TCA >20

1.8K 69 0
                                    

Happy Reading!

"Jadi Azfi kemana, Gus?"

"Saya tidak tahu, bang. Beliau pergi bersama ojek dan entah itu kemana. Makanya saya kesini mencari Azfi, bang."

Gus Rama menundukkan kepala nya agar Zyan tidak mengetahui jika dirinya sedang menangis.

"Sebentar a, coba Ais telepon Azfi." Aisyah beranjak dari tempat duduknya, namun ia berhenti setelah mendengarkan ucapan dari Gus Rama.

"Ga usah, kak. Saya hubungi Azfi, nomor dia tidak aktif."

Mereka semua terdiam, Gus Rama yang sedang mengutak-atik handphone nya untuk mencari keberadaan Azfi.

Ia sempat meminta tolong temannya untuk mencari Azfi, namun temannya ini sangat sibuk dengan pekerjaan mereka.

Gus Rama menaruh kembali ponselnya ke dalam saku. Ia mengambil minuman itu agar tenang pikirannya, tetapi pikiran itu tidak ada kata tenang sekalipun.

"Bang, kak, saya izin pulang. Takut dicariin sama bunda," ujar Gus Rama tiba-tiba, ia menyalami tangan Zyan dan Gus Rama menangkup kedua tangannya ke arah Aisyah.

Gus Rama beranjak dari sofa dan keluar dari rumah ibu Nada. "Besok saja, Gus, mencari Azfi nya." Di angguki oleh Gus Rama.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam." balas Zyan dan Aisyah.

***

Mobil Gus Rama terparkir di pinggir jalan, ia memasuki area TPU. Sebelum Gus Rama pulang, ia sudah ada niat untuk ziarah ke makam ayah Hasan. Di tengah jalan, Gus Rama membeli sebuah bunga dan air mineral.

Ia jongkok di samping makam ayah Hasan. Gus Rama membersihkan dahulu daun-daun yang berserakan dekat makam ayah Hasan. Setelah selesai membersihkan, Gus Rama lanjut berdo'a.

"Ayah semoga tenang disana, ya."

Gus Rama menaburkan bunga yang sudah dan dilanjut disiram air.

Jika sedang ziarah ke makam siapapun itu, kamu berhak membawa bunga atau daun yang sudah dibasahi oleh air. Agar tidak memberatkan beliau yang sudah meninggal.

Selesai menaburkan bunga dan menyiram air, ia menangis karena mengingat sosok yang biasa kesini selalu disampingnya.

"Ayah, saya meminta maaf atas kejadian kemarin. Saya benar-benar tidak tahu jika dia ingin jatuh dan itu pun saya hanya reflek, ayah. Saya berjanji yah, setelah kejadian ini tidak ada lagi kejadian yang membuat anak ayah sakit seperti ini. Ayah, Azfi tidak ada di pesantren maupun dirumah ibu. Entah dia kemana, saya khawatir dengan dia. Saya takut dia kenapa-napa, yah. Saya hanya bisa berharap kepada yang Kuasa."

Gus Rama menumpahkan seluruh isi hati nya yang membuat dirinya kecewa dengan dirinya sendiri. Disaat Gus Rama sedang bercerita sambil memainkan batu yang ada di depannya, ia tak sengaja melihat ada sepucuk kertas yang seperti sudah terkena air hujan kemarin.

Ia mengambil sepucuk kertas itu dan dibuka dengan perlahan.

Untuk M. Rama Dhaza

Di awal kertas terhadap tulisan 'Untuk M. Rama Dhaza'. Baru saja membaca awal kertas itu sudah dibuat menangis oleh kertas.

Feeling Gus Rama kertas ini adalah milik Azfi dan untuk dirinya.

Ia membuka lipatan kertas itu.

Hai, assalamu'alaikum Gus. Gimana kabarnya?

Takdir Cinta Azra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang