erland tenang setelah duduk di sofa yang berseberangan dengan William.

“putramu sudah melukai putriku” ucap William membuat Erland terkekeh sebelum menjawab.

“memang apa yang putraku lakukan? Dan sebelum itu sejak kapan kau mempunyai putri?” tanya Erland tersenyum, senyuman yang membuat William kesal.

“putramu hampir membunuh putriku dengan melukai lehernya” jawab William datar.

“hanya itu? Dan pertanyaan keduaku kau tidak menjawabnya” ucap Erland terkekeh.

“berhenti bercanda Erland, aku ingin kau didik putramu dengan benar dan tidak seenaknya melukai orang lain” ucap William tegas membuat Erland seketika menatapnya datar.

“kau berbicara seperti itu memangnya kau sudah benar mendidik putra putramu?” tanya Erland.

“membiarkannya membenci saudaranya sendiri apakah itu didikan yang benar?” ucap Erland tersenyum sinis melihat wajah William emosi.

transmigrasi boy (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang