TCA >6

2.4K 102 0
                                    

ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Gimana hari ini, sehat? Alhamdulillah

•••

"Oke sekarang kita wawancara Azfi."

"Fi lo kemana aja baru pulang nya sekarang? Bukannya kalo pulang paling izin dua hari, lah sekarang lo malah hampir lima hari." Tanya Putik pada Azfi yang duduk disebelah nya.

"Perasaan gue doang apa kalian juga sih, Azfi sekarang jadi pakai cincin, padahal dulu nya enggak deh. Fi lo pakai cincin dari siapa? Dari cowo atau orang tua lo Fi?" Sambung nya pada Azfi.

Azfi bingung ia harus jawab apa, dirinya sudah sepakat dengan Gus Rama untuk merahasiakan pernikahannya ini kepada orang yang ada di pesantren kecuali ustazah Yana.

"A-nu ini dari ayah saya. Ya, dari ayah saya. Beliau ingin saya pulang, beliau kangen berkumpul dengan keluarga. Walau kaka saya masih di Mesir.

Azfi belum siap untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Walaupun berbohong itu dosa, ia tetap takut pernikahannya ini tersebar di pesantren.

Jika Azfi dan Gus Rama memberitahu ke seluruh warga pesantren, ia juga akan dikeluarkan dari pesantren ini. Nanggung berapa bulan lagi akan lulus.

Azfi memutuskan untuk tidak bilang ke siapa-siapa, termasuk teman-temannya juga. Kecuali teman Gus Rama. Gus Rama takut jika nanti Azfi diambil oleh temannya.

•••

"Yah kalau adek tidak dikasih tau nanti adek marah tidak yah?" Ibu Nada yang sedang duduk disamping brankar ayah Hasan dan mengelus tangan ayah Hasan.

"InsyaAllah nggak bu, percaya sama Ayah. Nanti kalau adek sudah tau penyakit ayah, terus ayah sudah tidak bisa bertahan lagi, ayah mohon sama ibu buat datang ke wisuda adek. Dia ingin sekali memasangkan mahkotanya ke kepala ibu dan ayah, tapi kemungkinan ayah nggak bisa bu jadi ayah mohon ibu datang ke wisuda adek yah?" Ayah Hasan menangis dan ibu Nada juga. Sebetulnya ayah Hasan ingin sekali ke wisuda anak keduanya, tetapi jika Allah masih berkehendak untuk ayah Hasan tetap hidup.

Nada selaku ibu Azfi, ia hanya bisa menganggukkan kepala nya saja, "mas, aku mohon bertahan buat Azfi, dia masih butuh kamu, dia masih selalu manja denganmu jika bertemu, dia masih merindukan mu yang seharusnya ia masih dirumah tetapi dirinya harus pulang ke pondok nya lagi. Jika kamu pergi mas, aku khawatir nanti Azfi sering melamun sama nggak mau makan." Ibu Nada mengatakan itu sambil meneteskan air matanya. Ibu Nada terlihat cengeng jika menyangkut tentang kematian. Ia takut jika dirinya tidak bisa tanpa ayah Hasan.

Ayah Hasan yang sedang terbaring lemah, ia harus mengusap air mata istrinya. "Hey sayang jangan menangis, InsyaAllah kalau Allah memberikan kesempatan buat mas hidup lebih panjang, mas akan selalu membuat kamu dan anak kita bahagia. Sekarang jangan menangis lagi sayang, mas nggak suka, masa istri cantik dari seorang Hasan menangis, nanti jelek, aku hapus ya air matanya?" Ayah Hasan menghapus air matanya menggunakan jari jempolnya.

Ibu Nada menganggukkan dan ia ingin bisa memeluk suami nya lagi. " Mas?"

Ayah Hasan tertawa kecil mendengar perkataan istrinya itu. "Kenapa cantikku? Bidadari ku? Zaujati ku? Kenapa hm? Mau apa?"

"Boleh peluk?" Dengan suara yang kecil tetapi masih bisa didengar oleh Ayah Hasan.

Ibu Nada takut jika ia memeluk suaminya dan itu adalah pelukan terakhir baginya. "Boleh sayang, sini" Ayah Hasan dan Ibu Nada menangis di pelukannya.

Takdir Cinta Azra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang