TCA >31

1.5K 68 1
                                    

Happy Reading!

"Ra, sini duduk samping A'a," pinta Gus Rama yang sedang duduk disofa sembari murojaah hafalannya.

Gus Rama memanggil Azfi karena ada sesuatu yang harus dibicarakan olehnya, yaitu tentang pekerjaan yang mengharuskan Gus Rama turut hadir diacara tersebut.

"Dalem 'A, kenapa?" tanya Azfi yang seraya berjalan menuju Gus Rama yang sedang duduk.

Gus Rama merebahkan tubuhnya yang kepalanya berada dipaha Azfi. "Sayang," panggil Gus Rama.

"Iya 'A, kenapa, hm?"

"Janji jangan marah, ya?" Kelingking Gus Rama sudah berada didepan wajah Azfi, berharap kelingking Azfi pun menyatukan pada kelingking dirinya.

"Tentang apa dulu nih? A'a mau poligami atau mau ninggalin aku?"

"Janji dulu sayang, ini kelingking A'a ga mau kamu satukan sama kelingking kamu?" Dengan kesal Azfi pun menyatukan. "Iya!" ketus Azfi.

"Ga boleh cemberut dulu, ga boleh marah, ga boleh ketus, sama suami ga boleh ketus, sayang."

Azfi memalingkan wajahnya, ia malu karena sudah ketus dengan suami sendiri. "Maaf, 'A." Gus Rama mengangguk.

"Tadi A'a mau bilang apa?"

Setelah Azfi bertanya, Gus Rama hanya melamun. Tatapan kosong dengan isi kepala banyak sekali pikiran yang mengharuskan meninggal istri dan anaknya.

Ia terus melamun hingga Azfi menyadari lamunan Gus Rama. "A'a kenapa melamun?" tanya Azfi.

"Ah- iya, A'a tidak apa-apa, hanya memikirkan sedikit bagaimana cara A'a bilang sama kamu."

"A'a bingung, mau menolak pekerjaan itu atau meninggalkan istri dan anak A'a, sayang." Gus Rama seraya mengusap kepala Azfi dengan pelan.

"Pekerjaan A'a, memangnya dimana? Jauh dari pesantren ini, diluar kota, diluar pulau, atau diluar negeri?" tanya Azfi beruntun. Ia mengkhawatirkan keadaan suaminya jika tidak Azfi yang mengurus.

Gus Rama terkekeh kecil mendengar serentetan pertanyaan yang dikeluarkan oleh istrinya. "Dekat sayang, dekat sekali. Mungkin A'a belum mengasih tau sama kamu, pekerjaan A'a hanya dipesantren kakak dari Abi. Tidak jauh dari sini, hanya butuh waktu beberapa menit saja."

"Berapa lama?"

"Hanya sampai malam saja, tidak lama, kan?" Alis Gus Rama menaik turun, seolah menggoda Azfi bahwa satu sampai dua hari itu tidak lama.

"Okeh, tapi Ra juga mau izin-"

"Izin kemana?" sela Gus Rama sembari menatap tajam Azfi. Melihat tatapan tajam itu, Azfi meringis takut.

"Jangan disela dulu, dengar baik-baik. Jadi, Ra itu mau bertemu sahabat Ra yang sudah lama tidak bertemu. Kalau A'a tidak mengizinkan juga Ra tidak akan berangkat sebelum mendapatkan izin. Tapi A'a seharusnya izinin Ra buat bertemu sahabat Ra, A'a. Aku maksa!"

***
.

Matahari sudah terbit yang artinya Gus Rama mengharuskan berangkat bekerja di pesantren saudaranya. Ia terpaksa meninggalkan Azfi dan Zizi, walaupun pekerjaan itu hanya mencakup beberapa hari saja, Gus Rama akan tetap rindu pada kedua bidadarinya.

Takdir Cinta Azra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang