TCA >22

1.6K 71 1
                                    

Happy Reading!

"Teh Azfi?"

Beliau adalah santri yang berasal dari pesantren Al-Hikmah, tempat yang dahulu Azfi mondok. Entah kenapa dia berpindah tempat untuk mencari ilmu.

Keinginan dari seseorang berbeda-beda, seperti dia—Tika.

"Loh, Tika?" jawab Azfi kaget. Ya, Tika ini jika bertemu Azfi hanya sekedar dapat perintah dari Kyai Ahmad.

"Iya teh, ini Tika." Tika dengan cepat menubruk tubuh Azfi untuk memeluknya. Hingga membuat Azfi terjengkang.

"Teteh bisa ada disini kenapa, teh?" tanya Tika penasaran. "Hanya ada masalah kecil, Ka. Nanti juga teteh akan pulang lagi ke pesantren," balas Azfi.

What? Bentar-bentar pesantren?

"Teh Azfi ke pesantren? Pesantren mana, teh? Maaf bukannya teteh bukan dari keluarga pesantren?"

Pertanyaan yang dilontarkan Tika membuat Azfi terkekeh. Tika belum mengetahui jika Azfi sudah mempunyai suami. Tanpa Azfi sadari, ia belum memberitahukan pada Teman-temannya.

"Iya Tika, teteh sekarang tinggal di pesantren Al-Haf—"

Suara Azfi terpotong karena merasakan getaran disaku gamisnya. Ponsel Azfi bergetar karena ada yang meneleponnya.

Ia mengangkat panggilan itu, namun ternyata itu nomor kakaknya—Zyan. Tanpa pikir panjang, Azfi langsung saja mengangkat panggilan itu dan permisi pada Tika dan Hanin.

"Assalamu'alaikum, dek?"

"Waalaikumsalam, abang."

"Adek dimana? Adek sehat? Adek kapan pulang? Disini ibu dan suami kamu mencari kamu, dek. Adek dimana? Nanti abang akan kesana."

"Adek ada di pesantren, bang."

"Pesantren mana? Di pesantren Al-Hafiz tidak ada, kamu dimana dek?"

"Cepat pulang, suami kamu dan ibu sakit, karena memikirkan kamu dek. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam," lirih Azfi menjawab salam itu.

Zyan mematikan panggilan itu sepihak, tanpa mendengar Azfi membalas salam tadi. Ia kembali menghampiri Hanin dan Tika yang sedang berada di dapur.

Ia meminta izin pada Hanin dan Tika, untuk pergi ke asrama. Hanin bertanya-tanya, kenapa wajah Azfi begitu terlihat panik setelah mengangkat telepon tadi.

Azfi berlari menuju asramanya dan dengan cepat membereskan semua baju-bajunya. Bahkan Azfi lupa bahwa itu semua adalah baju Hanin.

Terlihat tas besar yang ada di atas lemarinya, ia langsung menarik kursi terdekatnya untuk mengambil tas besar itu.

Selesai sudah, ia berpamitan pada Hanin yang kebetulan sedang berjalan menuju asrama dirinya.

"Ning, saya izin pulang. Kapan-kapan nanti kita akan bertemu kembali. Makasih Ning atas kebaikanmu untuk membantu saya tinggal disini sementara waktu. Assalamu'alaikum Ning."

Azfi langsung berlari menuju gerbang pesantren, untung saja gerbang itu terbuka lebar.

Ia melihat ada sebuah angkot yang terlintas di sebelah kanan. Azfi pun langsung menjulurkan tangan untuk memberhentikan angkot tersebut.

"Pak ke terminal bus, ya?" pinta Azfi. Mana mungkin ia menaiki angkot dari Jawa Timur ke Jawa Tengah.

***

Azfi sudah sampai di kota kelahirannya, ia langsung memasuki rumah itu tanpa mengucapkan salam, karena panik mendengar ibunya sakit.

Ia takut kehilangan untuk yang kedua kalinya.

Takdir Cinta Azra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang